1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTurki

Pemilu Turki: Recep Tayyip Erdogan Menangi Putaran Kedua

29 Mei 2023

Recep Tayyip Erdogan kembali mengamankan satu kali lagi masa jabatannya setelah putaran kedua yang bersejarah. Presiden Turki ini berhasil mengalahkan lawan terberatnya dari kandidat oposisi, Kemal Kilicdaroglu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Erdogan memenangkan Pemilu Turki setelah mengamankan lebih dari 52% suaraFoto: Depo Photos/IMAGO

Presiden petahana Turki Recep Tayyip Erdogan kembali mengamankan lima tahun masa jabatannya setelah menang tipis dalam pemilihan umum (Pemilu) putaran kedua pada hari Minggu (28/05).

Erdogan berhasil mengalahkan pesaingnya Kemal Kilicdaroglu setelah meraup 52,14% suara, kata Kepala Dewan Pemilihan Umum (YSK) Ahmet Yener, Minggu (28/05).

Presiden Turki itu mendeklarasikan kemenangannya di depan para pendukungnya dan mengatakan bahwa para pemilih telah memberinya tanggung jawab untuk kembali memerintah selama lima tahun ke depan.

"Satu-satunya pemenang hari ini adalah Turki," kata Erdogan.

Sementara itu, pemimpin oposisi Kilicdaroglu mengecam "pemilu yang paling tidak adil dalam beberapa tahun terakhir", tetapi tetap berjanji untuk terus "memimpin perjuangan" melawan pemerintahan Erdogan.

"Kesedihan saya yang sebenarnya adalah tentang kesulitan yang menanti negara ini," katanya, tanpa secara gamblang mengakui kekalahannya.

Erdogan telah menyerukan "persatuan dan solidaritas" pada pidato kemenangannyaFoto: Chris McGrath/Getty Images

Erdogan menyerukan 'persatuan dan solidaritas'

Dalam pidato kemenangannya pada Minggu (28/05) malam, Erdogan menyerukan "persatuan dan solidaritas", serta bersumpah untuk meninggalkan semua perselisihan dan menyatukan Turki dengan "nilai-nilai dan impian nasional."

Erdogan mengatakan bahwa kemenangan tipisnya dalam Pemilu Turki kali ini merupakan kemenangan bagi "demokrasi Turki" dan 85 juta warga negara itu.

"Kami tidak memiliki kebencian, kemarahan, atau frustrasi terhadap siapa pun," demikian kata Erdogan, dilansir dari kantor berita AFP. "Hari ini, tidak ada yang kalah. Seluruh bangsa yang berjumlah 85 juta orang menang."

Kemudian, Erdogan beralih dengan menyatakan "organisasi teroris" sebagai pihak yang kalah dalam pemungutan suara kali ini.

Presiden Turki itu juga mengakui bahwa inflasi yang sangat tinggi adalah masalah yang paling mendesak yang sedang dihadapi, tetapi Erdogan mengatakan bahwa hal itu bukanlah masalah yang sulit untuk dipecahkan dan menjanjikan bahwa inflasi akan turun serta berjanji untuk membangun ekonomi yang kuat berdasarkan stabilitas dan keyakinan.

Erdogan juga berjanji untuk mengamankan kepulangan satu juta warga Suriah yang tengah mencari perlindungan di negara tetangga Turki, selama konflik perang saudara yang terjadi di negara mereka.

Para pendukung Erdogan dengan penuh semangat menunggu kabar kemenangannya dalam pemilu putaran keduaFoto: Jeff J Mitchell/Getty Images

Arti kemenangan Erdogan bagi Turki

Kemenangan terbaru Erdogan ini menjadikannya penguasa terlama di Turki sejak Mustafa Kemal Ataturk mendirikan pemerintahan republik itu seabad yang lalu. Kemenangan ini juga akan kembali menghidupkan dukungan terhadap beberapa kebijakan ekonomi, domestik, hingga luar negeri yang tidak konvensional.

Pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang konservatif di Turki juga telah menggembar-gemborkan nilai-nilai Islam dan pandangan populis.

Selama dua dekade masa pemerintahannya, Erdogan membangkitkan semangat warga konservatif Turki yang telah lama merasa terpinggirkan di bawah penguasa sekuler berturut-turut. Misalnya, Erdogan telah bertekad untuk mengukuhkan hak mengenakan hijab dalam konstitusi dan mendeklarasikan Hagia Sophia di Istanbul sebagai masjid setelah adanya putusan pengadilan.

Dia juga menantang mitra Barat dan sekutu NATO dalam beberapa kesempatan, di mana yang terbaru adalah dengan menunda keanggotaan Norwegia dalam aliansi dan memblokir keanggotaan Swedia.

Tantangan domestik terbesar bagi popularitas Erdogan mungkin adalah kebijakan-kebijakan ekonominya yang tidak ortodoks, di mana oleh para analis banyak disalahkan sebagai penyebab inflasi dan krisis biaya hidup di Turki.

Upaya-upaya bantuan yang lamban setelah gempa bumi dahsyat di wilayah perbatasan Turki-Suriah awal tahun ini juga telah menuai kritik keras terhadap pemerintahan Erdogan.

Para pemimpin dunia mengucapkan selamat kepada Erdogan

Sekutu-sekutu NATO termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, dan Prancis mengucapkan selamat kepada Erdogan atas kemenangannya dalam pemilu kali ini. Salah satunya, Kanselir Jerman Olaf Scholz.

"Selamat kepada Presiden Erdogan, bersama-sama kita majukan agenda bersama kita dengan semangat baru!" tulis Scholz pada akun Twitternya, selagi memuji "kemitraan dan aliansi" antar kedua negara yang begitu erat.

Presiden AS Joe Biden juga menyampaikan harapan terbaiknya kepada Erdogan, dengan mengatakan bahwa dia berharap dapat terus "bekerja sama sebagai sekutu NATO dalam isu-isu bilateral dan tantangan global."

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa kemenangan Erdogan ini merupakan "hasil logis" dari kerja kerasnya yang berdedikasi sebagai pemimpin Republik Turki. Putin bahkan memuji Erdogan atas "kontribusi pribadinya terhadap penguatan hubungan persahabatan Rusia-Turki."

Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga mengatakan bahwa dia berharap dapat membangun kemitraan dengan Turki, dalam ucapan selamatnya kepada Erdogan. Zelenskyy berharap dapat memperkuat kerja sama bilateral "untuk keamanan dan stabilitas Eropa."

Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif mendeskripsikan Presiden Turki itu sebagai "pilar kekuatan bagi muslim yang tertindas" dan juga sebagai "suara yang gigih untuk hak-hak mereka yang tidak dapat dicabut." Selain itu, Qatar dan Iran juga turut memberikan ucapan selamatnya.

Secara terpisah, Viktor Orban dari Hungaria bahkan memuji "kemenangan pemilu yang tidak perlu dipertanyakan lagi" bagi Erdogan itu di akun Twitternya.

kp/ha (AFP, AP, dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait