Protes Meluas, Peru Umumkan Keadaan Darurat Nasional
15 Desember 2022
Pemerintah Peru mendeklarasikan keadaan darurat nasional selama 30 hari, setelah aksi protes meluas dan rusuh menyusul pencopotan mantan Presiden Pedro Castillo atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi.
Iklan
Pemerintah Peru hari Rabu (14/12) mengumumkan keadaan darurat nasional selama 30 hari setelah protes yang mengguncang negara itu pada hari-hari penuh gejolak sejak Presiden Pedro Castillo dicopot dari jabatannya atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi pekan lalu.
"Keadaan darurat telah diumumkan untuk seluruh negeri, karena tindakan vandalisme dan kekerasan, penyitaan jalan raya dan jalan raya, (...) dan membutuhkan tanggapan yang kuat dan berwibawa," kata Alberto Otarola, menteri pertahanan Peru.
Langkah itu dilakukan kurang dari seminggu setelah mantan Presiden Pedro Castillo berusaha membubarkan Kongres untuk menghindari pemakzulan ketiganya oleh badan yang dipimpin oposisi. Sebaliknya, anggota parlemen mencabut mandatnya dan memerintahkan penangkapannya.
Pengunjuk rasa Peru tuntut pemilu baru segera
Pedro Castillo ditangkap pada 7 Desember, saat berusaha melarikan diri ke Kedutaan Besar Meksiko di Lima. Meksiko, bersama dengan negara-negara kiri lainnya di kawasan itu, telah menyuarakan dukungan kepada politisi kiri itu.
Iklan
Setelah penangkapannya, Wakil Presiden Dina Boluarte dilantik sebagai presiden baru. Dina Boluarte berusaha meredakan kemarahan yang meningkat di jalanan dengan mengumumkan bahwa pemilu akan dipercepat dari 2026 ke 2024, namun hal ini tidak meredakan kemarahan warga. Dia lalu mengatakan bahwa pemilu baru dapat berlangsung paling cepat Desember 2023.
Namun demikian, para pendukung Pedro Castillo tetap menuntut pembebasannya dan menyerukan agar pemilu baru segera diadakan. Mereka yang menentangnya juga menyerukan agar Kongres dibubarkan dan pemilihan baru diadakan, ketimbang menerima Dina Boluarte sebagai presiden.
Pada hari Rabu (14/12), seorang hakim di Lima menolak pembebasan Castilo dari penjara, karena jaksa mengajukan permintaan agar dia tetap di penjara selama 18 bulan penahanan pra-sidang.
Setidaknya tujuh orang tewas di tengah protes anti-pemerintah selama beberapa hari terakhir.
Peru Hadapi Darurat Lingkungan Akibat Tumpahan Minyak Berbahaya
Bermula dari erupsi gunung Tonga, 6,000 barel (9,539,237 liter) minyak tumpah ke laut lepas pantai Peru. Pemerintah umumkan keadaan darurat.
Foto: Pilar Olivares/REUTERS
Wabah hitam
Ombak mengalirkan minyak ke pantai Cavero di Ventanilla, sekitar 30 kilometer sebelah utara Lima, ibu kota Peru. Hampir 1,2 juta liter minyak mentah tumpah ke Samudera Pasifik, yang juga tidak jauh dari lokasi dihantamnya kapal tanker Mare Doricum saat bongkar muat minyak mentah di kilang Pampila.
Foto: Martin Mejia/AP Photo/picture alliance
Darurat lingkungan
Peru umumkan status darurat lingkungan, dan upaya pembersihan sedang berlangsung di sepanjang garis pantai. Penyebab gelombang besar berujung bencana itu berlokasi 10,000 kilometer: Gunung api bawah laut, Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, di Kepulauan Samudera Pasifik, Tonga, meletus pada 14 Januari 2022 yang sebabkan Tsunami hingga Amerika Selatan.
Foto: Angela Ponce/REUTERS
Bencana lingkungan terparah Peru
Dari foto satelit tampak tumpahan minyak di lepas Pantai Cavero. Ini menjadi bencana lingkungan terparah sepanjang sejarah Peru. Bagian dari Samudera Pasifik di lepas pantai Peru kaya akan ekosistem lautnya, dan Menteri Lingkungan sebut lebih dari 180 hektar garis pantai dan 713 hektar laut terdampak akibat tumpahan minyak yang terbawa arus di sepanjang pantai.
Foto: 2022 Maxar Technologies/REUTERS
Tumpahan minyak ancam satwa liar dan perekonomian
Tumpahan minyak itu berlanjut hingga mengancam burung laut dan kehidupan laut, akibatkan kerugian besar bagi industri perikanan dan pariwisata Peru. Pemerintah Peru telah meminta bantuan internasional.
Foto: CRIS BOURONCLE/AFP
‘Repsol, hengkanglah dari Peru!’
Penduduk yang terdampak bencana itu berdemonstrasi di depan kilang Pampila milik raksasa minyak Spanyol, Repsol. Membawa tulisan “Repsol, hengkang dari Peru.” Pemerintah Peru menyalahkan Repsol karena pipa dan kapal tankernya yang sebabkan kebocoran. Pemerintah menuntut ganti rugi dari Repsol.
Foto: CRIS BOURONCLE/AFP/Getty Images
Gerobak dan sekop
Repsol telah mengirim tim reaksi cepat serta peralatan untuk menahan tumpahan minyak, namun menolak bertanggung jawab atas bencana itu. Repsol sebut Pemerintah Peru gagal mengeluarkan peringatan tsunami setelah letusan bahwa laut Tonga. Dalam gambar, terlihat pegawai Repsol mengangkut pasir tercemar ke dalam sebuah gerobak di pantai Cavero.
Foto: Marcos Reategui/Getty Images
Aksi protes kreatif
Mereka tidak percaya dengan ucapan perusahaan: Dengan rok merah panjang, mereka memprotes Repsol di Lima. Di Peru, banyak yang menyalahkan Repsol atas bencana luar biasa itu. Sementara, Repsol masih sibuk mengendalikan kerusakannya sendiri. Jamie Fernandez-Cuesta, Presiden Repsol Peru sebut Repsol akan “melakukan segalanya untuk memperbaiki bencana ini secepat mungkin.”
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP
Burung dan berang-berang laut binasa
Pegawai Dinas Kehutanan Peru temukan banyak berang-berang laut dan burung yang tewas terdampar di pantai dan di cagar alam, contohnya burung laut yang mati ini di pantai Ventanilla. Ahli Biologi Guillermo Ramos dari Dinas Kehutanan cemaskan akan banyak hewan yang tewas jika tumpahan minyak terus menyebar.
Foto: Pilar Olivares/REUTERS
Selamat saat detik terakhir
Burung kormoran beruntung: termasuk 1 dari 40 burung yang diselamatkan ke kebun binatang Parque de Las Leyendas di Lima, setelah tim penolong menyelamatkannya dari pantai yang dipenuhi minyak. Penguin Humboldt juga diselamatkan. Persatuan Konservasi Alam Internasional menganggap mereka spesies yang terancam punah.
Foto: Parque de las Leyenzas Zoo/AFP
‘Kami lakukan semua yang kami bisa’
Tim dokter hewan tengah merawat burung-burung itu, memandikannya dengan pembersih khusus untuk menghilangkan minyak. “Kami belum pernah melihat ini sebelumnya di Peru,” kata Ahli Biologi Liseth Bermudez kepada AFP. Prognosis burung-burung ini tidak jelas, dia mengatakan “kami lakukan semua yang kami bisa.” (mh/hp)
Foto: Parque de las Leyenzas Zoo/AFP
10 foto1 | 10
Peru bisa kembali ke kekacauan dan pemberontakan era 1980-an
Saat mengumumkan rencananya untuk mempercepat pemilihan, Presiden Dina Boluarte menegaskan bahwa "Peru tidak bisa dibanjiri darah."
Ketika pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan, melempari polisi dengan batu dan mencoba menyerbu Kongres, Dina Boluarte berkata, "Satu-satunya hal yang dapat saya katakan kepada saudara-saudari [adalah] untuk tetap tenang. Kami telah menjalani pengalaman ini di tahun 80-an dan 90-an, dan saya yakin kita tidak ingin kembali ke sejarah yang menyakitkan itu."
Pernyataan tersebut mengacu pada tahun-tahun di mana kelompok pemberontak melakukan pengeboman dan pembunuhan di seluruh negeri, yang memicu kekerasan selama puluhan tahun dan menyebabkan kematian dan hilangnya hampir 70.000 orang.
"Ini adalah guncangan sosial yang sangat serius," kata ombudsman Peru, Eliana Revollar. "Kami khawatir ini akan mengarah pada pemberontakan karena ada orang yang menyerukan pemberontakan, yang ingin mengangkat senjata."
Tampil melalui tautan video di depan pengadilan di Lima pada hari Selasa (13/12), Pedro Castillo mengecam apa yang disebutnya "penangkapan yang sewenang-wenang dan tidak adil", dan menyatakan bahwa dia "tidak akan pernah menyerah dan mengabaikan tujuan rakyat yang membawa saya ke sini."
Dia kemudian mengimbau pasukan keamanan "untuk meletakkan senjata mereka dan berhenti membunuh orang-orang yang haus keadilan."