1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Iran Catatkan Rekor Anjloknya Partisipasi

1 Juli 2024

Putaran pertama pemilu kepresidenan Iran diwarnai surutnya partisipasi politik, bahkan di kalangan konservatif. Harapan akan datangnya perubahan kini bergantung pada satu-satunya kandidat yang disebut dari kubu reformis.

Pencoblosan di Iran
Pemilu kepresidenan 2024 di IranFoto: Morteza Nikoubazl/NurPhoto/picture alliance

Masoud Pezeshkian, yang disebut mewakili kaum reformis, dan kandidat ultrakonservatif Saeed Jalili, dipastikan bakal bersaing di putaran kedua pemilihan umum kepresidenan di Iran.

Dalam pencoblosan pada hari Jumat (28/6) silam, Pezeshkian memimpin dengan 42,5 persen suara, diikuti oleh Jalili dengan 38,6 persen, menurut kantor berita pemerintah IRNA. Pemilu di Iran dipercepat menyusul tewasnya Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakan helikopter bulan lalu.

Pemilu kepresidenan tahun ini mencatat rekor rendahnya tingkat partisipasi pemilih, diperkirakan sebesar 40 persen atau yang terendah sejak Revolusi Islam 1979. Padahal pada tahun 2021, sebanyak 48,8 persen pemilih menggunakan hak suara atau sekitar 24,9 juta orang.

Menurut Ali Vaez, peneliti Iran di wadah pemikir International Crisis Group, rendahnya partisipasi warga "jelas menunjukkan bahwa basis pendukung kaum konservatif dan reforims telah menyusut drastis," tuturnya dia kepada kantor berita AFP.

Raib partisipasi di Republik Islam

Sikap Dewan Wali yang akhirnya meloloskan pencalonan Pezeshkian sempat dipahami sebagai upaya rejim Republik Islam untuk merangsang gairah mencoblos kelompok moderat. Di Iran, setiap pencalonan harus melalui seleksi dewan beranggotakan 12 ahli hukum dan politisi yang berada di bawah wewenang pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamanei.

Low turnout a vote of no-confidence in Iranian democracy: Middle East analyst Danny Citrinowicz

03:53

This browser does not support the video element.

Pezeshkian sejak awal sudah mendapat dukungan terbuka tokoh reformis Iran seperti bekas presiden Mohammad Khatami dan Hassan Rouhani. Dia kini menjadi satu-satunya harapan akan datangnya perubahan.

"Kelompok reformis mengeluarkan jurus pamungkas dan berusaha sebisanya memobilisasi pemilih moderat untuk mencoblos," kata Vaez di platform media sosial X, dulu Twitter, "tapi upaya mereka tidak cukup."

Dia menunjukkan bahwa gabungan suara untuk kedua kandidat ultrakonservatif, Saeed Jalili dan ketua parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf yang berada di urutan ketiga, berjumlah total 12,8 juta. Angka itu jauh di bawah perolehan suara mendiang Raisi yang hampir mencapai 18 juta suara pada pemilu 2021.

Bagi Vaez, anjloknya jumlah pemilih merupakan "catatan yang sangat memalukan bagi para pemimpin” Republik Islam, terutama Ayatollah Khamenei.

Dorongan bagi perubahan

Pengamat politik Iran Mohammad Reza Manafi mengatakan pencalonan Pezeshkian mencerminkan dorongan untuk "perubahan mendasar” mengenai perekonomian dan hubungan dengan dunia internasional.

Namun, mereka yang mendukung Pezeshkian "tidak mengharapkan keajaiban atau solusi cepat, kecuali berharap bahwa dia bisa secara bertahap mencegah kondisinya memburuk,” tambah Manafi.

Krisis ekonomi di Iran diperparah dengan rezim embargo internasional yang menambah inflasi, tingkat pengangguran dan memangkas nilai tukar mata uang Rial.

Sanksi kembali ditegakkan, terutama demi meredam perang proksi yang digencarkan Garda Revolusi Iran di Timur Tengah. Pasukan paramiliter berkekuatan 125.000 orang itu memiliki angkatan udara, laut dan daratnya sendiri, serta berada langsung di bawah kendali Khamenei.

Pencoblosan juga dilangsungkan di tengah eskalasi diplomasi menyusul gagalnya Perjanjian Nuklir 2015, serta konflik antara Israel melawan dua sekutu Iran, Hamas di Jalur Gaza dan Hezbollah di Lebanon.

Di tengah kebuntuan, Pezeshkian menawarkan angin segar, terutama setelah mendesak "relasi konstruktif" dengan Amerika Serikat dan Eropa," demi "mengeluarkan Iran dari isolasi."

How powerful is Iran really?

14:13

This browser does not support the video element.

Dia juga mengritik kewajiban berjilbab yang sempat memicu protes masal pro-perempuan, usai tewasnya Mahsa Amini dalam tahanan polisi Syariah Iran, bulan September 2022 lalu. "Saya berjanji akan menghentikan perilaku yang terjadi pada putri dan saudara perempuan kita di jalanan,” katanya dalam sebuah acara kampanye di Teheran, Minggu (23/6).

Konservatisme Jalili

Serupa Pezeshkian, tugas terbesar kandidat konservatif Saeed Jalili adalah memobilisasi basis pendukung pemerintah. Namun berbeda dengan pesaingnya itu, Jalili menegaskan sikap "tanpa kompromi, tidak menyerah kalah," dalam konflik isu nuklir dengan Barat.

Meski sempat menjabat sebagai juru runding Iran, Jalili menolak Perjanjian Nuklir 2015 yang melarang pemerkayaan uranium di dalam negeri, namun mengizinkan Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan sipil. Menurutnya saat itu, Iran telah melanggar "batas merah" dengan mengizinkan inspeksi internasional di situs nuklirnya.

"Faktor ketakutan terhadap kepemimpinan Jalili tidak bisa diremehkan," kata Ali Vaez, merujuk pada partisipasi kaum moderat.

"Banyak orang yang tidak memilih pada putaran ini mungkin akan memilih pada putaran berikutnya: bukan karena mereka berharap yang lebih baik, namun karena mereka takut akan hal yang lebih buruk."

rzn/hp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait