1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Jerman: Debat 4 Kandidat soal Ekonomi dan Imigrasi

Matt Ford | Thomas Sparrow
17 Februari 2025

Empat kandidat utama kanselir Jerman berikutnya, yakni Friedrich Merz, Olaf Scholz, Robert Habeck, dan Alice Weidel, beradu argumen dan saling curi perhatian dalam debat di televisi.

Debat pertama keempat kandidat kanselir Jerman, Olaf Scholz (kiri), Robert Habeck (kedua dari kiri), Friedrich Merz (kedua dari kanan) dan Alice Weidel (Kanan)
Kandidat kanselir Jerman: Olaf Scholz dari Partai SPD (paling kiri), Robert Habeck dari Partai Hijau (kedua dari kiri), Friedrich Merz dari Partai CDU(kedua dari kanan), dan Alice Weidel dari Partai AfD (paling kanan)Foto: Kay Nietfeld/dpa-Pool/picture alliance

Empat kandidat utama kanselir Jerman berdebat secara langsung di televisi, pada Minggu (16/02), sepekan sebelum pemungutan suara dalam pemilu dini Jerman mendatang. Ini adalah pertama kalinya empat kandidat tampil dalam satu panggung debat.

Saat ini, partai konservatif CDU yang dipimpin Friedrich Merz memimpin dalam jajak pendapat dan meraih sekitar 30% suara, sementara partai sayap kanan ekstrem AfD yang dipimpin Alice Weidel mendapatkan sekitar 20% suara.

Kanselir petahana Olaf Scholz dari Partai SPD yang berhaluan tengah-kiri saat ini berada di posisi ketiga dengan prolehan suara sebanyak 15%, sementara mitra koalisinya, Partai Hijau yang dipimpin Wakil Kanselir Robert Habeck, menempati posisi keempat dengan 13% suara.

Selama debat, para kandidat membahas rencana mereka terkait perekonomian Jerman dan migrasi ilegal.

Olaf Scholz dari Partai SPD mengatakan proposal anggaran Partai AfD itu omong kosongFoto: Kay Nietfeld/dpa-Pool/picture alliance

Scholz: Proposal anggaran AfD itu "omong kosong”

Alice Weidel diberikan kesempatan untuk menjelaskan proposal AfD dalam meningkatkan pendapatan negara dan menegaskan kembali komitmen "pembatasan utang".

"Pada dasarnya, sebuah negara tidak boleh menghabiskan lebih banyak uang daripada yang diperolehnya," ujar Weidel. "Itulah tujuan dari pembatasan utang, untuk mencegah negara terjerumus ke dalam utang. Dan itulah yang saya dan Partai AfD perjuangkan," katanya.

Weidel mengatakan, Partai AfD berencana melakukan penghematan dengan memangkas biaya "perlawanan terhadap perubahan iklim", dengan menunjuk langsung ke Habeck dari Partai Hijau, serta "tunjangan bagi migran asing."

"Jika pengeluaran tersebut dikurangi, anggaran federal akan memiliki lebih banyak ruang untuk beroperasi. Deindustrialisasi negara ini sudah berjalan, dan saya belum mendengar satu pun usulan untuk mengatasinya. Anda sudah mendengar usulan saya," katanya.

Namun, Scholz menepis rencana itu sebagai ide yang tidak matang dan mengatakan, "Tidak, kami belum mendengar apa pun. Yang didengar oleh pemirsa hanyalah omong kosong."

Dengan kondisi anggaran federal yang semakin terbatas, debat pun beralih ke usulan kebijakan perpajakan dari masing-masing kandidat.

Scholz mengatakan selama menjabat sebagai Kanselir Jerman, ia menerima gaji kotor lebih dari €300.000 (sekitar Rp5 miliar) dan dengan gaji itu, "ia seharusnya mampu membayar lebih banyak pajak. Mereka yang berpenghasilan jutaan (euro) harus membayar lebih banyak lagi, terutama di saat-saat ketika keuangan negara sedang sulit."

