Indonesia dan Malaysia Harus Selamatkan Badak Sumatra
4 Juni 2019
WWF Malaysia telah meminta Pemerintah Malaysia untuk lakukan upaya diplomatik dengan Indonesia guna mencegah punahnya Badak Sumatra.
Iklan
"WWF-Malaysia menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan upaya diplomatik terhadap Indonesia, untuk membantu menyelamatkan spesies ini dengan memungkinkan teknologi reproduksi berbantu terjadi," bunyi pernyataan WWF Malaysia di lamannya pada Selasa (04/06).
Sebelumnya pada hari Senin (27/05) pekan lalu Kertam, badak sumatra subjenis Kalimantan (Dicerorhinus sumatrensis harrisoni), yang berada di Borneo Rhino Alliance (BORA), Taman Nasional Tabin, Sabah, Malaysia, telah mati. Tam, begitu badak tersebut biasa dipanggil, mati karena rusaknya organ-organ dalam tubuh serta faktor usia yang menua. Sejak April Tam, yang merupakan badak jantan terakhir di Malaysia, telah menunjukkan penurunan nafsu makan.
Kini hanya tinggal Iman, badak sumatra betina, di Malaysia yang sayangnya menderita tumor di uterusnya akibat tidak bereproduksi dalam waktu yang lama. "Betina dari spesies badak ini dapat mengembangkan kista di organ reproduksinya jika mereka tidak kawin untuk jangka waktu yang lama", lanjut pernyataan tersebut. Tumor tersebut membuat Iman tak bisa berkembang biak.
Hewan Indonesia dan Asia Yang Kritis Terancam Punah
Daftar Merah IUCN tunjukkan lebih dari 27.000 spesies terancam punah di seluruh dunia. DW mengajak Anda melihat sebagian yang berstatus kritis terancam punah, dalam rangka Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, 22 Mei.
Foto: picture-alliance/Xinhua/Tang Yun
Orang Utan Sumatera (Pongo Abelii)
Orang utan Sumatra, seperti halnya orang utan Borneo dan Tapanuli diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah. Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengklasifikasikan flora dan fauna dalam 7 kategori: tidak mengkhawatirkan, hampir terancam punah, rentan ancaman punah, terancam, kritis terancam punah, punah di alam liar, dan punah.
Trenggiling Sunda adalah salah satu dari 8 spesies trenggiling di seluruh dunia. Ini bisa ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Kedelapan spesies menghadapi ancaman kepunahan mulai dari moderat hingga berat. Trenggiling Sunda dan Cina adalah spesies yang paling terancam, terutama akibat perburuan, penebangan pohon, pembuatan jalan dan manajemen air.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Lisnawati
Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus)
Konfrontasi antara gajah dan manusia bisa segera berkembang menjadi mematikan. Ini disebabkan karena kompetisi ruang hidup semakin intensif. Banyak kawasan yang dulu jadi tempat hidup gajah, dibuka untuk perkebunan dan penebangan. Menurut WWF, hampir 70% ruang hidup gajah Sumatra dihancurkan dalam satu generasi saja.
Foto: Getty Images/C.Mahyuddin
Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)
Cula badak Jawa biasanya lebih pendek dari 25cm, dan lebih kecil dari cula spesies badak lainnya. Rupanya hanya satu populasi badak Jawa hidup di dunia sekarang, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon di ujung Pulau Jawa, Indonesia.
Foto: Colourbox/Jean Vaillancourt
Harimau Sumatra (Panthera tigris ssp. sumatrae)
Spesies harimau ini hidup di Sumatra, dan diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah dalam Daftar Merah IUCN sejak 2008. Salah satu ancaman terbesar atas spesies ini adalah hilangnya ruang hidup akibat perluasan perkebunan kelapa sawit.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Harimau Cina Selatan (Panthera Tigris Amoyensis)
Spesies Harimau Cina Selatan ini berukuran tubuh lebih kecil daripada harimau Indocina. Hewan jantan panjangnya sekitar 250-265 cm. Menurut WWF, spesies harimau ini hampir punah di alam liar. Padahal dulu bisa ditemukan di banyak bagian Cina. Diduga, sekitar 60 ekor kini hidup di sejumlah kebun binatang di Cina.
