Pemilu Jerman: Partai Liberal Berjuang Lolos ke Parlemen
11 Februari 2025![Kongre FDP di Postdam, Jerman](https://static.dw.com/image/71552278_800.webp)
Dalam kongres partai di Kota Potsdam, Wakil Ketua Umum Partai Liberal Demokrat, FDP, Wolfgang Kubicki, menegaskan misinya dalam pemilihan legislatif dini, 23 Februarimendatang. "Kita adalah benteng melawan skenario Hitam-Hijau," kata dia merujuk pada kemungkinan koalisi antara partai konservatif terbesar CDU dengan Partai Hijau di spektrum kiri-tengah.
Kubicki tidak lama lagi akan berusia 73 tahun. Namun dia bersikeras mencalonkan diri lagi untuk FDP sebagai calon anggota parlemen. Namun, angin sedang tidak berpihak kepada kaum liberal.
Menurut jajak pendapat teranyar, FDP diprediksi hanya memperoleh empat persen suara. Untuk terpilih kembali di Bundestag, partai di Jerman harus menerima setidaknya lima persen dukungan pemilih.
Padahal, dalam pemilu lalu, FDP mengantongi sebanyak 11,5 persen suara. Di Potsdam, ketua umum partai Christian Lindner sebabnya berusaha memompa semangat para kader, antara lain dengan moto "semua bisa dibuah".
Lindner: Nasib FDP bergantung pada ketidakpastian
Christian Lindner telah menjadi tokoh sentral yang mendominasi gerak-gerik FDP. Karirnya sebagai ketua umum dimulai sejak FDP gagal lolos ke parlemen pada tahun 2013.
Dalam pidatonya di Potsdam, dia mengatakan "pertanyaan yang sebenarnya adalah, apakah pertumbuhan atau stagnasi? Kebebasan individu atau kekuasaan negara? Lindner atau Habeck," ujarnya, merujuk kepada kandidat kanselir Partai Hijau, Robert Habeck, yang ditanggapi hadirin kongres dengan berdiri dan memberikan tepuk tangan.
Lindner juga dengan jelas menjauhkan diri dari partai radikal di spektrum kiri dan kanan. "Kaum moderat tidak boleh mengalah. Karena jika kita mengalah, negara akan berubah," seru Lindner kepada hadirin.
Namun dia juga tahu bahwa karirnya akan ikut dipertaruhkan pada tanggal 23 Februari. Keberhasilan FDP lolos ke Bundestag "bergantung pada ketidakpastian," katanya kepada DW. "Ya, saya yakin dan yakin: FDP tidak hanya akan berada di Bundestag berikutnya, tetapi juga akan mengubah situasi politik Jerman."
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Berkuasa, lalu terusir dari parlemen?
FDP didepak dari koalisi pemerintahan oleh Kanselir Olaf Scholz karena menurutnya Linder "terlalu sering bersiasat dan melanggar kepercayaan saya," kata kader Partai Sosialdemokrat, SPD, tersebut. Di antara ketiga partai, FDP adalah satu-satunya yang berideologi konservatif.
Tanpa suara FDP di parlemen, koalisi pemerintahan hanya memiliki porsi minoritas dan sebabnya terpaksa menggelar pemilu dini. Saat itu, tingkat elektabilitas FDP sudah ambruk lebih dulu karena maraknya silang sengketa di tubuh koalisi.
Ironi bagi Lindner karena dia berpotensi menjadi sosok yang membawa keruntuhan FDP, setelah berhasil membawa partai lolos ke parlemen pada 2017 dan duduk di pemerintahan pada 2021.
Pertaruhan politik melalui CDU
Lindner banyak berharap kepada Uni Kristen Demokrat, CDU, yang kini menjadi partai terkuat jelang pemilu. Sejak awal, dia berpihak pada inisiatif CDU, seperti RUU Keimigrasian yang kontroversial dan akhirnya gagal di parlemen.
Namun betapapun FDP berusaha mendekat ke CDU dengan kebijakan pro-pasar dan pengetatan imigrasi, hasil jajak pendapat belum banyak beranjak. Belum lama ini, ketua umum CDU Friedrich Merz malah secara terang-terangan mengimbau warga tidak memilih FDP dan sebaliknya mencoblos CDU, karena khawatir akan kehilangan suara kaum konservatif jika FDP gagal lolos ke parlemen.
Soal koalisi, FDP tidak memiliki banyak ruang gerak. Usai perpecahan dengan SPD dan permusuhan dengan Partai Hijau, Linder juga menolak koalisi dengan partai populis kanan Alternatif untuk Jerman, AfD, dan populis kiri, BSW.
"Setelah pemilu nanti, kami tidak akan membentuk pemerintahan bersama Partai Hijau," kata Lindner. "Semua bisa berubah, tapi satu yang tidak boleh berubah, yaitu karakter liberal Republik Federal Jerman. Ini harus kita lindungi."
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman