Pemilu Pakistan: Eks PM Sharif Diunggulkan Jadi Pemenang
9 Februari 2024
Mantan Perdana Menteri (PM) Nawaz Sharif diunggulkan dalam pemilu Pakistan. Lebih dari 100 juta orang dilaporkan telah ikut memilih dalam pesta politik ini.
Iklan
Jurnalis DW di Karachi, Shamil Shams, menceritakan bagaimana proses pemungutan suara pada pemilu di negara tersebut yang dikotori dengan gangguan komunikasi dan bentrokan sporadis di beberapa kota.
Dia melaporkan rendahnya jumlah pemilih di banyak negara bagian. Tempat pemungutan suara (TPS) di Pakistan resmi ditutup.
Menurut Shams, Eks Perdana Menteri (PM) Nawaz Sharif yang pernah menjabat tiga kali diperkirakan bakal memenangkan pemilu. Namun, dia menyebut pendukung Imran Khan juga berharap popularitas politisi yang tengah dipenjara ini mendapat kesuksesan dalam pemilu.
Sejumlah saluran TV diperkirakan bakal membuat proyeksi hasil pertama dalam beberapa jam setelah penutupan pemungutan suara.
Hanya saja, gambaran lebih jelas dari hasil pemilu ini kemungkinan besar bakal diumumkan pada Jumat (09/02), dengan penghitungan suara yang akan terus berlanjut hingga malam hari.
Pakistan: Bagaimana Militan Hancurkan Kehidupan Seorang Perempuan
Baswaliha, perempuan berusia 55 tahun yang tinggal di kawasan adat di perbatasan dengan Afganistan, kehilangan suami dan anaknya dalam konflik dengan kelompok Taliban. Sekarang dia khawatir kekerasan akan kembali.
Foto: Saba Rehman/DW
Kehidupan yang sulit
Bertahan hidup merupakan hal yang sulit bagi perempuan Pakistan di kawasan perbatasan. Hidup Baswaliha, seorang janda 55 tahun, makin memilukan setelah kehilangan anaknya tahun 2009, dan suaminya pada 2010. Baswaliha tinggal di Galanai, sebuah desa adat di kawasan Mohmand, yang berbatasan dengan Afghanistan.
Foto: Saba Rehman/DW
Serangan dari segala penjuru
Imran Khan, anak sulung Baswaliha, terbunuh pada usia 23 tahun oleh kelompok lokal anti-Taliban karena dituduh membantu gerakan teroris, jelasnya pada tim DW. Operasi militer Pakistan memang menciptakan suasana tenang untuk beberapa kawasan, namun penarikan pasukan NATO dari Afghanistan meningkatkan kekhawatiran bahwa kelompok Taliban akan kembalio berkuasa.
Foto: dapd
Fase penuh kekerasan
Abdul Ghufran, suami Baswaliha, tewas setahun kemudian akibat dua bom bunuh diri yang meledakkan gedung pemerintahan, 6 Desember 2010. Saat itu suaminya hendak mengambil uang duka anaknya yang tewas dibunuh, kata Bawaliha kepada DW. Banyak yang tewas dalam serangan itu. Baswaliha mengatakan, seorang perempuan yang hidup tanpa suami atau laki-laki dewasa di kawasan adat penuh risiko dan berbahaya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Majeed
Belum menyerah
Abdul Ghufran, suami Baswaliha, tewas setahun kemudian akibat dua bom bunuh diri yang meledakkan gedung pemerintahan, 6 Desember 2010. Saat itu suaminya hendak mengambil uang duka anaknya yang tewas dibunuh, kata Bawaliha kepada DW. Banyak yang tewas dalam serangan itu. Baswaliha mengatakan, seorang perempuan yang hidup tanpa suami atau laki-laki dewasa di kawasan adat penuh risiko dan berbahaya.
Foto: Saba Rehman/DW
Jahit dan jual
Baswaliha ingin anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak. “Tidak mudah. Saya merasa hidup saya tidak ada gunanya lagi, dan saya tidak bisa bertahan hidup di lingkungan seperti ini,” katanya. Dia menceritakan perempuan di desanya dilarang berbelanja sendiri ke pasar. Saat ini, pendapatan utamanya menjahit. Dia mematok harga sekitar 13 ribu hingga 15 ribu rupiah untuk satu setel pakaian wanita.
Foto: Saba Rehman/DW
Wajib didampingi lelaki
“Setelah ditinggal suami, saya biasa membuat jajanan roti dan anak perempuan saya yang kecil menjualnya kepada warga di jalanan utama. Namun ketika dia sudah mulai cukup besar, anak perempuan yang berkeliaran dicap jelek di sini,” jelasnya. “Saat itulah saya mulai membuat berbagai macam selimut.” Tetapi untuk ke pasar, dia harus ditemani seorang laki-laki, berapapun umur laki-laki tersebut.
Foto: Saba Rehman/DW
Akan ada lebih banyak kekerasan?
Ribuan keluarga di kawasan adat di utara dan barat laut Pakistan menjadi korban kekejaman kelompok ekstrem di daerahnya. Abdur Razaq, saudara ipar Baswaliha, mengatakan bahwa dia masih ingat saat Abdul Ghufran terbunuh dalam sebuah serangan kelompok Taliban. Dia berharap kawasan adat tidak berubah lagi menjadi daerah kerusuhan dan keganasan. (Teks S. Rehman/mh/hp)
Foto: Saba Rehman/DW
7 foto1 | 7
KPU Pakistan minta percepat pengumuman
Penghitungan suara pada pemilihan umum nasional sempat tertunda, bahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pakistan meminta para petugas untuk segera mengumumkan hasil suara.
Sejak Kamis (08/02) 03:00 dini hari waktu setempat, sekitar lebih dari 10 jam setelah penutupan pemungutan suara, hanya empat hasil suara tingkat provinsi yang baru diumumkan.
Keterlambatan ini disebabkan karena "masalah internet" usai pemerintah membatasi akses internet dan telepon pada siang hari.
Kementerian Dalam Negeri Pakistan menyebut pembatasan komunikasi tersebut dilakukan "untuk menjaga hukum dan ketertiban" setelah dua bom diledakkan oleh "ISIS" pada Rabu (07/02).
Iklan
Sedikitnya 12 orang tewas
Militer Pakistan menyebut sedikitnya 12 orang, kebanyakan pihak petugas keamanan, tewas dalam sejumlah serangan militan yang bertujuan untuk mengganggu pemilu.
Dalam sebuah pernyataan disebutkan bahwa serangan tersebut terjadi sedikitnya pada 51 lokasi di wilayah barat daya dan laut Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan dan Iran.
Sebanyak 39 orang dilaporkan terluka dan lima militan juga dinyatakan tewas, sambung pernyataan tersebut.
Setidaknya 600.000 personel keamanan, termasuk 137.000 tentara disebar di seluruh negara.
Pada Rabu (07/02), sehari menjelang hari pemungutan suara, setidaknya 30 orang tewas akibat ledakan yang menyerang sejumlah kantor politik di lokasi yang berbeda.
Pihak Amerika Serikat (AS) lewat Kementerian Luar Negerinya pada Kamis (08/02) "mengutuk keras" serangan yang terjadi pada waktu pemilu tersebut.
Ribuan Pengungsi Afganistan Terpaksa Meninggalkan Pakistan
01:24
Kementerian Dalam Negeri: Layanan telepon seluler sebagiannya telah berfungsi
Pihak Kementerian Dalam Negeri Pakistan mengumumkan bahwa layanan seluler telah "dipulihkan sebagian" di beberapa daerah.
Pemulihan itu dilakukan di sejumlah kota di Provinsi Punjab, beberapa kota di Provinsi Balochistan barat daya, dan sebagian besar provinsi bagian selatan, Sindh, kecuali di wilayah Karachi.
"Layanan seluler akan segera dipulihkan di seluruh negeri," kata Kementerian Dalam Negeri Pakistan lewat akun X.