Pemerintah Optimistis 30.000 Tes Corona per Hari Akhir 2020
28 Agustus 2020
Saat ini jumlah tes corona yang dilakukan di Indonesia masih jauh di bawah rekomendasi WHO. Namun pemerintah optimistis bahwa 30-40 ribu tes per hari dapat terlaksana di akhir tahun 2020.
Iklan
Pemerintah optimistis pelaksanaan rapid tes untuk mengetahui inveksi virus corona SARS-CoV-2 di Indonesia pada akhir tahun 2020 dapat ditingkatkan menjadi sebanyak 30.000 hingga 40.000 tes per harinya, demikian dinyatakan Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito dalam kesempatan tanya jawab online dengan sejumlah koresponden media asing, Jumat (28/08).
“Saya sangat yakin bahwa pada akhir tahun, target (pelaksanaan tes sebanyak) 30-40 ribu per hari dapat diraih,” ujar Wiku. Saat ini, jumlah tes corona per hari di Indonesia memang masih di bawah standar, yaitu hanya sebesar 35,6 persen dari standar yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO.
Presiden Joko Widodo sebelumnya telah menetapkan target untuk melakukan hingga 30.000 tes per hari di seluruh Indonesia. Namun hingga kini hanya sejumlah kecil daerah yang mampu melakukan tes dalam jumlah besar tersebut, utamanya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Sulawesi Selatan.
“Pada awal Agustus kita pernah mencapai jumlah 30.565 per hari… Ini adalah tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa jumlah tes harus ditingkatkan, dan jumlah orang yang dites seperti yang ditargetkan oleh WHO juga meningkat,” ujar Wiku.
Lebih lanjut Wiku mengatakan adanya masalah geografis dalam melakukan tes, mengingat luasnya area negara Indonesia. “Kondisi geografis di Indonesia juga menjadi masalah untuk lebih banyak melakukan test karena makan waktu untuk mengirim sample dari daerah-daerah terpencil di Indonesia. Tapi di kota besar kapasitas laboratorium juga sudah penuh,” ujarnya.
Infeksi kembali meningkat
Seperti dilaporkan oleh kantor berita Reuters, pada hari Jumat Indonesia melaporkan 3.003 kasus infeksi baru virus corona. Ini adalah peningkatan terbesar dalam infeksi baru dalam dua hari berturut-turut menurut data satuan tugas COVID-19. Dengan tambahan kasus ini, total infeksi virus corona di Indonesia menjadi 165.887 kasus, sementara total angka kematian mencapai 7.169 dengan 105 kasus kematian baru.
Menanggapi hal tersebut, Wiku mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap angka tersebut, di antaranya adalah masalah pelaporan hasil tes. Saat ini Indonesia memiliki 320 laboratorium yang dilengkapi dengan mesin PCR untuk melakukan tes di 12 kementerian dan institusi. Pihaknya tengah berupaya untuk memperbaiki koordinasi antara laboratorium tersebut untuk memastikan bahwa jumlah tes di tiap-tiap laboratorium dapat lebih optimal.
Suasana Sekolah di Seluruh Dunia Saat Pandemi Corona
Masa liburan sekolah telah berakhir, infeksi COVID-19 juga kembali meningkat di berbagai negara. Sekolah di seluruh dunia melakukan penyesuaian terhadap kegiatan belajar di kelas agar tidak kembali ditutup.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Thailand: Belajar dalam kotak
Sekitar 250 murid yang belajar di sekolah What Khlong Toey di Bangkok kini harus belajar dari dalam kotak plastik dan memakai masker sepanjang hari. Di luar ruang kelas tersedia wastafel dan dispenser sabun. Suhu tubuh murid juga diukur setiap pagi. Aturan ketat ini berhasil: sekolah ini tidak melaporkan infeksi baru sejak Juli.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Swedia: Tidak ada aturan khusus untuk corona
Murid di sekolah-sekolah Swedia memang masih libur. Namun foto ini, yang diambil sebelumnya, melambangkan pendekatan negara ini terhadap penanganan COVID-19. Swedia belum pernah mewajibkan warganya untuk memakai masker. Bisnis, bar, restoran dan sekolah di sana juga tetap boleh beroperasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/TT/J. Gow
Jerman: Pakai masker di kelas
Murid di SD Petri di Dortmund, negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW), jadi teladan yang patut ditiru. Sebagaimana sekolah di seluruh NRW yang merupakan negara bagian terpadat di Jerman, sekolah ini juga mewajibkan murid untuk memakai masker, termasuk di dalam ruang kelas. Sampai sekarang belum bisa dinilai apakah aturan ini berhasil atau tidak. Sekolah baru saja mulai tanggal 12 Augustus.
Foto: Getty Images/AFP/I. Fassbender
Tepi Barat: Masuk kelas lagi setelah 5 bulan
Sekolah juga kembali dibuka di Hebron, 30 kilometer di selatan Yerusalem. Murid di wilayah ini diwajibkan memakai masker, bahkan di beberapa sekolah, mereka juga harus memakan sarung tangan. Meskipun memakai masker, semangat guru dalam foto saat mengajar terlihat jelas. Sekolah-sekolah di Palestina tutup sejak bulan Maret dan Hebron dinyatakan sebagai pusat infeksi.
Foto: Getty Images/AFP/H. Bader
India: Pelajaran lewat pengeras suara
Sekolah di Dandwal, di negara bagian Maharashtra, India, menyediakan sarana khusus untuk murid yang tidak bisa mengakses internet. Di sini, murid bisa mengikuti kegiatan belajar dan mengejar tugas-tugas yang tertinggal dengan mendengarkan rekaman yang kemudian diputar dan disiarkan dengan bantuan pengeras suara. Maharashtra termasuk daerah yang terpukul parah oleh pandemi.
Foto: Reuters/P. Waydande
Kongo: Wajib cek suhu tubuh sebelum masuk kelas
Pihak berwenang di Lingwala, di pinggiran ibu kota Kongo, Kinshasa, menanggapi ancaman infeksi virus corona di kalangan siswa dengan amat serius. Setiap siswa yang belajar di Sekolah Reverend Kim diharuskan untuk mengukur suhu tubuh sebelum diizinkan masuk gedung. Masker wajah juga wajib dipakai.
Foto: Getty Images/AFP/A. Mpiana
Amerika Serikat: Kelas di daerah hot spot pandemi
Sekolah-sekolah di AS juga melakukan cek suhu tubuh setiap hari agar bisa menemukan potensi kasus COVID-19. Aturan ini dibutuhkan di negara yang masih mencatatkan angka infeksi tertinggi di dunia tersebut. Pada tanggal 13 Agustus, Universitas Johns Hopkins melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, ada lebih banyak orang meninggal bila dibandingkan dengan periode sejak akhir Mei.
Foto: picture-alliance/Newscom/P. C. James
Brasil: Sarung tangan dan pelukan
Maura Silva (kiri), guru sekolah umum di Rio de Janeiro barat, di dekat salah satu daerah kumuh terbesar kota itu, berusaha mengunjungi murid-muridnya di rumah mereka. Ia juga membawa sebuah perlengkapan untuk memeluk para muridnya. Sebelum menggendong mereka, Silva dan muridnya memakai masker dan membantu mereka mengenakan sarung tangan plastik. (bo/ae)
Foto: Reuters/P. Olivares
8 foto1 | 8
“Kami juga memastikan bahwa beban (bagi staf di laboratorium) tidak terlalu tinggi, karena akan sangat berbahaya bagi staf di laboratorium untuk bekerja terus menerus karena mereka menangani agen yang bisa menginfeksi mereka,” tegas Wiku.
Sementara itu, agar tiap-tiap daerah dapat kembali berangsur memulai aktivitas di bidang ekonomi, sosial maupun budaya, daerah tersebut harus membuktikan bahwa mereka telah melakukan tes yang cukup mendukung dan dapat menekan jumlah kasus yang ada.
“Contohnya kalau mau mulai membuka sebuah pasar, harus yakin dulu bahwa sudah ada studi di daerah atau kota tertentu dan fasilitas kesehatan yang ada juga cukup memadai kalau-kalau ada peningkatan kasus,” ujar Wiku.