Foto: Getty Images/AFP/A. Joe
Saiga (Saiga tatarica)
Habitat alamiah Saiga adalah daerah sabana dan gurun. Sekarang, sub spesies Saiga Tatarica hanya bisa ditemukan di sejumlah kawasan di Kazakhstan dan Rusia. Peternakan ukuran kecil dan besar adalah ancaman besar bagi keselamatan spesies ini. Demikian halnya dengan pembuatan jalan dan jalur kereta api, tapi juga kekeringan dan perubahan suhu yang ekstrem yang disulut perubahan iklim.
Foto: Imago/blickwinkel
Kuntul Perut Putih (Ardea insignis)
Tempat hidup aslinya adalah kawasan hutan dan daerah padang rumput. Salah satu ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian kawasan tinggal dan komersial. Selain itu, perburuan dan penempatan perangkap juga mengancam keselamatan spesies ini. Mereka masih bisa ditemukan di sebagian kawasan Bhutan dan Myanmar.
Foto: Imago/Nature Picture Library/S. Kadur
Unta Baktria Liar (Camelus ferus)
Berlawanan dengan unta Arab yang berpunuk tunggal, unta Baktria memiliki dua punuk. Spesies ini bisa ditemukan di sejumlah bagian Cina utara dan Mongolia selatan. Ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian perumahan kawasan komersial, juga peternakan.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/Chapman
Sturgeon Rusia (Acipenser gueldenstaedtii)
Spesies ini masih bisa ditemukan di Iran, Kazakhstan dan sebagian negara Eropa Timur. Penggunaan sumber daya biologis, misalnya penangkapan ikan adalah ancaman terbesar bagi spesies ikan ini. Demikian halnya dengan polusi kawasan perairan.
Gibbon atau ungka ini berasal dari kawasan tenggara Cina dan Vietnam utara. Hingga awal 2000 spesies ini diduga telah punah. Namun tahun 2002 populasi kecil ditemukan di Vietnam timur laut. Ancaman terbesar atas spesies ini adalah pembangunan kawasan tinggal dan komersial, perburuan dan pemasangan jebakan. (Ed.: ml/hp)
Foto: picture-alliance/Xinhua/Tang Yun
11 foto1 | 11
Untuk mempercepat kolaborasi, WWF-Malaysia mendesak pemerintah untuk mengangkat masalah ini pada pertemuan tahunan Trilateral Heart of Borneo di tahun 2015. Masalah ini pun sudah dibawa ke KTT tahunan antara Perdana Menteri Malaysia dan Presiden Indonesia. "Namun, terlepas dari tingkat keterlibatan diplomatik yang tinggi, upaya teknologi reproduksi berbantu belum dilakukan," terang pernyataan tersebut.
Harapan dari Indonesia
Pada tahun lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur bersama Sumatran Rhino Rescue berhasil menangkap dan memindahkan badak sumatera betina bernama Pahu dari hutan Kalimantan Timur ke Suaka Rhino Sumatra, Hutan Kelian Lestari di Kabupaten Kutai Barat. Polisi dan bulldozer mengiringi proses pemindahannya karena Pahu dianggap satwa yang sangat penting.
"Survei terbaru kami menunjukkan bahwa masih ada badak (sumatera) lain di hutan-hutan Kalimantan. Ini memberi saya harapan baru,” kata Margaret Kinnaird selaku pemimpin praktik margasatwa dari WWF Internasional seperti dilansir kompas.com.
Eksekutif Direktur International Rhino Foundation, Susie Ellis, mengatakan bahwa masih terdapat sekitar 80 ekor badak sumatera yang harus dilindungi secara intensif dan dikembangbiakkan secara semi alami. Warga lokal juga harus dilibatkan agar timbul kebanggaan terhadap hewan yang hampir punah tersebut. "Ini adalah pertarungan yang kita tidak boleh kalah,” ujarnya. yp/hp (wwf.org.my, mongabay.co.id, kompas.com)
Menatap Masa Depan Suram
Sementara sejumlah spesies terancam punah terutama karena perburuan ilegal, ada sejumlah lainnya yang berhasil berkembang berkat kerja keras pakar flora dan fauna liar. Keserakahan manusia kerap jadi ancamannya.
Foto: picture-alliance/robertharding
Jalan Menuju Kepunahan
Permintaan cula badak, terutama di Asia, mendorong spesies itu menuju kepunahan. Walaupun perdagangan cula badak dilarang di bawah kesepakatan CITES (konvensi perdagangan satwa liar) sejak 1977, di alam bebas tinggal 25,600 badak hidup. Raja Swaziland mengusulkan agar perdagangannya dilegalisasi dalam Konferensi Satwa Liar di Johannesburg (24/09-05/10).
Foto: picture-alliance/robertharding
Tragedi Akibat Nilai Gading
Walaupun gajah Afrika secara tragis berkurang sepertiga antara 2007-2015 akibat perdagangan gading, Zimbabwe dan Namibia usul agar perdagangannya dilegalisasi, sebagai upaya mengurangi permintaan. Menurut perkiraan terakhir, sekitar 27.000 gajah mati tiap tahun akibat perburuan liar dan perdagangan gading.
Foto: picture-alliance/AP Photo/African Parks
Simbol Hidup di Alam Bebas
Singa Afrika belum dianggap spesies yang terancam dan dijaga lewat kesepakatan CITES. Tapi banyak organisasi, misalnya Humane Society International sudah mengusulkan agar spesies itu dapat proteksi, karena diperkirakan hanya 20.000 hidup di alam bebas Afrika. Proposal ini ditentang, antara lain oleh Uni Eropa.
Foto: Imago/imagebroker
Paling Atas pada Daftar
Trenggiling adalah mamalia liar yang paling diperdagangkan. Sisiknya digunakan dalam obat-obatan tradisional, terutama di Cina, dan hewan ini jadi "piala" bagi banyak pemburu. Karena dari delapan spesies trenggiling semua terancam punah, peserta konferensi 2016 setuju pengetatan secara umum perdagangan binatang ini.
Foto: picture alliance/AP Photo
Cangkang Yang Cantik
Walaupun warna-warna cantik cangkang menambah keindahan rumah Anda, tindakan sederhana itu bisa merugikan invertebrata laut yang langka, seperti "chambered nautilus". Keong raksasa ini jadi dalah satu spesies yang diusulkan penjagaannya oleh pakar satwa langka dalam konferensi tahun ini.
Foto: picture-alliance/dpa/MARUM Universität Bremen/LMU München
Seperti Badak Terbang
Burung mengagumkan ini punya paruh yang berbentuk seperti helm. Berat paruhnya 11% dari 3 kg berat seekor burung. Burung jantan menggunakan paruhnya dalam pertarungan lawan burung lain. Manusia menggunakannya untuk dekorasi. Burung ini sudah masuk daftar Apendiks I. Tapi Indonesia meminta pengetatan penjagaan spesies ini, dan kerjasama antar negara untuk jaga kelestariannya.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/W. Layer
Alam Liar Juga Hijau
Tumbuhan kurang diperhatikan dalam diskusi alam liar. Tapi konferensi tahun ini juga menyoroti masalah terkait pembalakan legal dan ilegal di seluruh dunia, yang mengancam sejumlah besar spesies pohon. Minyalnya, di Asia permintaan kayu sonokeling bernilai tinggi mendorong jaringan kriminalitas antar negara.