Warga Irak memberikan suara secara elektronis untuk memilih wakil yang duduk dalam parlemen beranggotakan 329 kursi. PM Haider al Abadi harus hadai pesaing kuat yaitu pendahulunya.
Iklan
Tempat pemberian suara dibuka di seluruh penjuru Irak hari ini dalam pemilu pertama, setelah pemerintah menatakan kemenangan terhadap organisasi teroris yang menyebut diri Islamic State (IS) akhir tahun lalu.
Pemilu diadakan saat Irak masih dalam face bergeliat untuk membangun negara setelah perang melawan IS selama empat tahun, yang menyebabkan sejumlah kota luluh-lantak.
Potret Kepulangan Keluarga Irak yang Diusir ISIS
Fotografer Khalid Al Mousily memotret kepulangan keluarga Ahmad yang diusir oleh ISIS. Meski sulit, penduduk kota cepat membangun kehidupan di antara puing-puing kota.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Terbangun dari Mimpi Buruk
Ketika Mosul dibebaskan dari cengkraman kelompok teror ISIS pada Oktober 2017 silam, kota di utara Irak itu nyaris rata dengan tanah. Namun demikian perlahan sebagian penduduk yang terusir mulai kembali. Fotografer Khalid Al-Mousily menemani keluarga Mohammed Saleh Ahmad saat pulang ke kampung halaman yang menyimpan segudang ingatan, baik dan buruk.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Antara Perpisahan dan Kepulangan
Ketika Mohammed Saleh Ahmed (ki.) ingin memulai perjalanan ke Mossul, ia disergap perasaan campur aduk. Meski senang bisa kembali ke kota kelahiran, ia juga sedih karena harus meninggalkan persahabatan yang dirajut bersama penghuni kamp pengungsi. Bersama merekalah, para penyintas perang Mossul itu, Ahmed bisa berdamai dengan situasinya di pelarian.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Satu Tahun di Kamp
Kamp pengungsi Al-Hammam al-Alil di selatan Mosul dibangun ketika koalisi bentukan Amerika Serikat mulai menyerbu benteng pertahanan ISIS di bagian barat kota. Kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu merebut Mosul pada 2014 dan memaksa penduduk tunduk pada kekuasaan absolut sang khalifat.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Awal Kehidupan Baru
Setahun silam keluarga Ahmad mengubur harapan bisa pulang ke Mosul dalam waktu dekat. Namun ketika ditawarkan kesempatan buat kembali, ia tidak berpikir panjang dan segera mengemas perabotan dan barang pribadi keluarganya. Hanya selang beberapa hari tetangga dan saudara membantu memuat barang di dalam truk kecil yang membawa mereka menjemput kehidupan baru.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Puing dan Reruntuhan
Setelah kehancuran ISIS, bagian barat Mosul menjelma menjadi puing-puing dan reruntuhan. Mohammed (Ki.) terkejut melihat nasib kota kelahirannya itu. "Saya tidak bisa lagi mengenali apapun," ujarnya ketika berjalan bersama adiknya, Ahmed, melalui jalan utama di Mosul.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Kesederhanaan adalah Kemewahan
Setibanya di rumah lama, isteri Mohammed, Iman, segera menyiapkan makan malam keluarga. Meski sederhana, kehidupan di Mosul dirasakan jauh lebih baik ketimbang di kamp pengungsi.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Normalisasi Lewat Komedi Putar
Mohammed cepat menyesuaikan kehidupan di Mosul. Ia mendapat pekerjaan di perusahaan konstruksi milik pamannya. Normalisasi kehidupan pasca ISIS berlangsung lebih cepat dari yang diduga. Mohammed sekarang sudah mulai berpergian ke salon, menemani isteri belanja atau mengajak anak-anaknya ke taman bermain yang baru dibuka.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
7 foto1 | 7
Pemerintah berusaha cegah manipulasi
Sekitar 7.000 calon dari sejumlah partai politik mengincar kursi di parlemen yang berjumlah 329.
Pemberian suara dilakukan secara elektronis di TPS sebagai langkah untuk menekan manipulasi sebaik mungkin. Jumlah suara resmi akan diumumkan sekitar 48 jam setelah waktu pemberian suara berakhir.