Habeck dari Partai Hijau menyoroti masalah "keadilan pajak" di Jerman ini dengan mengatakan, para miliarder semakin kaya, tetapi kekayaan tersebut tidak mengalir ke masyarakat luas.

Terkait ekspor, Habeck menambahkan bahwa Jerman sebelumnya merupakan negara eksportir utama, tetapi pasar yang menyusut semakin diperburuk oleh tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump.

Ia sepakat dengan Merz bahwa Jerman membutuhkan "lebih sedikit birokrasi" serta lebih banyak investasi dalam "infrastruktur, kereta api, jembatan, dan digitalisasi."

Habeck juga mengatakan, "migrasi legal akan menjadi faktor penting untuk hal tersebut."

Cek fakta DW: Apakah Jerman mengurangi migrasi ilegal sebanyak 100.000 orang?

Klaim: Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pemerintahannya telah mengurangi migrasi ilegal sebanyak 100.000 orang tahun lalu.

"Kami melakukan segala upaya untuk membatasi migrasi ilegal. Karena itu, kami telah menguranginya sebanyak 100.000 tahun lalu. Dan akan ada pengurangan lagi sebanyak 100.000 tahun ini,” kata Scholz.

Fakta: Scholz tampaknya menghitung pengurangan ini berdasarkan jumlah permohonan suaka di Jerman. Pada 2024, sebanyak 229.751 orang mengajukan suaka di Jerman, menurut Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi Jerman.

Menurut sumber yang sama, angka pada 2023 adalah 329.120. Ini memang menunjukkan pengurangan sekitar 100.000 permohonan.

Namun, migrasi ilegal bisa dilihat dari jumlah orang yang masuk ke Jerman tanpa izin. Dalam hal ini, perhitungan Scholz tidak sepenuhnya akurat.

Jumlah migran yang masuk tanpa izin menurut kepolisian di seluruh perbatasan Jerman turun dari 127.549 pada 2023 menjadi 83.572 pada 2024.

Kandidat Friedrich Merz dari Partai CDU melihat ada potensi koalisi dengan Partai SPD dan Partai Hijau, tapi tidak dengan Partai AfDFoto: Kay Nietfeld/dpa-Pool/picture alliance

Merz melihat potensi SPD atau Partai Hijau sebagai mitra koalisi

Friedrich Merz dari Partai CDU secara tegas menolak bekerja sama dengan Partai AfD yang berhaluan ekstrem kanan.

"Saya ingin kita mencapai titik strategis di mana kita memiliki dua opsi tetapi hanya membutuhkan satu," katanya.

Ketika ditanya opsi apa saja yang dimaksud, ia menjawab: "Mungkin Partai SPD, mungkin Partai Hijau."

"Saya rasa, Partai SPD dan Partai Hijau telah memahami bahwa mereka tidak bisa terus berjalan seperti sebelumnya. Namun, kami memiliki rencana untuk negara ini: Jerman harus maju, kita harus bergerak maju."

Pemimpin SPD, Olaf Scholz, juga mendukung penolakan Merz untuk bekerja sama dengan kelompok sayap kanan ekstrem.

"Kami memiliki tradisi di Jerman untuk tidak bekerja sama dengan kelompok sayap kanan karena kami telah belajar dari era nasionalisme sosial. Simbol sayap kanan dilarang di Jerman karena alasan yang jelas, dan harus tetap demikian. Saya tegaskan, tidak boleh ada kerja sama dengan kelompok sayap kanan."

Pemimpin AfD, Alice Weidel, mngungkapkan pandangannya, dengan mengatakan, "Perbandingan ini begitu keterlaluan dan saya menolaknya atas nama partai saya. Dengan mengatakan itu, Anda menghina jutaan orang yang memilih kami. Kami adalah partai konservatif yang damai," ujar Weidel.

