Kaum Muslim di Indonesia pada umumnya adalah “nasionalis-kultural-nominal”. Hanya sedikit saja yang menyukai jenis keislaman yang ideologis, politis, dan militan. Demikian opini Sumanto al Qurtuby.
Iklan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah merilis 14 partai politik (parpol) yang akan berlaga dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2019 mendatang. 14 parpol dimaksud adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, Partai Hanura, serta ditambah empat parpol pendatang baru: Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Perondo, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Dari daftar parpol tersebut, tidak ada satupun parpol yang masuk kategori "partai Islamis.” Yang saya maksud dengan "partai Islamis” di sini adalah partai politik yang komit dan idealis mengusung Islam sebagai sebuah ideologi-politik pemerintahan dan negara. Harap istilah "partai Islamis” ini jangan dikacaukan dengan istilah "partai Islami”, yaitu partai politik yang platform dan visi-misinya mengklaim bersumber atau berbasis dari–dan mencitrakan diri sesuai dengan–ajaran, norma, dan nilai-nilai Islam. Berbeda dengan "partai Islami” yang cukup lentur, pragmatis, dan oportunistik, "partai Islamis” sangat ideologis dan militan.
Di Indonesia ada beberapa parpol yang masuk kategori "partai Islami” ini yang akan ikut bertarung di Pileg 2019 nanti tapi bukan "partai Islamis”. PKS, PPP atau PKB masuk kategori "partai Islami” ini meskipun mereka berbeda dalam mendefinisikan, menafsirkan, dan memahami Islam dan relasinya dengan masalah kepolitikan, kemasyarakatan, kepemerintahan, kebangsaan, dan kenegaraan. Mereka juga memilik basis massa Muslim yang cukup berbeda. Meskipun PPP juga mengais dukungan pemilih warga NU, khususnya di Jawa, sebagaimana PKB, tapi segmen pemilih Muslim PPP lebih luas dan variatif ketimbang PKB.
Pada mulanya, PKS memang dipengaruhi oleh kelompok Islamis di Timur Tengah, khususnya Ikhwanul Muslimin, sehingga banyak orang menyebut PKS sebagai "partai Islamis”. Tetapi praktiknya, PKS adalah partai oportunis dan tidak idealis dalam memperjuangkan Islamisme. Partai ini hanya menggunakan nama "Islam” sebagai embel-embel, jargon, dan alat kampanye dan propaganda saja untuk mengais dukungan sebagian pemilih Muslim kota yang cukup fanatik dan konservatif dalam berislam.
Yang agak dekat masuk kategori "partai Islamis” sebenarnya adalah Partai Bulan Bintang (PBB), yang disebut-sebut sebagai "reinkarnasi” Masyumi, parpol di zaman Orde Lama yang dibekukan oleh Bung Karno gegara sejumlah pentolan partainya disinyalir ikut terlibat dan mendalangi gerakan separatis di sejumlah daerah. PBB yang semula tidak memenuhi verifikasi faktual KPU sehingga divonis gagal ikut Pileg 2019, akhirnya belakangan diloloskan oleh Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) sehingga bisa ikut Pileg lagi 2019 nanti.
Tapi sayang, PBB, sejak ikut Pileg pertama tahun 1999, tidak pernah mampu memperoleh suara signifikan. Tahun 1999, PBB hanya meraup 1,94% suara. Pileg tahun 2004, PBB memang mampu meraih 2,64% dan mendapatkan 11 kursi di parlemen tapi kemudian anjlok lagi pada 2009 dengan 1,79% dan 1,46% pada Pileg 2014 sehingga tidak memiliki wakil di DPR RI karena tidak mampu meraih perolehan suara melebihi parliamentary threshold 2,5%. Selain itu, PBB sebenarnya juga tidak bisa dikatakan 100% "partai Islamis” idealis karena dalam praktiknya, partai ini, sebagaimana parpol lain, juga oportunis-pragmatis.
Akrobat Panglima Menuju Istana
Berulangkali manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyudutkan Presiden Joko Widodo. Sang jendral ditengarai memiliki ambisi politik. Inilah sepak terjang Nurmantyo membangun basis dukungan jelang Pemilu 2019.
Foto: Reuters/Beawiharta
Wacana Tentara Berpolitik
Ambisi politik Gatot Nurmantyo sudah tercium sejak akhir 2016 ketika dia mewancanakan hak politik bagi anggota TNI. Menurutnya prajurit saat ini seperti "warga asing" yang tidak bisa berpolitik. Ia mengaku gagasan tersebut cepat atau lambat akan terwujud. "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap."
Foto: Reuters/Beawiharta
Petualangan di Ranah Publik
Bersama Nurmantyo, TNI berusaha kembali ke ranah sipil. Lembaga HAM Imparsial mencatat Mabes TNI menandatangani "ratusan" kerjasama dengan berbagai lembaga, termasuk universitas dan pemerintah daerah. TNI tidak hanya dilibatkan dalam urusan pemadaman kebakaran hutan, tetapi juga pertanian dan pembangunan infrastruktur seperti pada proyek pembangunan jalan Transpapua.
Foto: Imago/Zumapress
Menggoyang Otoritas Sipil
Februari silam Nurmantyo mengeluhkan pembatasan kewenangan panglima TNI dalam hal pengadaan senjata. Pasalnya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengeluarkan peraturan yang mengembalikan kewenangan pembelian sistem alutsista pada kementerian. Dengan ucapannya itu Nurmantyo dinilai ingin mengusik salah satu pilar Reformasi, yakni UU 03/2002 yang menjamin otoritas sipil atas militer.
Foto: Reuters/Beawiharta
Polemik Dengan Australia
Akhir Februari Nurmantyo secara mendadak membekukan kerjasaman pelatihan militer dengan Australia. Keputusan Mabes TNI dikabarkan mengejutkan Istana Negara. Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap mendukung keputusan Nurmantyo dan ikut memperingatkan Australia. Namun sejumlah pejabat tinggi di Canberra menilai kasus tersebut selayaknya diselesaikan tanpa keterlibatan publik.
Foto: Imago/Zumapress
Genderang Xenofobia dari Cilangkap
Bukan kali pertama Nurmantyo membidik Australia. Oktober 2016 dia menyebut negeri jiran itu terlibat dalam "perang proxy" melawan Indonesia di Timor Leste dengan tujuan "memecah belah bangsa." Ia juga mengklaim ancaman terbesar terhadap Indonesia akan berasal dari kekuatan asing yang "berebut energi dari negara equator yang kaya sumber daya alam."
Sejak berakhirnya Pilkada DKI Nurmantyo juga aktif mendekat ke kelompok konservatif muslim. Ketika Kapolri Tito Karnavian mengklaim kepolisian menemukan indikasi makar pada aksi demonstrasi 212 di Jakarta, Nurmantyo mengatakan dirinya "tersinggung, karena saya umat muslim juga." Panglima juga berulangkali memuji pentolan FPI Rizieq Shihab sebagai sosok yang "cinta Indonesia."
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Teladan di Astana Giribangun
Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang disebarkan kelompok Islam konservatif dan sejumlah tokoh seperti Kivlan Zein dan Amien Rais disambut Nurmantyo dengan mewajibkan prajurit TNI untuk menonton film propaganda orde baru Pengkhianatan G30-S PKI. Setelah melontarkan wacana tersebut, Nurmantyo mengunjungi makam bekas Presiden Soeharto yang menurutnya patut menjadi "tauladan" prajurit TNI
Foto: picture-alliance/dpa
Peluru Panas ke Arah Istana
Polemik terakhir yang dipicu Panglima TNI adalah isu penyelundupan senjata api sebanyak 5500 pucuk. Ia mengklaim laporan tersebut berasal dari data akurat dinas intelijen. Pemerintah mengklarifikasi pembelian itu untuk Kepolisian dan Badan Intelijen Negara. Namun Nurmantyo enggan meluruskan pernyataannya tersebut. (rzn/yf-sumber: antara, detik, cnnindonesia, kompas, tempo, aspi, ipac)
Tak ada yang mampu mewakili aspirasi semua kelompok Islamis
Minimnya "partai Islamis” yang militan-idealis, ditambah sedikitnya perolehan suara untuk partai yang agak dekat dengan "partai Islamis” ini, bukan berarti menunjukkan bahwa kelompok Islamis di Indonesia itu tidak ada. Kelompok dan individu Muslim Indonesia yang simpatik terhadap Islamisme sebetulnya cukup lumayan. Islamisme yang dimaksud di sini adalah sebuah gerakan ideologi politik kaum Muslim yang berbasis pada hasil pemikiran, pemahaman dan penafsiran terhadap sejumlah doktrin, teks, dan wacana Islam politik tertentu. Jadi Islamisme, dengan demikian, berbeda dengan Islam. Tentang hal ini, simak buku Islamism and Islam karya Bassam Tibi atau Islam vs. Islamism: the Dilemma of the Muslim World karya Peter Demant dan Asghar Ali Engieer.
Karena tidak ada "partai Islamis” yang dipandang mampu mewakili aspirasi semua kelompok Islamis yang sangat majemuk dan kompleks, maka kaum Islamis di Indonesia menyebar ke sejumlah parpol yang dipandang memiliki platform cukup dekat dengan Islamisme (misalnya PKS atau PBB). Sebagian yang lain bergabung dengan partai-partai politik yang bersedia "mengelola” dan "menghidupi” kaum Islamis ini untuk menambah perolehan suara partai. Selain PKS, Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) disinyalir sebagai "rumah” kelompok Islamis. Meskipun berideologi Pancasila dan berplatform nasionalis, Partai Gerindra dinilai dekat dengan kelompok Islamis.
Pada Pileg 2019 nanti, diperkirakan kelompok Islamis bukan hanya menjadi basis massa PKS, PBB, dan Partai Gerindra saja tetapi juga dua perpol pendatang baru: Partai Berkarya dan Partai Garuda, keduanya disebut-sebut memiliki hubungan dengan keluarga Cendana, khususnya Tommy Soeharto dan Mbak Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana). Tommy Soeharto sendiri sudah melakukan gerilya kemana-mana mendekati berbagai kelompok, ormas, dan pentolan umat Islam, termasuk kaum Islamis. Tommy melakukan hal itu karena ia berambisi maju menjadi calon presiden pada Pilpres 2019 nanti.
Mesin Uang Gurita Cendana
Keserakahan keluarga Cendana nyaris membuat Indonesia bangkrut. Oleh banyak pihak keluarga Suharto disebut mengantongi kekayaan sebesar 200 triliun Rupiah. Inilah jurus gurita cendana mengeruk duit haram dari kas negara:
Foto: Getty Images/AFP/J. Macdougall
Gurita Harta
Suharto punya cara lihai mendulang harta haram. Ia mendirikan yayasan untuk berbinis dan mendeklarasikannya sebagai lembaga sosial agar terbebas dari pajak. Dengan cara itu ia mencaplok perusahaan-perusahaan mapan yang bergerak di bisnis strategis, seperti perbankan, konstruksi dan makanan. Menurut majalah Time, Suharto menguasai 3.6 juta hektar lahan, termasuk 40% wilayah Timor Leste
Foto: AP
Yayasan Siluman
Tidak hanya menghindari pajak, yayasan milik keluarga Cendana juga mendulang rejeki lewat dana sumbangan paksaan. Cara-cara semacam itu tertuang dalam berbagai keputusan presiden, antara lain Keppres No. 92/1996 yang mewajibkan perusahaan atau perorangan menyetor duit sebesar 2% dari penghasilan tahunan. Dana yang didaulat untuk keluarga miskin itu disetor ke berbagai yayasan Suharto.
Foto: Getty Images/AFP/J. Macdougall
Bisnis Terselubung
Bekas Jaksa Agung Soedjono Atmonegoro pernah menganalisa laporan keuangan ke empat yayasan terbesar Suharto. "Yayasan ini dibentuk untuk kegiatan sosial," tuturnya. "Tapi Suharto menggunakannya untuk memindahkan uang ke anak dan kroninya." Soedjono menemukan, Yayasan Supersemar menggunakan 84% dananya untuk keperluan bisnis, semisal pinjaman lunak kepada perusahaan yang dimiliki anak dan kroninya
Foto: picture alliance/dpa/A. Lolong
Lewat Kartel dan Monopoli
Cara lain yang gemar ditempuh Suharto untuk menggerakkan mesin uang Cendana adalah melalui monopoli. Teman dekatnya, The Kian Seng alias Bob Hasan, misalnya memimpin kartel kayu lewat Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO). Pengusaha yang kemudian dijebloskan ke penjara itu sering disebut sebagai ATM hidup keluarga cendana.
Foto: Getty Images/AFP/Firman
Bisnis Tepung Paman Liem
Taipan lain yang juga menjadi roda uang Cendana adalah Sudomo Salim alias Liem Sioe Liong. Sejak tahun 1969 pengusaha kelahiran Cina itu sudah mengantongi monopoli bisnis tepung lewat PT. Bogasari. Dari situ ia membangun imperium bisnis makanan berupa Indofood. Pria yang biasa disapa "Paman Liem" ini juga menjadi mentor bisnis buat putra putri Suharto.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
Uang Minyak
Bukan rahasia lagi jika Pertamina pada era Suharto menjelma menjadi dompet raksasa keluarga Cendana. Sejak awal sang diktatur sudah menempatkan orang kepercayaannya, Ibnu Sutowo, buat memimpin perusahaan pelat merah tersebut. Sutowo kemudian memberikan kesaksian kepada majalah Time, tahun 1976 ia dipaksa menjual minyak ke Jepang dan menilap 0,10 Dollar AS untuk setiap barrel minyak yang diekspor.
Foto: picture-alliance/dpa
Pewaris Tahta Cendana
Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut sejak awal sudah diusung sebagai pewaris tahta Cendana. Putri tertua Suharto ini tidak cuma menguasai puluhan ribu hektar lahan sawit, stasiun televisi TPI dan 14% saham di Bank Central Asia, tetapi juga memanen harta tak terhingga lewat jalan tol. Hingga 1998 kekayaannya ditaksir mencapai 4,5 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Merajalela Lewat Bulog
Dari semua putera Suharto, Bambang adalah satu-satunya yang paling banyak berurusan dengan Liem Sioe Liong. Setelah mendirikan Bimantara Grup, Bambang terjun ke bisnis impor pangan lewat Badan Urusan Logistik yang saat itu didominasi Liem. Menurut catatan Tempo, selama 18 tahun kroni Suharto mengimpor bahan pangan lewat Bulog senilai 5 miliar Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Duit Cengkeh untuk Tommy
Melalui monopoli Hutomo Mandala Putra meraup kekayaan hingga 5 triliun Rupiah. Tahun 1996 ia mendapat status pelopor mobil nasional dan berhak mengimpor barang mewah dan suku cadang tanpa dikenai pajak. Selain itu Tommy juga menguasai Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh yang memonopoli penjualan dari petani ke produsen rokok. BPPC ditengarai banyak membuat petani cengkeh bangkrut.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
Akhir Pahit Diktatur Tamak
Secara lihai Suharto membajak pertumbuhan ekonomi untuk kepentingan keluarga. Menurut Bank Dunia, antara 1988 hingga 1996, Indonesia menerima investasi asing senilai USD130 miliar. Tapi struktur perekonomian yang dibuat untuk memperkaya kroni Cendana justru menyeret Indonesia dalam krisis ekonomi dan mengakhiri kekuasaan sang jendral. (rzn/yf: economist, times, bloomberg, bbc, kompas, tempo)
Foto: Gemeinfrei
10 foto1 | 10
Apa kelemahannya?
Salah satu kelemahan mendasar kelompok Islamis, termasuk pentolannya, di Indonesia adalah mereka tidak mempunyai parpol sendiri, memiliki idealisme yang rendah, dan miskin dana. Karena itu mereka dengan mudah dijadikan sebagai "kayu bakar” oleh partai-partai lain, meskipun berideologi non-Islamis, yang memiliki dana dan sumber-sumber finansial besar seperti parpol-parpol dari "lingkaran Cendana” (Gerindra termasuk di dalamnya karena Prabowo Subianto adalah bekas menantu Pak Harto).
Ke depan, jika kaum Islamis ingin memperjuangkan nilai-nilai Islamisme di Indonesia, mereka harus mendirikan dan mempunyai partai politik sendiri yang otonom, militan dan idealis seperti yang terjadi di Pakistan dimana kaum Islamis mengelompok di sejumlah partai Islamis seperti Jamaat-e-Islami (didirikan oleh salah satu pemikir dan ideolog Islamisme, Abul Ala Maududi, 1903-79), Jamiat-e-Ulema-e-Islam, dan Tehreek-e-Islami.
Tetapi kalaupun kaum Islamis berupaya mendirikan parpol sendiri yang independen sepertinya juga susah di Indonesia karena sejumlah faktor. Pertama, kaum Islamis sendiri tidak solid. Mereka terpecah-belah menjadi faksi-faksi kecil karena tidak memiliki kesamaan platform dan tujuan, selain berbeda haluan dalam memahami visi dan misi ajaran Islam serta strategi dan taktik gerakan Islam. Misalnya, di antara mereka ada yang menginginkan Indonesia menjadi Negara Islam, Negara Khilafah, NKRI Bersyariat dan seterusnya. Sebagian kelompok Islamis mencoba mendirikan parpol bernama Partai Syariat 212 tetapi belum ada seminggu partai ini sudah bubar-tangkar.
Kedua, adanya UU Parpol dimana ada keharusan semua parpol untuk mencantumkan Pancasila sebagai ideologi partai. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya, ketiga, adalah karakter masyarakat atau umat Islam di Indonesia yang pada umumnya tidak menyukai jenis keagamaan (keislaman) yang ideologis, militan, politis, keras, fanatik, radikal, konservatif serta mengabaikan nilai-nilai tradisi dan budaya yang berlangsung di masyarakat.
Tahun Berdarah di Timur Tengah
Geliat IS di Suriah dan Irak, serta perang di Jalur Gaza menandai tahun yang penuh peristiwa di Timur Tengah. Berikut beberapa yang paling banyak mencuri perhatian dunia.
Foto: Getty Images/K. Cucel
Geliat Islamic State
Sejak 2013, kelompok teror ini sudah menguasai kota Rakka di Suriah. Januari silam mereka berhasil merebut kota Falludjah dari tangan militer Irak. Gerilayawan garis keras yang dikenal dengan aksi brutalnya itu juga sempat bercokol di provinsi Anbar dengan tujuan menguasai kota Baghdad.
Foto: Reuters
Konflik Atom Iran
Langkah Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya Januari lalu disambut oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan melonggarkan sanksi. Kendati terdapat pendekatan yang signifikan, konflik atom Iran belum akan selesai. November kemarin pihak-pihak yang terlibat memperpanjang masa perundingan hingga 2015.
Foto: ISNA
Eksekusi Massal di Mesir
Setelah pemerintah Mesir menempatkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar organisasi teror, sebuah pengadilan di Al-Minya memvonis mati 529 pendukung dan simpatisan Ikhwan. Pada proses lanjutan April lalu, pengadilan menjatuhkan vonis mati kepada 683 individu lain. Sebagian besar vonis mati lalu diubah menjadi hukuman kurung seumur hidup.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Perubahan Kekuasaan di Irak
Pada 30 April, warga Irak untuk pertama kalinya memilih parlemen sejak penarikan mundur tentara AS. Setelah konflik panjang, Perdana Menteri Nuri Al-Maliki (ki.) akhirnya bersedia untuk tidak mencalonkan diri lagi buat memuluskan jalan rekan separtainya, Haidar al-Abadi (ka.)
Foto: Reuters/Hadi Mizban
Suriah yang Tidak Ada Akhir
Setelah dua tahun perundingan lewat mediasi PBB yang kandas tanpa hasil, Utusan Khusus Timur Tengah Lakhdar Brahimi mengundurkan diri Mai silam. Tidak lama kemudian Presiden Suriah Basyar Assad merayakan kemenangan pemilu dengan 88,7 persen suara. Lucunya, pemilu cuma digelar di daerah-daerah yang diduduki pasukan pemerintah.
Foto: Reuters
Sisi Memimpin Mesir
Bekas panglima militer, Abdul Fattah al-Sisi, memenangkan pemilu kepresidenan di Mesir, akhir Mai lalu. Satu-satunya pesaing yang berani maju adalah Hamdien Sabbahi yang mendapat 3,1 persen suara. Dengan kemenangannya, warga Mesir berharap pemerintah bisa mengembalikan kondisi keamanan dan mengeluarkan negeri itu dari krisis ekonomi.
Foto: Reuters
Hamas dan Fatah Berdamai
Untuk pertamakalinya sejak 2007, Fatah dan Hamas kembali membentuk pemerintahan bersama. Presiden Mahmud Abbas meresmikan kabinet baru itu di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rami Hamdallah. Langkah tersebut memicu reaksi keras dari Israel. PM Benjamin Netanyahu mengkritik, Fatah lebih suka mencari damai dengan Hamas ketimbang Israel.
Foto: DW/K. Shuttleworth
Di bawah Bayang IS
Juni silam Islamic State berhasil merebut kota Mossul, Irak. Kelompok teror itu juga sukses merekrut pejabat tinggi militer Irak dari jaman Saddam Hussein. Untuk pertamakalinya IS mendeklarasikan terbentuknya kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak.
Foto: picture alliance/abaca
Perang 50 Hari
Situasi antara Israel dan Palestina tetap panas sepanjang 2014. Pada 8 Juni, Israel memulai serangan baru untuk menghentikan tembakan roket dari Jalur Gaza. Pertengahan bulan negara Yahudi itu mengirimkan pasukan infanteri. Selama 50 hari, perang di Gaza menelan lebih dari 2100 korban jiwa di pihak Palestina dan 70 warga Israel. Lebih dari 20.000 rumah di Gaza hancur oleh bom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelarian Kaum Yasidi
Ketika kota Sindjar jatuh ke tangan IS Agustus silam, ratusan penduduk tak berdosa dari suku Yasidi tewas dalam eksekusi mati. Sementara puluhan ribu lainnya mengungsi ke gunung. Mereka bertahan hingga pertengahan Agustus, saat pasukan Peshmerga mengirimkan helikopter untuk evakuasi.
Foto: picture-alliance/abaca/Depo Photos
Serangan Udara terhadap IS
Pada bulan yang sama Presiden AS, Barack Obama merestui serangan udara terhadap IS di Irak. Pada bulan September serangan itu diperluas hingga wilayah Suriah. Lima negara Arab ikut serta dalam operasi militer tersebut: Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Yordania.
Foto: Getty Images
Membidik Jurnalis
Mata dunia tertuju pada Irak selambatnya sejak IS mempublikasikan video eksekusi mati terhadap jurnalis barat dan serdadu Irak atau Kurdi. Pada 9 Agustus video pembunuhan pertama beredar di internet. Pada video tersebut terlihat reporter AS, James Foley yang tewas setelah digorok lehernya.
Foto: dapd
Libya di Ambang Kekacauan
Di tengah pertempuran antara milisi-milisi yang bertikai, parlemen baru Libya diresmikan pada Agustus di Tobruk. Ke kota itulah pemerintahan Libya berpindah setelah situasi keamanan yang memburuk di Tripolis dan Benghazi. Sejak itu dua parlemen bersaing berebut kekuasaan. Sementara parlemen lama yang dikuasai oleh kelompok Islam garis keras terus bekerja seperti normal di Tripolis.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gerilayawan buat Kobani
Bulan September menandai awal pertempuran di kota Kobani, di utara Suriah. IS berupaya merebut kota ini sebagai simbol kemenangannya atas Suriah. Bulan Oktober ratusan gerilyawan Peshmerga berdatangan ke Kobani buat memerangi IS. Mereka dipersenjatai oleh negara-negara barat.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Drama Mubarak
Lebih dari tiga tahun sejak lengsernya Hosni Mubarak, sebuah pengadilan di Kairo membatalkan gugatan terhadap bekas presiden itu atas tuduhan pembunuhan terhadap lebih dari 800 demonstran. Sebagian besar warga Mesir turun ke jalan buat memrotes keputusan tersebut. Mubarak sendiri sudah divonis tiga tahun penjara pada bulan Mai.
Foto: AFP/Getty Images/M. El Shahed
15 foto1 | 15
Dengan kata lain, watak kaum Muslim di Indonesia itu pada umumnya adalah "nasionalis-kultural-nominal”. Hanya sedikit saja yang menyukai jenis keislaman yang ideologis, politis, dan militan, yaitu mereka yang sudah terkontaminasi oleh propaganda dan bualan kaum Islamis dan terkena virus Islamisme. Oleh karena itu, kalau mendirikan parpol, kelompok Islamis akan kesulitan mendapatkan sambutan meriah dari publik Muslim Indonesia (seperti yang menimpa PBB) yang meskipun mereka suka dengan Islam tetapi tidak simpatik dengan Islamisme atau katakanlah, Islam yes, Islamisme no.
Penulis: Sumanto Al Qurtuby (ap/vlz)
Dosen Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran, Arab Saudi. Ia pernah menjadi fellow dan senior scholar di berbagai universitas seperti National University of Singapore, Kyoto University, University of Notre Dame, dan University of Oxdord. Ia memperoleh gelar doktor (PhD) dari Boston University, Amerika Serikat, di bidang Antropologi Budaya, khususnya Antropologi Politik dan Agama. Ia menulis lebih dari 18 buku, ratusan artikel ilmiah, dan ribuan esai popular baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia yang terbit di berbagai media di dalam dan luar negeri. Bukunya yang berjudul Religious Violence and Conciliation in Indonesia diterbitkan oleh Routledge (London & New York) pada 2016. Manuskrip bukunya yang lain, berjudul Saudi Arabia and Indonesian Networks: Migration, Education and Islam, akan diterbitkan oleh I.B. Tauris (London & New York) bekerja sama dengan Muhammad Alagil Arabia-Asia Chair, Asia Research Institute, National University of Singapore.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Musim Semi Arab: Awalnya dan Situasi Sekarang
Musim Semi Arab terjadi 2010 lalu. Namun, negara-negara Arab yang dulu dilanda revolusi masih tetap bergelut dengan berbagai masalah. Di banyak tempat, revolusi bahkan tak menunjukkan bekas. Berikut situasi lima negara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Khalil Hamra
Tunisia, awalnya...
Peristiwa politik yang disebut "Revolusi Yasmin" diawali kerusuhan massal di seluruh negeri akhir Desember 2010. Awalnya peristiwa pembakaran diri penjual sayur Mohamed Bouazizi (17 Des 2010). Lalu 14 Januari 2011 Presiden Ben Ali meninggalkan Tunisia. 17 Januari 2011 PM Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Februari 2011 Ghannouchi turun, dan digantikan PM baru Béji Caïd Essebsi.
Foto: AP
Tunisia, situasi sekarang
17 Jan 2011 Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Feb 2011 setelah sejumlah aksi protes besar-besaran, Ghannouchi turun, dan PM baru Béji Caïd Essebsi (foto). Tunisia hingga kini masih menghadapi banyak masalah. Antara lain masalah keamanan. Juli 2015 terjadi sebuah serangan teror di Sousse yang menyebabkan 38 orang tewas. 30 di antaranya berasal dari Inggris.
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
Mesir, awalnya...
Perlawanan dimulai 25 Jan 2011, pada hari yang disebut "Hari Kemarahan“. 11 Feb Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa puluhan tahun turun jabatan, Dewan Militer ambil alih. Mereka jamin pemilu demokratis serta cabut situasi darurat yang sudah berlangsung 30 tahun. 2 Juni 2012 Mubarak dijatuhi hukuman seumur hidup. Setelah itu ia beberapa kali dihadapkan ke pengadilan karena sejumlah tuduhan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Abed
Mesir, sekarang
Dalam pemilu antara 2011 dan 2012 Ikhwanul Muslimin dapat suara mayoritas di parlemen. Mohammed Mursi jadi Presiden. Partai liberal, kiri dan kekuatan sekuler protes dan memuncak Nov 2012. Serangkaian demonstrasi berakhir pada kudeta oleh militer. Mereka angkat Adli Mansur sebagai presiden sementara, dan akhirnya lewat pemilu Mei 2014, (Jenderal) Abdel al-Fattah al-Sisi (foto) jadi presiden.
Foto: Reuters
Libya, dulu...
Muammar Gaddafi (foto) diktator Libya antara 1969-2011. Ia penguasa yang paling lama bercokol di puncak kekuasaan Libya. Awal 2011 Musim Semi Arab menjalar ke Libya dan sulut demonstrasi di seluruh negeri. Gaddafi kehilangan kontrol. Maret sejumlah negara lancarkan serangan udara. Juni 2011 Gaddafi resmi dicari karena pelanggaran kemanusiaan. 20 Oktober 2011 Gaddafi tewas dibunuh saat buron.
Foto: Christophe Simon/AFP/Getty Images
Libya, situasi sekarang
Sejak 2011 Libya diguncang baku hantam antar milisi. Awalnya proses demokratisasi berjalan karena 2012 pemilu demokratis dilaksanakan. Partai sekuler ANK jadi kekuatan terbesar. Tapi partai Islam jadi mayoritas di parlemen. Pemerintah mayoritas Islam fundamental tidak mampu atau mau hapus milisi. Ansar al-Sharia bisa bergerak bebas. Presiden Nuri Abusahmain bahkan dirikan pasukan pribadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Maroko, lima tahun lalu
Maroko adalah monarki konstitusional, dan sejak 1999 dipimpin Muhammad VI (foto). Negara miskin tapi stabil secara politik. Setelah seruan di Facebook, 20 Feb 2011 (Hari Kehormatan) ribuan berdemonstrasi tuntut reformasi politik dan demokrasi. Dalam kerusuhan jatuh korban tewas. Sebagai reaksi, Raja Maroko umumkan reformasi politik 10 Maret 2011.
Foto: Getty Images/AFP/A. Jocard
Maroko, situasi sekarang
Referendum konstitusi dilaksanakan setelah Musim Semi Arab. Perubahan yang disetujui 98% anggota parlemen, akui Tamazight jadi bahasa resmi disamping Arab. Sejumlah kewenangan dialihkan dari raja ke perdana menteri dan parlemen. Raja sekarang wajib angkat PM dari partai yang mayoritas di parlemen. Sebelumnya, Raja Maroko bisa mengangkat siapapun yang ia inginkan. Foto: istana raja.
Foto: DW/D. Guha
Aljazair, lima tahun lalu
Kerusuhan Aljazair (2010–2012) berkaitan dengan revolusi di Tunisia. Aksi protews warga awalnya disulut terus meningkatnya harga bahan pangan. Kerusuhan muncul secara spontan dan tidak terorganisir. Oposisi tuntut pencabutan situasi darurat, dan itu dipenuhi pemerintah tanggal 24 Feb 2011. Hingga pertengahan April ada kerusuhan dan demonstrasi. Foto: Presiden Abdelaziz Bouteflika
Foto: Rahim Ichalalen
Aljazair, situasi sekarang
Aljazair hingga sekarang tetap menghadapi banyak masalah. Presiden Bouteflika juga tetap berkuasa. Dalam pemilu 17 April 2014 ia terpilih jadi presiden untuk keempat kalinya. Menurut keterangan departemen dalam negeri, 81,5% suara diraih Bouteflika, dan 12,18% diraih penantangnya Ali Benflis. Foto: ibukota Aljir.