1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan paus baru / Konflik India-Pakistan

19 April 2005

Pemilihan Paus baru dan konflik India-Pakistan menjadi topik sorotan kali ini.

Cerobong Kapel Sistina mengeluarkan asap hitam
Cerobong Kapel Sistina mengeluarkan asap hitamFoto: AP

Pemilihan pengganti Yohanes Paulus II dimulai sejak Senin, 18 April. 115 Kardinal yang telah berusia lanjut akan memilih pemimpin dari lebih satu milyar umat Katolik di dunia.

Harian Spanyol El Periodico menganggap proses pemilihan paus tidak demokratis. Berikut komentarnya:

Banyak umat tidak terwakili dalam konklaf. Terutama 500 juta perempuan, yang perannya kurang penting di Gereja Katoilik. Di Konklaf juga jutaan pemeluk agama Katolik tidak terwakili. Yakni mereka yang tidak mendukung kepemimpinan gereja, karena merasa suara hatinya tidak dihormati, dan mereka yang tidak menyetujui doktrin Vatikan mengenai seksualitas .

Penilaian harian Perancis La Croix tentang pemilihan paus:

Paus yang terpilih adalah pilihan mereka yang menulis namanya , dan mereka yang tidak menulis namanya. Apakah akan pernah diketahui bahwa paus yang terpilih mungkin wakil dari kubu atau klik tertentu? Bahwa sekian suara memilihnya dan sekian suara tidak memilihnya? Yang pasti , ia adalah paus dari 115 kardinal yang berhak memilih. Tugasnya , menjadi paus untuk satu milyar warga Katolik.

Namun harian Austria Der Standard berpendapat, nama paus tidak penting:

Masalahnya, apakah para kardinal memilih seorang paus yang menghidupkan kembali reformasi konsili kedua Vatikan, ataukah dengan skenario gereja memilih tokoh yang menolak reformasi , dan hanya dengan perdebatan hangat tentang moral membela kaum miskin dan keadilan. Nama dari paus berikutnya tidak penting. Yang penting, kemampuan menilai, kebijakan dan naluri seorang Paus Yohannes ke-23. Dan bersama semua umat beragama tanpa sikap arogan dan dengan rendah hati menghadapi tantangan-tantangan berat di dunia. Tanpa konsili tak mungkin paus seorang diri akan berhasil mengerakkan suatu proyek, baik yang konservatif maupun yang reformatif.

Tema berikutnya: Konflik India-Pakistan.

Media massa dengan serius mengamati lawatan Presiden Pakistan Pervez Musharraf ke India. Terlebih Musharraf datang ke India dengan membawa pesan perdamaian.

Harian liberal kiri Inggris The Guardian berkomentar:

Masalahnya, untuk India-Pakistan tidak ada rencana perdamaian , seperti Roadmapnya Timur Tengah. Namun telah disadari makna penting dari kontak pribadi antara kedua pemimpin untuk melembutkan suasana, juga lewat perdagangan bilateral dan perundingan mengenai poyek pembanguan pipa gas dari Iran melalui Pakistan sampai ke India. Yang penting, militer di kedua negara menyadari, proses pembangunan dan kerjasama ekonomi tidak dapat dilaksanakan dengan perang dan diplomasi. Memang perdamaian belum tercapai di Asia Selatan. Namun orang akan cukup bijak untuk menjalin jaringan kontak, guna memperlunak konflik Kashmir.