Namun, Merz menambahkan bahwa Weidel ingin memasukkan Björn Höcke, seorang politikus AfD yang pada 2019 dianggap secara hukum sebagai fasis oleh pengadilan Jerman, ke dalam kabinetnya.

Menurut cek fakta DW, Höcke juga dihukum karena menggunakan slogan Nazi yang dilarang tahun lalu. Namun, Björn Höcke telah membantah kalau dirinya menganut ideologi Nazi.

Dukungan bagi Populis Kanan Naik Pesat, Akankah Haluan Politik UE Berubah?

00:59

This browser does not support the video element.

Pernyataan penutup keempat kandidat kanselir

Urutan kandidat dalam memberikan pernyataan penutup ditentukan melalui undian, dimulai dengan Kanselir petahana Olaf Scholz dari Partai SPD, Alice Weidel dari Partai AfD yang berhaluan ekstrem kanan, Robert Habeck dari Partai Hijau dan ditutup oleh Friedrich Merz dari Partai CDU.

Scholz dari Partai SPD: "Saya rasa debat ini telah menunjukkan bahwa SPD dan kanselir petahana harus lanjut ke periode kedua. Ini tentang perang dan perdamaian, keamanan di Eropa, serta keuangan yang dibutuhkan untuk mencapai itu tanpa memotong dana pensiun, layanan kesehatan, atau pun infrastruktur. Kita harus mendorong investasi di Jerman dan memastikan bahwa negara ini tetap bersatu dengan upah minimum yang lebih tinggi dan sistem pajak yang lebih adil dengan menuntut dari mereka yang berpenghasilan lebih."

Weidel dari Partai AfD: "Kami ingin membuat Jerman lebih makmur dan aman kembali. Kami akan menghentikan imigrasi ilegal dengan mengamankan perbatasan dan mendeportasi mereka yang berada di sini secara ilegal atau yang melakukan kejahatan. Partai CDU sudah mencegah ini selama bertahun-tahun. Jerman saat ini memiliki harga energi tertinggi di dunia, dan kami akan mengubah itu dengan bantuan teknologi baru, seperti energi nuklir termutakhir, batu bara, gas, dan juga energi terbarukan, tetapi tanpa subsidi besar-besaran yang justru merugikan negara dan pembayar wajib pajak. Pilih Partai AfD untuk perubahan politik yang nyata."

Habeck dari Partai Hijau: "Situasinya terlalu serius dan tekanan terhadap Jerman terlalu besar untuk hanya dibicarakan dalam argumen jelang pemilu ini. Bapak-Ibu sekalian, saya kini berusia 55 tahun dan sudah hidup di negara yang keamanan dan kemakmurannya tampak terjamin. Jaminan itu kini tidak lagi sekuat dulu. Setelah pemilu, kita harus bekerja bersama secara politik untuk mencari solusi bersama. Oleh karena itu, saya meminta izin untuk dapat terus melayani Jerman, agar anak-anak kita dapat menikmati peluang yang sama seperti yang kita nikmati dulu."

Merz dari Partai CDU: "Setelah 23 Februari akan ada 24 Februari dan kita harus menyelesaikan banyak masalah, termasuk migrasi ilegal dan stagnasi ekonomi. Saya ingin memimpin pemerintahan yang tidak lagi berdebat antar sesamanya, pemerintahan yang aktif terlibat di Eropa dan memastikan suara Jerman didengar. Itu hanya bisa terjadi jika kita kuat secara ekonomi, ketika pebisnis muda memiliki masa depan, ketika kita memiliki kebijakan pendidikan yang lebih baik, ketika negara kita memiliki suara yang lebih kuat. Itu yang saya perjuangkan, dan pastinya bukan dengan Partai AfD. Jika Anda menginginkan perubahan, maka Anda akan mendapatkannya dengan Partai CDU."

 

Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris

Matt Ford Reporter dan editor DW Sports, spesial meliput sepak bola Eropa, budaya fans, dan politik olahraga.@matt_4d
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya