1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Malaysia: PM Najib Bertaruh Nasib di Borneo

8 Mei 2018

Pemilu Malaysia tiba-tiba menjadi kontestasi politik terbuka yang mengancam kekuasaan PM Najib Razak. Kehadiran sejumlah figur baru dan skandal korupsi 1MDB menempatkan koalisi pemerintah dalam posisi pelik.

Malaysia Karikatur von Fazry Ismail - Motiv Premierminister Najib Razak
Foto: picture-alliance/dpa/F. Ismail

Dua negara bagian miskin menjadi pertaruhan bagi Perdana Menteri Najib Razak buat mempertahankan kekuasaanya. Sabah dan Serawak yang dihuni mayoritas warga Melayu sejatinya pengikut setia Barisan Nasional. Namun dinamika politik teranyar seputar skandal korupsi 1MDB yang menyeret nama sang perdana menterimembuka peluang bagi partai oposisi buat mendulang dukungan.

Kedua negara bagian merupakan bagian integral dari kekuasaan Barisan Nasional. Koalisi pemerintah itu saat ini menguasai 21 dari 25 kursi parlemen dari Sabah dan Serawak. Dan jika merujuk pada tren teranyar, sebuah partai oposisi lokal diprediksi mampu memangkas jumlah tersebut menjadi tidak lebih dari separuhnya.

Parti Warisan Sabah yang berafiliasi dengan koalisi oposisi, Pakatan Harapan, berpotensi menggembosi basis dukungan partai-partai pemerintah. Pendirinya, Shafie Apdal, adalah pelarian Barisan Nasional yang dipecat oleh Najib setelah melontarkan kritik terbuka ihwal keterlibatannya dalam skandal 1MDB. Celaka buat Najib, pemecatan itu membuahkan popularitas buat Shafie.  

Tidak ayal, sepak terjang bekas menteri pembangunan daerah tertinggal itu membuat barisan nasional gugup. Selasa (8/5) Mahkamah Tinggi di Kuching menolak gugatan petinggi UMNO yang menuntut agar Shafie dilarang ikut serta dalam pemilihan umum. Penggugat beralasan Shafie harus terlebih dahulu mengembalikan uang pembanggunan buat Sabah senilai 7,5 milyar Ringgit yang lenyap selama masa jabatannya.

Kendati tidak akan memenangkan Sabah, Shafie dianggap berpeluang menggembosi dukungan bagi Najib. Sang perdana menteri belakangan kian tersudutkan. Harian Inggris The Guardian melaporkan, para petinggi UMNO menyaratkan Najib harus mendapat setidaknya 130 dari 222 kursi di parlemen. Jika tidak ia harus bersiap membuka jalan bagi figur pemimpin baru.

Di tengah kisruh politik Kuala Lumpur, bekas Perdana Menteri Mahathir Mohammad muncul sebagai harapan terbesar oposisi. Kehadiran pria berusia 92 tahun tersebut mengubah konstelasi politik jelang pemilu. Saat ini berbagai survey mengindikasikan 65% kursi di parlemen berpotensi berpindah tangan, dibandingkan 50% saat pemilu 2013.

"Pemilu kali ini bersifat pribadi. Saya merasa dikhianati oleh Najib," kata Mahathir kepada The Guardian. "Orang ini mencuri uang, bukan beberapa ratus atau ribuan Dollar, dia mencuri miliaran Dollar!"

Mahathir bahkan siap mengubur dendam lama dengan bekas musuh politiknya, Anwar Ibrahim, yang ia jebloskan ke penjara dengan dakwaan sodomi. Menurut laporan berbagai media, Mahathir mengajukan syarat koalisi dengan partai-partai oposisi, bahwa jika ia membantu memenangkan pemilu, Anwar yang akan menjadi perdana menteri baru.

"Saya tidak ingin menyebutnya sebagai pengorbanan. Tapi ini adalah hal yang harus saya lakukan," ujarnya ihwal perjanjian koalisi.

rzn/yf (thestaronline, thaguardian, thestraittimes, bloomberg)