Pemerintah Jerman Ingin Buka Pasar Kerja Bagi Pengungsi
17 Agustus 2018
Kabinet Jerman membahas poin-poin utama rancangan UU Imigrasi yang baru. Perdebatan muncul mengenai status pengungsi dan pemohon suaka yang hingga kini tidak mendapat ijin kerja.
Iklan
Jerman saat ini mengalami kekurangan tenaga kerja ahli di beberapa bidang, terutama bidang pelayanan kesehatan, gastronomi dan perhotelan. Serikat pekerja dan perusahaan Jerman sudah lama mendesak agar pemerintah membuka pasar kerja bagi imigran untuk sektor-sektor kekurangan tenaga kerja.
Perdebatan kini muncul mengenai status pengungsi dan pemohon suaka, yang selama ini tidak mendapat ijin untuk bekerja di Jerman. Menteri Tenaga Kerja Hubertus Heil (SPD) bahkan mengusulkan, pengungsi terampil yang ditolak permohonan suakanya sebaiknya tidak dikirim pulang, tapi diberikan kesempatan untuk bekerja di Jerman.
"Kita harus memastikan bahwa kita tidak tersandung ideologi dengan mengirim pulang (orang-orang) yang 'salah'," kata Heil.
Dia mengatakan, tenaga ahli yang telah diakui kualifikasinya atau bahkan mendapat pendidikan keahlian tidak segera dikirim pulang, sekalipun permohonan suakanya ditolak. Mereka hendaknya diijinkan "pindah jalur" dari pengungsi menjadi pencari kerja. Tapi kebanyakan politisi partai konservatif CDU dan CSU menolak langkah itu.
Belum ada UU Imigrasi untuk pencari kerja
Terobosan jutsru muncul dari kalangan CDU sendiri. Perdana Menteri Negara Bagian Schleswig Holsten, Daniel Günther, awal minggu ini mengusulkan agar pencari suaka dan pengungsi "yang sudah terintegrasi", maksudnya sudah dapat berkomunikasi dalam bahasa Jerman dan memiliki keterampilan khusus, tidak dideportasi seandainya permohonan suaka mereka ditolak, melainkan diberi kemungkinan mencari pekerjaan dan mendapat status imigran biasa.
Kanselir Jerman Angela Merkel (CDU) juga mendesak agar pembahasan RUU Imigrasi dipercepat sehingga bisa diputuskan dalam waktu dekat. Namun partai CSU hingga kini masih menolak dan ingin memberi prioritas lebih dulu kepada tenaga kerja dari Uni Eropa dan Eropa timur. Sedangkan pekerja terampil dari luar Uni Eropa bisa diijinkan, jika potensi tenaga kerja dari Uni Eropa benar-benar sudah dimanfaatkan.
Harian ekonomi Handelsblatt melaporkan, Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer (CSU) ingin pemerintah Jerman lebih dulu fokus pada peningkatan pelatihan bagi penduduk Jerman yang masih menganggur dan mendatangkan pekerja terampil dari negara-negara Uni Eropa, sebelum memanfaatkan "potensi tenaga kerja terampil internasional".
Elemen penting UU Imigrasi
Menurut harian Handelsblatt, ada beberapa butir penting yang sudah dirumuskan berkaitan dengan penyusunan RUU Imigrasi.
Dinas Tenaga Kerja diharapkan lebih gesit dan luwes mengejar tenaga kerja terampil yang dibutuhkan. Pengakuan kualifikasi dan ijazah dari luar negeri juga akan disederhanakan. Dinas Tenaga Kerja juga diminta untuk meluncurkan kampanye iklan di negara-negara terpilih jika dianggap perlu untuk memenuhi permintaan pasar tenaga kerja.
Selain itu, pemerintah Jerman akan mengintensifkan penawaran kursus bahasa Jerman, baik di Jerman maupun di luar negeri, kata Handelsblatt.
Kehidupan dan Sejarah Imigran di Jerman
Jerman adalah negara yang jadi tujuan imigran kedua terbesar setelah AS. Selama 60 tahun Jerman sudah menerima imigran. Sekarang sebuah pameran menengok kembali sejarah ini.
Foto: DW/J. Hennig
Nomor Dua di Dunia
Tahun 2013, sekitar 1,2 juta orang berimigrasi ke Jerman. Jerman, baik Barat dan Timur, sudah mengiklankan diri sebagai negara tujuan pekerja tamu sejak 1950-an. Sekarang, imigran terutama berasal dari negara-negara yang baru jadi anggota Uni Eropa. Mereka memperkaya kebudayaan dan keanekaragaman kuliner di Jerman.
