Pemerintah Kolombia dan FARC Sepakati Perjanjian Damai Baru
23 November 2016
Pemerintah Kolombia dan kelompok gerilya FARC sepakat menandatangani perjanjian damai baru. Perjanjian damai sebelumnya ditolak para pemilih dalam hasil referendum.
Iklan
Sebuah dokumen kesepakatan damai yang telah direvisi akan ditandatangani di ibukota Kolombia, Bogota, Kamis (24/11), setelah kesepakatan sebelumnya ditolak oleh pemilih referendum karena dianggap terlalu menguntungkan untuk para pemberontak.
"Konsolidasi perdamaian mengharuskan kita maju dengan langkah tegas terhadap pelaksanaan perjanjian yang memungkinkan kita untuk mengatasi bertahun-tahun penuh konflik di Kolombia," demikian dikatakan pemerintah dan tim negosiasi FARC dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (22711).
Ketentuan perjanjian baru diterbitkan pekan lalu, dalam upaya untuk menggalang dukungan bagi kesepakatan itu. Namun, warga Kolombia tidak akan memiliki kesempatan untuk langsung menolaknya kali ini.
Sebaliknya - dalam keputusan yang diambil secara tertutup pada hari Senin (21711) - kesepakatan itu harus diratifikasi oleh Kongres Kolombia. Rencana tersebut mungkin akan menyulut kemarahan kubu oposisi, termasuk mantan Presiden Alvaro Uribe yang menginginkan lebih banyak perubahan dalam dokumen kesepakatan itu. Uribe mengatakan, referendum terhadap kesepakatan dengan dokumen yang direvisi juga tetap harus diadakan. Namun ia pun mengungkapkan keyakinannya bahwa pemilih akan sekali lagi menolak kesepakatan terbaru.
FARC: Separuh Abad Memanggul Senjata
Selama limapuluh tahun gerilayawan komunis Kolombia bertempur melawan pemerintah dan milisi bersenjata bentukan kartel narkoba. Kini perang saudara tersebut berakhir di meja perundingan.
Foto: Reuters
Nyawa Berbayar Nyawa
Perang saudara di Kolombia berawal tahun 1948, ketika pembunuhan terhadap pemimpin kaum kiri Jorge Eliecer Gaitan memicu konflik berdarah antara kaum liberal dan konservatif. Akibatnya lebih dari 200.000 orang tewas selama sepuluh tahun. Ketika militer pemerintah mulai menyerang fraksi komunis di seluruh negeri tahun 1964an, mereka bersatu membentuk Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: picture-alliance/AP Photo
Melawan Oligarki dan Tuan Tanah
Kendati berhaluan komunis, FARC tidak memiliki ideologi politik yang baku. Awalnya mereka ingin melucuti kekuasaan kaum Oligarki. Lalu pasukan pemberontak itu menuntut reformasi tanah. FARC tidak cuma bertempur melawan militer, melainkan juga milisi sayap kanan yang dibentuk bandar narkotika semisal United Self Defense Force, AUC.
Foto: Reuters/E. Munoz
Dosa Politik
FARC mulai kehilangan dukungan penduduk setelah banyak melakukan penculikan untuk memanen uang tebusan. Kelompok yang berkekuatan hingga 10.000 pasukan itu juga dituding banyak melatih serdadu anak, menyebar ranjau darat yang membunuh warga sipil, menindas suku lokal dan aktif dalam perdagangan narkotika.
Foto: Reuters
Perang Narkoba
Perang melawan separatisme di Kolombia perlahan berubah menjadi perang narkoba. Pergeseran konflik mengundang campur tangan Amerika Serikat yang berkepentingan mencegah penyeludupan narkoba dari Amerika Selatan. Washington lalu meluncurkan program bantuan bernama Plan Colombia yang menjamin kucuran dana milyaran Dollar AS buat membantu militer Kolombia memerangi FARC dan kartel narkotika.
Foto: Reuters
Berjuta Derita
Perang sudara paling lama di Amerika Selatan ini bertanggungjawab atas kematian sedikitnya 220.000 orang dan jutaan pengungsi. Menurut data pemerintah Kolombia, korban perang saudara yang bersifat langsung atau tidak langsung mencapai 7,6 juta orang. Kolombia saat ini mencatat korban ranjau terbesar di dunia setelah Afghanistan
Foto: Reuters/J. Vizcaino
Negosiasi Tanpa Henti
Perundingan damai antara FARC dan pemerintah pada pertengahan 80an menemui jalan buntu setelah 3000 kader partai politiknya dibunuh oleh milisi sayap kanan. Tahun 2002 negosiasi kembali gagal menyusul aksi para pemberontak membajak pesawat untuk menculik seorang senator. Upaya terakhir yang dimulai tahun 2012 di Havana akhirnya berujung perjanjian damai pada Agustus 2016.
Foto: Getty Images/AFP/E. Abramovich
Demobilisasi Gerilayawan
"Kami sudah mencapai perjanjian final," untuk mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian yang stabil, kata Presiden Juan Manuel Santos. Juni silam kedua pihak menyepakati peta jalan damai yang antara lain mencantumkan demobilisasi dan resosialisasi 8000 gerilayawan FARC.
Foto: Reuters/J. Vizcaino
7 foto1 | 7
Perubahan moderat dalam dokumen
Revisi dokumen kesepakatan setebal 310 halaman itu nampaknya tak terlalu banyak mengubah isi perjanjian aslinya. Perubahannya hanya menunjukkan beberapa modifikasi seperti klarifikasi hak milik pribadi dan rincian prosedur penahanan gerilyawan akibat kejahatan yang mereka lakukan selama perang.
