1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTurki

Pemilu Turki: Erdogan 'Terima' Kemungkinan Pemilu Susulan

15 Mei 2023

Recep Tayyip Erdogan klaim memenangkan "mayoritas suara" di pemilihan presiden, namun mengakui bersiap untuk kemungkinan putaran kedua melawan rival utamanya Kemal Kilicdaroglu. Pemilu susulan akan dilangsungkan 28 Mei.

Foto Recep Tayyip Erdogan di balkon gedung Partai AK di Ankara
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat memberikan pidato di markas Partai AK, Ankara, Turki, dini hari15 Mei 2023.Foto: Aytac Unal/AA/picture alliance

Warga Turki tengah memilih presiden dan anggota parlemen. Hasil persaingan Erdogan dan Kilicdaroglu masih belum dapat dipastikan. Pemungutan suara ditutup pukul 17.00 waktu setempat. Jika tak ada dari keduanya yang mendapat suara di atas 50%, maka keduanya bakal bertarung kembali pada 28 Mei mendatang.

Pimpinan aliansi oposisi Kemal Kilicdaroglu pada Senin (15/05) pagi menyebut bahwa dia akan menerima keputusan elektoral untuk melakukan pemungutan suara putaran kedua.

Kilicdaroglu menyampaikan rasa percaya diri bahwa dia bakal memenangkan putaran kedua melawan Presiden petahana Recep Tayipp Erdogan, ketika dia berbicara bersama pimpinan aliansi enam partai.

"Kalau negara kita menyebut dua putaran, kami tentunya akan memenangkan putaran kedua," kata Kilicdaroglu kepada wartawan. "Keinginan untuk perubahan dalam masyarakat lebih tinggi dari 50%."

Foto Kemal Kilicdaroglu dalam konferensi pers di markas Partai CHP di Ankara usai pemungutan suara selesai pada Senin 15 Mei 2023Foto: Emin Sansar/AA/picture alliance

Erdogan optimis menang mutlak, tetapi bakal tetap terima putaran kedua

Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan memenangkan "mayoritas" suara dalam pemilihan presiden, Minggu (14/05).

Erdogan mengklaim "keunggulan nyata" atas saingan utamanya sekalipun proses penghitungan masih berlangsung pada Senin (15/05) dini hari.

"Kita belum mengetahui apakah pemilihan bakal selesai dalam satu putaran, tapi jika masyarakat membawa kami ke putaran kedua, kami juga akan menghargai itu," kata Erdogan kepada pundukungnya dalam sebuah pidato di luar markas besar partainya AKP di Ankara.

Dengan total 99.78% suara yang terhitung, Erdogan mendapat 49,25% menurut data awal kantor berita swasta ANKA, sementara pihak Kemal Kilicdaroglu meraih 45,05%. Jika tidak ada kandidat yang mendapat suata di atas 50 persen, akan dilaksanakan pemilu susulan.

Foto Presiden Recep Tayyip Erdogan memberikan pidato kepada para pendukungnya dari atas balkon gedung Partai AK, di Ankara, Turki pada 15 Mei dini hari.Foto: Murat Cetinmuhurdar/AA/picture alliance

Oposisi sebut Turki bakal lakukan pemilihan putaran kedua

Wali Kota Ankara Mansur Yavas, kader Partai CHP pimpinan Kilicdaroglu, menyebut bahwa putaran kedua pada 28 Mei mendatang saat ini "sangat mungkin" terjadi lantaran suara Erdogan tidak akan melampauai 50% menurut tren data dari kantor berita independen ANKA dan kantor berita pemerintah Anadolu.

Yavas saat itu berbicara di televisi Turki bersama Ketua Partai CHP wilayah Istanbul Ekrem Imamoglu.

Imamoglu menyatakan setidaknya masih ada lebih dari 7 juta suara yang belum dihitung, dan menambahkan bahwa hasil pemilihan dapat berbalik menguntungkan Kilicdaroglu pada Senin pagi.

Para kandidat tidak mengharapkan hasil akhir yang cepat

Presiden Erdogan sendiri memperingatkan agar tidak mengumumkan hasil pemilu secara tergesa-gesa, sementara Kilicdaroglu memprediksi bahwa perhitungan suara akan menjadi "malam yang panjang".

"Meskipun pemilu dilakukan dengan suasana positif dan demokratis, dan penghitungan suara masih berlangsung, mencoba untuk mengumumkan hasil pemilu lebih cepat sama artinya dengan merampas kehendak nasional," kata Erdogan di akun Twitternya sejak pemungutan suara berakhir.

Kilicdaroglu juga berpesan lewat Twitter dan mengatakan "Kami tidak akan tidur malam ini" dan menekankan pentingnya penghitungan setiap suara.

Pihak oposisi menuduh partai Erdogan AKP telah menyerukan penghitungan ulang di daerah-daerah tempat Kilicdaroglu mendapat banyak suara. Namun tidak ada buktiu untuk tuduhan ini.

mh/hp (Reuters, AFP, AP)