Foto: DW/J. Hennig
Para "Gastarbeiter" (Pekerja Tamu)
Di tahun 1950-an Jerman Barat mengalami kemajuan ekonomi. Untuk mengatasi situasi kurangnya pekerja, pemerintah mempromosikan kemungkinan kerja bagi pekerja tamu dari luar negeri. Mulai 1950-an, sebagian besar orang yang datang ke Jerman sebagai pekerja, hidup dalam kemiskinan di negara asalnya.
Foto: DW/J. Hennig
Kantor Penghubung
Antara 1955 dan 1968 Jerman Barat menandatangani kesepakatan dengan Italia, Spanyol, Yunani, Turki, Maroko, Korea Selatan, Portugal, Tunisia dan Yugoslavia. Di negara-negara itu didirikan kantor khusus untuk orang-orang yang ingin melamar pekerjaan.
Foto: DW/J. Hennig
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum pekerja diijinkan datang ke Jerman, kesehatan mereka diperiksa lebih dulu. Hanya mereka yang sehat dan mampu bekerja mendapatkan pekerjaan di Jerman Barat.
Foto: DW/J. Hennig
Yang Kesatu Juta
Armando Rodrigues de Sá dari Portugal (38), menjadi pekerja ke 1 juta, disambut kedatangannya di stasiun kereta api Köln-Deutz pada September 1964. Pengrajin kayu itu mendapat hadiah sepeda Motor, yang kini masih tersimpan di Museum Haus der Gesichte Bonn.
Foto: DW/J. Hennig
Seberangi Eropa dengan "Türkenkutsche"
Dengan Ford Transit ini, Sabri Güler mengadakan perjalanan dari utara ke selatan Eropa. Pedagang bahan pangan dari Turki itu menjadikan mobil ini sebagai toko keliling. Ford model ini sangat disukai imigran Turki, karena bisa memuat banyak barang. Karena itu, di Jerman Ford Transit sering disebut "Türkenkutsche" (Kereta Turki).
Foto: DW/J. Hennig
Pekerja Kontrak di Jerman Timur
Pertengahan 1960-an pekerja tamu juga dibutuhkan di Jerman Timur yang komunis. Mereka disebut pekerja kontrak, dan terutama bekerja di industri tekstil. Sebagian besar dari mereka berasal dari negara sosialis seperti Vietnam, Kuba dan Aljazair. Pekerja imigran di Jerman Timur lebih sedikit daripada di Barat. Tahun 1989 jumlahnya hanya 190.000, sedangkan di Jerman Barat sudah lima juta orang.
Foto: DW/J. Hennig
Makanan Khas dari Berbagai Negara
Banyak pekerja tamu akhirnya tinggal di Jerman dan mendatangkan keluarga mereka. Mereka membawa serta banyak kebiasaan dan tradisi dari tanah air mereka ke Jerman. Sehingga keanekaragaman budaya menyebar. Ini tampak paling jelas jika melihat menu di restoran. Döner (Turki) sekarang jadi salah satu makanan cepat saji yang paling disukai di Jerman.
Foto: DW/S. Soliman
Kepala Berita Yang Negatif
Tahun 1980-an dan 1990-an muncul perdebatan di Jerman, karena timbulnya kekhawatiran terbentuknya "geto" kaum migran di kota-kota. Di samping itu, kriminalisasi remaja yang berlatar belakang imigran meningkat, dan diberitakan banyak media. Awal tahun 1990-an di Jerman Barat dan Timur terjadi sejumlah kekerasan rasisme.
Foto: DW/J. Hennig
Tradisi vs. Kebudayaan Barat
Di keluarga-keluarga imigran juga terjadi konflik kebudayaan. Sutradara Jerman-Turki Fatih Akin mengangkat pertentangan pendidikan Muslim-Turki dan kehidupan gaya Barat dalam filmnya "Gegen die Wand". Di festival film Berlinale 2004, film itu jadi produksi Jerman yang kembali mendapat penghargaan Beruang Emas, setelah 17 tahun sebelumnya penghargaan selalu diraih negara lain.
Foto: DW/J. Hennig
Pangeran Balam I
Organisasi karnaval dari kota Aachen, "Koe Jonge" mendeklarasikan Balam Bayarubanga asal Uganda jadi "pangeran". Balam I adalah pangeran karnaval pertama di Jerman yang berkulit hitam. Dengan langkah itu, organisasi pencinta karnaval ini memberikan sinyal menentang rasisme dan mendukung integrasi. Kostum pangerannya diserahkan Balam I untuk dipamerkan di museum Haus der Geschichte di Bonn.