Negosiator dari pihak pemerintah Humberto de La Calle menggambarkan, perjanjian baru ini "lebih baik" dari yang sebelumnya. Namun, dia tidak mengatakan apakah revisinya akan disampaikan kepada masyarakat atau kongres untuk meminta persetujuan. "Kesepakatan baru adalah kesempatan untuk membersihkan keraguan, tapi di atas semua yang terpenting adalah untuk membangun kesatuan," katanya.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan pemimpin FARC Rodrigo Londono menandatangani perjanjian sebelumnya pada bulan September lalu, di kota Cartagena. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa kepala negara – serta menampilkan simbol perdamaian berupa merpati dan pena yang terbuat dari amunisi daur ulang. Santos memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian untuk usahanya dalam mengusung kesepakatan damai tersebut.
Sementara kesepakatan baru tak lagi dikelilingi oleh kemegahan upacara serupa dan hanya berlangsung di Teater Colon yang kecil dan bersuasana intim di ibukota.
Negosiasi damai antara pemirintah dan FARC telah dibicarakan sebelumnya di ibukota Kuba, Havana, dalam empat tahun terakhir. Konflik antara FARC dan pemerintah telah menewaskan lebih dari 220.000 dan menyebabkan jutaan orang terpaksa mengungsi.
ap/yf(afp/rtr/ap)
Potret Langka Gerilyawan Perempuan Kolombia
Sejak lama FARC mengobarkan perang gerilya melawan pasukan pemerintah di Kolombia. Terutama kaum perempuannya dikenal paling sadis. Inilah potret langka kehidupan banal para serdadu perempuan di hutan rahasia Kolombia
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kaum Hawa Bersenjata
Seorang perwira militer Kolombia pernah berkata, "jika kau ditangkap, berdoalah bukan oleh gerilyawan perempuan." Tidak sedikit kaum hawa yang bertempur untuk pemberontak kiri Kolombia, FARC. Salah satunya Juliana yang pernah diperkosa oleh ayah tirinya saat berusia 16 tahun. Ia lalu melarikan diri dan bergabung bersama FARC. Di gambar ini Juliana terlihat bermesraan dengan kekasihnya, Alexis
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kehidupan Setelah Perang
Sepertiga dari sekitar 7000 gerilayawan FARC adalah perempuan. Mereka kerap ditugaskan untuk mengumpulkan data intelijen, melaporkan pergerakan pasukan pemerintah dan membaur bersama penduduk urban buat menjadi informan. Menyusul perundingan damai di Havana, sebagian bekas gerilyawan FARC mulai menyusun rencana hidup pasca perang. Juliana misalnya berniat terjun ke arena politik.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Sadis dan Menakutkan
Gerilyawan perempuan ditakuti karena dikenal sadis dalam menginterogasi tawanan perang. "Mereka lebih ideologis ketimbang para pria. Mereka tanpa ampun," tutur seorang perwira militer Kolombia. Dulu FARC berjuang demi nasib para petani, kini kelompok yang diilhami ideologi Marxisme dan perjuangan Che Guevara itu membiayai perjuangannya lewat perdagangan obat bius.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Lahir lalu Dirampas
2014 silam BBC melaporkan bagaimana kelompok pemberontak Kolombia itu mewajibkan praktik aborsi buat gerilyawan perempuan yang hamil. Jika ada yang berhasil melahirkan, bayinya dirampas dan dibawa ke tempat lain. Laporan merujuk pada kesaksian sejumlah ibu yang berhasil melarikan diri dan kini kembali ke hutan demi mencari anak-anaknya yang hilang.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Modern dan Terkoneksi
Yira Castro berperan sebagai mentor buat gerilyawan perempuan FARC. Sosoknya mewakili generasi baru tentara pemberontak, yakni modern dan terkoneksi dengan dunia luar. Castro banyak mewakili kelompoknya dalam perundingan damai di Havana, Kuba, yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kesetaraan Gender
Banyak cerita yang menyebut perempuan dipaksa menjadi tentara atau direkrut saat remaja. Tapi potret dari dalam kamp persembunyian FARC ini tidak mengindikasikan ketimpangan gender semacam itu. Perempuan terkesan telah terbiasa berbagi tugas dengan pria. Mereka memanggul senjata, sementara lelaki memasak.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Nomaden Hutan
Menu sarapan gerilayawan FARC tidak berbeda dengan hidangan yang lazim disantap kaum miskin di Amerika Selatan, yakni nasi, telur, sosis dan sayur kacang. Setiap regu hidup berpindah-pindah setiap harinya sembari membawa bahan pangan sendiri. "Di dalam FARC kami tidak pernah menyentuh uang," tutur seorang gerilayawan bernama Alexis, "kami mendapat semuanya, mulai dari obat-obatan hingga rokok."
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Perang Tanpa Pemenang
Juan Pablo, 41, komandan front ke-35 FARC telah berperang sejak 25 tahun. "Perang ini akan berakhir tanpa pemenang," ujarnya. Menurut perjanjian damai ia ditugaskan melucuti pasukannya sendiri. Perang saudara di Kolombia tercatat sebagai salah satu konflik paling berdarah di dunia. Konflik ideologi itu menyisakan 220.000 korban tewas, 40.000 orang hilang dan lebih dari lima juta pengungsi