Dalam pemilu, Perdana Menteri Haider al Abadi harus menghadapi saingan kuat, yaitu pendahulunya, Nouri al Maliki. Selain itu, ia juga harus berkompetisi melawan Hadi al Amiri, yang mengepalai aliansi Fatah. Amiri dulu pernah menjabat menteri transpotasi dan komandan pasukan Syiah, Badr, yang berhubungan erat dengan Iran.
Mobil Pembunuh Milik Islamic State
Ratusan serangan bom bunuh diri yang diklaim Islamic State di Irak dan Suriah dijalankan dengan mengandalkan kendaraan lapis baja. Saking efektifnya, ISIS selalu melibatkan mobil pembunuh itu di setiap pertempuran.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Militerisasi Kendaraan Sipil
Meski tidak memiliki pengetahuan dan sumber daya yang memadai, kelompok teror Islamic State tetap berusaha memproduksi kendaraan tempur buatan sendiri. Hasilnya adalah apa yang oleh militer AS disebut VBIED, alias bahan peledak buatan berbasis kendaraan lapis baja.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Bom Berjalan
Kenyataannya kendaraan lapis baja buatan ISIS bukan kendaraan tempur sama sekali, melainkan bagian dari perlengkapan bom bunuh diri. Lempengan baja digunakan untuk melindungi pelaku pemboman dari hujan peluru sebelum mencapai sasaran serangan.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Ujung Tombak Serangan Teror
Serangan bom bunuh diri dengan VBIED sedemikian efektif, sehingga ISIS tercatat pernah memiliki hingga seratusan kendaraan maut tersebut. Dalam upayanya menebar teror, kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu tidak tebang pilih dalam memilih kendaraan. Sebagian besar VBIED buatan ISIS menggunakan kendaraan sipil yang disita dari penduduk lokal.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Kokoh dan Mematikan
Seusai membebaskan Mosul, pasukan Irak baru-baru ini menemukan 23 kendaraan pembom milik ISIS yang belum digunakan. VBIED yang ditemukan militer Irak dinilai merupakan desain teranyar yang menggunakan lempengan baja berganda, sehingga hanya bisa dihancurkan oleh senjata berat seperti pelontar granat (RPG), rudal anti tank atau meriam artileri.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Menebar Takut, Memecah Konsentrasi
Ironisnya VBIED tidak digunakan untuk melumpuhkan kekuatan musuh, melainkan untuk membidik target sekunder seperti menghancurkan infrastruktur militer atau sekedar memecah konsentrasi dan menebar rasa takut lewat ledakan besar. Meski begitu keberhasilan VBIED menghancurkan targetnya di medan perang bisa berdampak pada jalannya pertempuran, klaim militer Irak.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Warna di Balik Kematian
Di Irak ISIS mencatat keberhasilan besar dengan VBIED. Untuk itu mereka menggunakan cara licik yakni dengan mencat warna kendaraan maut itu sesuai dengan warna seragam aparat keamanan Irak yang sedang berperang. Warna biru digunakan untuk menyerang polisi, hijau untuk satuan anti teror dan VBIED berwarna hitam untuk menyerang pasukan elit Irak.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
Sendiri Menjemput Ajal
VBIED biasanya dioperasikan oleh seorang pelaku bom bunuh diri. Tidak jarang ISIS menurunkan kendaraan kedua sebagai umpan. Namun begitu VBIED hanya efektif jika digunakan untuk medan perang urban. Di Suriah, serangan bom mobil oleh ISIS terhadap pasukan pemerintah sering gagal lantaran medan yang terbuka seperti di gurun.
Foto: Reuters/T. Al-Sudani
7 foto1 | 7
"Saya akan memberi tanda X pada kertas suara"
Jamal Mowasawi seorang pria 61 tahun yang berprofesi jadi penjagal mengatakan, "Saya akan ikut pemilu, tapi akan memberi tanda X. Tidak ada keamanan, tidak ada pekerjaan, tidak ada pelayanan. Para calon hanya ingin menambah tebal sakunya, bukan menolong rakyat."
Hazem al-Hassan, seorang penjual ikan berusia 50 tahun di Baghdad mengatakan, "Wajah-wajahnya sama, programnya juga. Abadi adalah yang terbaik dari yang terburuk. Setidaknya saat ia memerintah kita terbebas dari ISIS."
Secercah Harapan Baru bagi Korban IS
Mereka diperkosa dan dijadikan budak. Warga Yazidi yang berhasil lari dari cengkeraman "Islamic State" (ISIS) alami trauma berat. Di Universitas Dohuk, Irak kini dibuka pusat penanganan trauma.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Mengais Harapan
Dua tahun lamanya, Perwin Ali Baku (23) berada di tangan milisi teror ISIS bersama putrinya. Ia kini tinggal di tempat penampungan pengungsi di Irak Utara, bersama mertuanya. Tapi ia tidak merasakan ketenangan. "Saya tidak bisa tidur", katanya.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Ingatan Yang Menyiksa
Setiap kali Ali Baku mendengar suara keras, ia terkejut. Itu mengingatkannya kepada para penculiknya. Ia berharap pusat trauma yang baru didirikan bisa membantunya. Ini satu-satunya di kawasan itu dan jadi bagian proyek besar yang dananya berasal dari Baden-Württemberg, Jerman. 1.100 perempuan Yazidi diterima untuk perawatan di negara bagian itu, dan ditampung dalam 21 kota dan desa.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Bantuan bagi Pengungsi di Kabarto-Camp
Kini mereka juga bisa menerima bantuan langsung di Irak. Program dari Baden Württemberg direncanakan untuk 3 tahun, dengan dana 95 juta Euro. Para korban mendapat bimbingan sosial, psikologis dan untuk mengatasi trauma. Harapannya mereka bisa mengatasi dampak nasib buruk dengan baik.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Semakin Banyak Yang Berhasil Lari
Di Mosul yang letaknya 75km dari lokasi pusat penanganan trauma, anggota ISIS masih bertempur melawan pasukan Irak, semakin banyak orang yang dulu diculik berhasil melarikan diri dari cengkeraman teroris. Di wilayah autonomi Kurdistan ada 26 psikiater. Tapi tidak ada yang punya spesialisasi trauma. Setidaknya belum ada.
Cahaya Terang di Ujung Terowongan
Skitar 100.000 warga Yazidi tinggal di Jerman. Salah satu dari mereka adalah spesialis trauma Jan Kizilhan. Ia datang ke Jerman ketika berusia 6 tahun, dan jadi penggerak utama pendirian pusat penanganan trauma di Dohuk. Program yang diadakan di sana juga mencakup pendidikan bagi tenaga lokal, sehingga perempuan seperti Perwin Ali Baku bisa mendapat pertolongan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Mendidik Tenaga Ahli
Dalam tiga tahun mendatang, 30 tenaga terapi akan dilatih pakar dari Jerman dan lokal. Program itu kemudian akan diperluas di kawasan. Tujuannya, dalam 10 tahun mendatang akan bisa mendidik lebih dari 1.000 pakar psikoterapi. Mahasiswa nantinya akan bisa mendapat dua gelar Master, di bidang psikoterapi dan psikologi trauma.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
"Sudah Jadi Kewajiban untuk Membantu"
Jan Kizilhan juga mendiskusikan masalah trauma dengan salah satu kepala masyarakat Yazidi, Baba Scheich. Tapi juga dengan ribuan perempuan Yazidi di kamp pengungsi. "Ini masalah trauma kolektif, juga pembantaian masal. Oleh sebab itu kita harus membantu. Kita wajib membantu." Penulis: Nadine Berghausen (ml/hp)
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
7 foto1 | 7
Isu-isu mendasar dalam pemilu adalah: negara terus bergumul menghadapi kemerosotan ekonomi yang sebagian disulut jatuhnya harga minyak global, korupsi, divisi sektarian dan ketidakstabilan selama bertahun-tahun.
Negosiasi untuk membentuk pemerintahan kemungkinan akan berlangsung berbulan-bulan, karena sejumlah partai politik berusaha meracik koalisi agar mampu menduduki sebagian besar kursi di parlemen.
ml/ ap (AP, Reuters)
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)