1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan umum di Iran ; Pembebasan tawanan Guantanamo ; Antisemitisme di UE

20 Februari 2004

Di Iran Jumat kemarin dilaksanakan pemilihan umum parlemen yang kontroversial. Sebelumnya Dewan Pengawasan, badan pengawas politik kaum konservatif berupaya memenangkan pemilu dengan menghalangi politisi reformis ikut dalam pemilu , serta pembredelan suratkabar reformis.

Tampaknya Iran memutuskan untuk memilih diktatur religius, demikian komentar harian Prancis Libération:
Di Iran gerakan reformis mengecewakan para pengikutnya dan menimbulkan sikap masa bodoh warga Iran. Islamisme moderat yang dilambangkan oleh tokoh Presiden Khatami, bagi banyak lawan rejimnya dianggap terlalu moderat, untuk dapat mengalahkan kaum konservatif. Tinggal menunggu saja, apa tindakan selanjutnya dari kaum konservatif setelah kemenangan yang tampaknya sudah dapat dipastikan.
Rupanya mereka bertekad memulihkan kembali dikatatur religius yang tegas dan non-kompromis. Apabila kaum konservatif kembali memegang tampuk pimpinan, maka hanya akan ada satu perbedaan. Setan besar Amerika sementara ini telah kehilangan setan kecil Saddam Hussein, dan kawan-kawannya, para ayatollah, juga di Irak berusaha meraih kekuasaan.

Juga harian Rusia Komersant menganggap mustahil terjadi kejutan baru sebagai hasil pemilu di Iran:
Konflik antara kubu konservatif dan reformis dalam kampanye pemilu cukup menegangkan. Namun kesan itu salah. Sebenarnya semuanya berjalan menurut skema yang telah ditetapkan, yang hasilnya tidak akan mengejutkan. Sebab di Iran terdapat sistim kokoh yang menjamin kekuasaan berada tetap di tangan pimpinan negara, tidak tergantung pada suara para pemilih.

Harian Italia ll Messaggero dalam komentarnya mengulas peran luar negeri di Iran:
Dalam pemilihan umum parlemen di Iran kelompok religius akan menang lagi. Namun apa yang akan terjadi sesudah pemilu? Apakah gerakan reformis akan kehilangan kekuatannya, ataukah aktivitasnya akan menjurus ke konfrontasi yang lebih radikal dengan rejim Islam? Kemudian, bagaimana sikap negara-negara barat, mengingat kecurangan dalam pemilu yang akan memberikan kekuasaan kepada kaum konservatif di parlemen.

Lima tawanan Inggris yang ditahan di pangkalan militer AS Guantanamo , dalam waktu dekat akan dibebaskan. Menlu Inggris Jack Straw mengatakan, perundingan dengan AS mengenai pembebasan empat tahanan Inggris lainnya akan dilanjutkan. Juga seorang tawanan Denmark akan dibebaskan. AS di Guantanamo menahan sekitar 600 tersangka anggota jaringan teror Al Qaida dan Taliban Afganistan, tanpa tuduhan dan bantuan hukum.

Harian Inggris The Independent menulis:
Presiden AS George W Bush mengira AS karena mendapat dukungan internasional bagi perang melawan teror , dapat memperlakukan para tahanan sesuai kehendaknya. Namun hendaknya Presiden Bush menyadari , sudah saatnya untuk menjelaskan status hukum para tahanan. Pengumuman pembebasan tahanan adalah berita baik, meskipun terlambat.
Bagi banyak tahanan lainnya yang masih berada di Guantanamo , tindakan itu belum merupakan kemajuan. Penahanan mereka sangat memalukan bagi negara adi daya di dunia, yang mengaku membrantas terorisme atas nama demokrasi , negara hukum dan hak asasi manusia.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh The Daily Telegraph, yang terbit di London:
Pemerintah Bush punya alasan kuat untuk menahan para tahanan tanpa proses pengadilan. Namun semakin lama para tahanan berada di kawasan bebas hukum, semakin tidak meyakinkan alasan itu. Pembebasan para tahanan Inggris mungkin dapat ikut membantu menghilangkan kesan ketidak-adilan.

Komisi UE dan organisasi-organiasi Yahudi baru-baru ini mengadakan seminar anti-semitisme di Brussel.

Harian Belgia Het laatste Nieuws mengomentari sikap anti-semitisme sebagai penyakit Eropa:
Sikap anti-semitisme baru juga timbul karena konflik Timur Tengah. Siapa yang secara terus terang membela negara Yahudi , bisa-bisa dikategorikan sebagai pengikut kubu Scharon dan zionisme. Hal mana politis tidak korek, demikian menurut para pakar hukum. Sebab di Eropa orang yang mengritik politik Presiden Bush di Irak, juga tidak dianggap anti warga Amerika. Kenyataan bahwa demikian halnya dengan warga Yahudi, disebabkan oleh adanya anti-semitisme yang laten di Eropa , yang di abad-abad belakangan ini semakin kuat.