1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Sri Lanka dan Pemberontak Tamil Berunding

28 Oktober 2006

Perundingan dua hari (28-29/10) diselenggarakan di Jenewa.

Serangan bunuh diri Macan Tamil (16/10)menewaskan puluhan orang.
Serangan bunuh diri Macan Tamil (16/10)menewaskan puluhan orang.Foto: AP

Adalah sebuah keajaiban bahwa pemberontak Tamil dan pemerintah Sri Lanka bertemu untuk melakukan perundingan. Tapi memang diperlukan semacam keajaiban untuk membawa kedua seteru itu keluar dari jalan buntu.

Selama 10 bulan terakhir ini, konflik antara mereka mengakibatkan darah mengalir deras di bumi Sri Lanka yang menjadi tujuan wisata. Pertempuran dan serangan menewaskan lebih dari 3000 orang.

Gencatan senjata yang disepakati tahun 2002 antara Pemberontak Macan Tamil Eelam dan pemerintah di Kolombo hanya tertera di atas kertas. Tidak heran jika Ketua tim mediasi Norwegia Eric Solheim menyampaikan desakan.

Eric Solheim: "Semua bentuk kekerasan harus dihentikan. Semua operasi militer, semua teror, semua pembunuhan, semua itu harus diakhiri. Ini pesan yang sangat jelas dari seluruh masyarakat internasional, terutama AS."

Tekanan internasional dapat melakukan banyak hal di Sri Lanka. Kedua pihak yang bertikai tidak berani mengambil resiko untuk membatalkan gencatan senjata, karena kuatir akan isolasi dan kritik dari dunia internasional.

Baik pemerintah maupun kelompok pemberontak sama-sama menegaskan kesungguhan untuk mencari solusi damai. Namun dalam hal mengakhiri kekerasan, mereka saling menunggu pihak lawan mengambil langkah pertama.

Pemberontak Macan Tamil Eelam LTTE menuntut diakhirinya serangan udara terhadap wilayah yang dikuasai minoritas Tamil di utara dan timur Sri Lanka. Sementara pemerintah menuntut pemberontak lebih dulu mengakhiri serangan di wilayah selatan dan barat, dimana etnis mayoritas Sinhala bermukim. Seperti dikatakan juru runding pemerintah Palita Kohona.

Palita Kohona: "Tentara Sri Lanka tidak akan melancarkan operasi militer lagi jika LTTE menghentikan provokasinya. Adalah penting jika LTTE mengakui bahwa masalah di Sri Lanka hanya bisa dipecahkan lewat perundingan, dialog dan diskusi."

Pemerintah menunjukkan itikad kuat menuju meja perundingan di Jenewa. Awal pekan ini Presiden Rajapakse menyepakati perjanjian bersejarah dengan pemimpin pemberontak Wickremesinghe. Salah satu tujuan utamanya: penyelesaian damai konflik etnis di Sri Lanka. Presiden Rajapakse:

Presiden Rajapakse: "Kita harus lebih dulu memikirkan negri kita, bukan keuntungan pribadi. Hanya dengan begitu kita bisa memerangi terorisme dan membawa perdamaian ke negeri ini. Kita menginginkan negeri yang damai dan kita ingin kemajuan bagi generasi masa depan."

Dalam perundingan dua hari, Sabtu Minggu ini, di Jenewa, pemberontak Macan Tamil terutama ingin membicarakan masalah-masalah kemanusiaan. Termasuk nasib lebih dari 300 ribu warga yang terpaksa mengungsi demi menyelamatkan diri dari pertempuran. Dan tentang minimnya suplai bahan pokok ke wilayah Tamil.

Banyak pengamat memperkirkan, hasil terbaik yang bisa dilahirkan dari meja perundingan di Jenewa adalah jadwal bagi pertemuan selanjutnya. Namun, bukan berarti tak ada kemungkinan perundingan gagal dan tak menghasilkan apa-apa.

Salah seorang jurubicara pemberontak memperingatkan, jika pemerintah tidak membuka akses menuju kawasan utara semenanjung Jaffna yang kekurangan suplai barang, maka LTT tidak akan melanjutkan pembicaraan.