"Tidak ada krisis stabilitas di Jerman"
20 Desember 2017Sebagian besar warga Jerman menanggapi santai kondisi politik di penghujung tahun, tiga bulan setelah pemilu. Memang belum ada pemerintahan yang terbentuk, tapi dalam sistem politik Jerman tidak ada kevakuman. Sebab konstitusi mengatur bahwa pemerintahan yang lama akan terus menjabat sebagai pelaksana pemerintahan.
Berarti, Angela Merkel dan kabinet yang selama ini memerintah masih tetap menjalankan tugas-tugasnya, sampai pemerintahan baru terbentuk. Ini adalah masa transisi terpanjang yang pernah dialami Jerman. Bahkan para pengamat politik memperkirakan, pemerintahan resmi baru akan terbentuk bulan maret mendatang. Karena perundingan CDU/CSU dengan SPD untuk membentuk koalisi besar akan berlangsung alot.
Yang menunggu dengan waswas adalah negara-negara tetangga Jerman. Karena sebagai pelaksana jabatan, Kanselir Angela Merkel dan pemerintahannya tidak akan membuat keputusan besar atau menandatangani perjanjian penting. Akibatnya, beberapa agenda penting Uni Eropa terpaksa harus ditunda, sampai di Jerman terbentuk pemerintahan baru.
Tidak ada yang panik
Kebanyakan warga Jerman tidak merasa terganggu dengan kondisi saat ini. Mereka tetap percaya kepada kestabilan politik dan pemerintahan yang tetap berfungsi baik.
"Saya tidak melihat banyak perbedaan dari sebelumnya," kata Nadja Helling, 36 tahun, sambil memegang cangkir anggur hangat Gluehwein di pasar Natal di Berlin. "Ini tidak ideal, tapi tidak ada yang perlu panik."
Situasi ekonomi memang cukup baik. Ekonomi Jerman menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan suku bunga sangat rendah memicu konsumsi rumah tangga dan kenaikan upah. Pada saat yang sama, anggak pengangguran terus turun.
"Kami tidak menganggur dan bisa menikmati pasar Natal," kata teman Helling, Silvia. "Jadi, apa masalahnya?"
Tidak ada resiko ekonomi
Lembaga penelitian IFO yang berbasis di München pekan lalu menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi 2,6 persen untuk tahun depan. Inilah tingkat pertumbuhan tertinggi sejak 2011.
Lembaga penelitian lain, IFW yang ada di Kiel menerangkan, tertundanya pembentukan pemerintahan "tidak menimbulkan resiko ekonomi", namun juga IFW memperingatkan kemungkinan dampaknya untuk jangka panjang.
"Boom ekonomi mungkin terasa menyenangkan, tapi bisa juga membawa benih krisis. Pandangan bahwa boom (ekonomi) tidak berbahaya, selama harga-harga bisa terkendali, terlalu menggampangkan," kata Stefan Kooth dari IFW.
Beralih haluan
Setelah gagal membentuk koalisi dengan Partai Hujau dan kubu Liberaldemokrat FDP, Angela Merkel kini membujuk Sosialdemokrat SPD untuk melanjutkan koalisi besar. Sebenarnya setelah mengalami kekalahan besar pada pemilu September, SPD yang hanya mampu merebut sedikit di atas 20% suara, segera mengumumkan tidak akan melanjutkan koalisi besar dan akan menjadi oposisi.
Namun tanpa diduga FDP meninggalkan putaran konsultasi untuk membentuk koalisi segitigaCDU/CSU-Partai Hijau-FDP yang sering disebut-sebut sebagai koalisi Jamaika, karena warna yang digunakan ketiga partai sama dengan warna bendera Jamaika.
Akhirnya, banyak mendesak SPD agar mempertimbangkan lagi keputusannya dan masuk dalam perundingan koalisi dengan Kanselir Angela Merkel.
"Saya menduga proses ini akan memakan waktu lama. Namun orang-orang yang berbicara tentang ketidakstabilan semuanya keliru. Kami punya pemerintahan transisi yang stabil, parlemen yang efektif dan demokrasi yang berfungsi dengan baik," kata Nils Diederich, profesor politik dari Berlin.
"Satu-satunya krisis politik di Jerman adalah perdebatan internal dalam partai-partai besar, terutama SPD, kata Diederich. "SPD perlu waktu untuk melalui proses sulit ini."
hp/vlz (rtr, dpa)