Jerman Ingin Batasi Tes Covid-19 Untuk Jaga Kapasitas
25 Agustus 2020
Sejak tes Covid-19 di Jerman diberlakukan secara umum dan gratis, setiap minggu dilakukan sekitar 850.000 tes. Agar lembaga kesehatan tidak kewalahan, Kementerian Kesehatan sekarang ingin membatasi tes gratis.
Iklan
Sejak tesCovid-19 di Jerman diberlakukan secara umum dan gratis, setiap minggu dilakukan sekitar 850.000 tes. Agar lembaga kesehatan tidak kewalahan, Kementerian Kesehatan sekarang ingin membatasi tes gratis.
Mereka yang kembali ke Jerman dari liburan di luar negeri, tidak perlu lagi dites secara umum dan gratis, kata Menteri Kesehatan Jens Spahn hari Senin (24/8). Saat ini, Jerman mewajibkan tes Covid-19 gratis kepada mereka yang kembali dari liburan di kawasan risiko.
Namun kapasitas kesehatan di Jerman dikhawatirkan bisa terbebani secara berlebihan, jika tes terus diterapkan secara luas. Menteri Kesehatan Jens Spahn sekarang mengusulkan, mereka yang kembali dari berlibur di kawasan risiko, tidak perlu langsung dites Covid-19, jika tidak menunjukkan gejala.
Beberapa negara bagian sudah mendesak perubahan itu dan mengeluhkan bahwa lembaga kesehatan dan laboratoriumnya sekarang harus bekerja keras untuk menangani sekitar 850.000 tes per minggu. Kapasitas tes Covid-19 di Jerman diperkirakan akan mencapai batas maksimalnya jika tes mencapai 1,2 juta per minggu.
Karantina dulu selama beberapa waktu
Menurut rancangan baru yang diusulkan Kementerian Kesehatan, mereka yang kembali dari berlibur di kawasan risiko, jika tidak menunjukkan gejala penyakit, akan diinstruksikan untuk melakukan karantina rumah sedikitnya selama lima hari. Setelah itu, mereka bisa dites Covid-19, dan jika hasilnya negatif, mereka tidak perlu melakukan karantina lagi.
Namun rancangan itu masih harus disepakati para menteri kesehatan negara bagian. Menurut rencana, Kanselir Jerman Angela Merkel akan melakukan pertemuan virtual dengan para menteri kesehatan negara bagian hari Kamis mendatang (27/8) untuk membahas kebijakan corona selanjutnya.
Sampai Senin (24/8), Jerman telah melaporkan lonjakan kasus COVID-19 baru. Selama akhir pekan, ada lebih dari 2.000 kasus infeksi baru dalam periode 24 jam - angka tertinggi sejak akhir April. Sebagian besar kasus baru disebabkan oleh pelancong yang kembali dari liburan di luar negeri.
Suasana Sekolah di Seluruh Dunia Saat Pandemi Corona
Masa liburan sekolah telah berakhir, infeksi COVID-19 juga kembali meningkat di berbagai negara. Sekolah di seluruh dunia melakukan penyesuaian terhadap kegiatan belajar di kelas agar tidak kembali ditutup.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Thailand: Belajar dalam kotak
Sekitar 250 murid yang belajar di sekolah What Khlong Toey di Bangkok kini harus belajar dari dalam kotak plastik dan memakai masker sepanjang hari. Di luar ruang kelas tersedia wastafel dan dispenser sabun. Suhu tubuh murid juga diukur setiap pagi. Aturan ketat ini berhasil: sekolah ini tidak melaporkan infeksi baru sejak Juli.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Swedia: Tidak ada aturan khusus untuk corona
Murid di sekolah-sekolah Swedia memang masih libur. Namun foto ini, yang diambil sebelumnya, melambangkan pendekatan negara ini terhadap penanganan COVID-19. Swedia belum pernah mewajibkan warganya untuk memakai masker. Bisnis, bar, restoran dan sekolah di sana juga tetap boleh beroperasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/TT/J. Gow
Jerman: Pakai masker di kelas
Murid di SD Petri di Dortmund, negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW), jadi teladan yang patut ditiru. Sebagaimana sekolah di seluruh NRW yang merupakan negara bagian terpadat di Jerman, sekolah ini juga mewajibkan murid untuk memakai masker, termasuk di dalam ruang kelas. Sampai sekarang belum bisa dinilai apakah aturan ini berhasil atau tidak. Sekolah baru saja mulai tanggal 12 Augustus.
Foto: Getty Images/AFP/I. Fassbender
Tepi Barat: Masuk kelas lagi setelah 5 bulan
Sekolah juga kembali dibuka di Hebron, 30 kilometer di selatan Yerusalem. Murid di wilayah ini diwajibkan memakai masker, bahkan di beberapa sekolah, mereka juga harus memakan sarung tangan. Meskipun memakai masker, semangat guru dalam foto saat mengajar terlihat jelas. Sekolah-sekolah di Palestina tutup sejak bulan Maret dan Hebron dinyatakan sebagai pusat infeksi.
Foto: Getty Images/AFP/H. Bader
India: Pelajaran lewat pengeras suara
Sekolah di Dandwal, di negara bagian Maharashtra, India, menyediakan sarana khusus untuk murid yang tidak bisa mengakses internet. Di sini, murid bisa mengikuti kegiatan belajar dan mengejar tugas-tugas yang tertinggal dengan mendengarkan rekaman yang kemudian diputar dan disiarkan dengan bantuan pengeras suara. Maharashtra termasuk daerah yang terpukul parah oleh pandemi.
Foto: Reuters/P. Waydande
Kongo: Wajib cek suhu tubuh sebelum masuk kelas
Pihak berwenang di Lingwala, di pinggiran ibu kota Kongo, Kinshasa, menanggapi ancaman infeksi virus corona di kalangan siswa dengan amat serius. Setiap siswa yang belajar di Sekolah Reverend Kim diharuskan untuk mengukur suhu tubuh sebelum diizinkan masuk gedung. Masker wajah juga wajib dipakai.
Foto: Getty Images/AFP/A. Mpiana
Amerika Serikat: Kelas di daerah hot spot pandemi
Sekolah-sekolah di AS juga melakukan cek suhu tubuh setiap hari agar bisa menemukan potensi kasus COVID-19. Aturan ini dibutuhkan di negara yang masih mencatatkan angka infeksi tertinggi di dunia tersebut. Pada tanggal 13 Agustus, Universitas Johns Hopkins melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, ada lebih banyak orang meninggal bila dibandingkan dengan periode sejak akhir Mei.
Foto: picture-alliance/Newscom/P. C. James
Brasil: Sarung tangan dan pelukan
Maura Silva (kiri), guru sekolah umum di Rio de Janeiro barat, di dekat salah satu daerah kumuh terbesar kota itu, berusaha mengunjungi murid-muridnya di rumah mereka. Ia juga membawa sebuah perlengkapan untuk memeluk para muridnya. Sebelum menggendong mereka, Silva dan muridnya memakai masker dan membantu mereka mengenakan sarung tangan plastik. (bo/ae)
Foto: Reuters/P. Olivares
8 foto1 | 8
Hampir mencapai batas kapasitas
Angka tes Covid-19 di Jerman melonjak tajam sejak pemerintah bulan Juli lalu memperkenalkan tes sukarela gratis kepada pelancong yang kembali dari daerah berisiko tinggi. Pada 8 Agustus, tes sukarela diubah menjadi tes wajib.
"Jika kami beroperasi dengan kecepatan penuh seperti beberapa minggu terkahir, kami akan mengalami masalah personel dan pasokan," kata juru bicara Kementerian Kesehatan.
Ketua Konferensi Menteri Kesehatan Negara Bagian, Dilek Kalayci, mengatakan bahwa tes wajib bagi para pendatang telah menghabiskan kapasitas tes Covid-19 di negara bagiannya.
Terlepas dari beban yang ditimbulkan pada lembaga kesehatan dan laboratorium, mayoritas penduduk Jerman tampaknya mendukung kebijakan tes wajib. Menurut survei terbaru Deutschlandtrend yang dilaksanakan untuk stasiun siaran publik ARD, 93% populasi di Jerman menganggap tindakan tersebut memang wajar diterapkan untuk meredam pandemi corona.