1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTurki

Pemilu Turki: Siapa Saja Penantang Presiden Erdogan?

12 April 2023

Pemilu di Turki akan dilangsungkan pada 14 Mei mendatang. Namun, kalangan oposisi terpecah menghadapi petahana Presiden Erdogan. Siapa saja kandidat presiden yang maju melawan Erdogan?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip ErdoganFoto: Burhan Ozbilici/AP Photo/picture alliance

Presiden Recep Tayyip Erdogan sudah mendeklarasikan pencalonannya dan saat ini menjadi calon terkuat. Pria berusia 69 tahun itu merintis karier politiknya sebagai wali kota Istanbul dari 1994 hingga 1998, kemudian naik sampai ke posisi teratas di Turki. Dia mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan AKP pada tahun 2001 dan hingga saat ini mendominasi politik di negaranya.

Dari tahun 2003 sampai 2014, Erdogan menjabat sebagai perdana menteri, setelah itu dia menjadi presiden setelah mengundurkan diri dari Ketua Partai AKP. Begitu terpilih, dia mengubah konstitusi untuk memperluas kekuasaan kepresidenan, yang tadinya lebih banyak bersifat jabatan seremonial saja. Setelah serangkaian perubahan konstitusi dan undang-undang, istana presiden sekarang menjadi pusat kekuasaan di Turki.

Erdogan juga merombak sistem administrasi dan peradilan dengan memecat puluhan ribu pegawai yang dianggap bisa mengancam kekuasaannya. Namun belakangan, posisi Erdogan makin tersudut akibat krisis ekonomi yang melanda Turki jauh sebelum pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina. Di parlemen, Partai AKP saat ini berkoalisi dengan Partai Gerakan Nasional MHP yang ultranasionalis. Inilah para kandidat penantang Erdogan:

Kandidat aliansi enam partai oposisi, Kemal KilicdarogluFoto: Evrim Aydin/AA/picture alliance

Kemal Kilicdaroglu

Meskipun Kemal Kilicdaroglu tidak pernah dianggap sebagai pemimpin besar oposisi, dia akhirnya yang dipilih aliansi oposisi untuk bersaing dengan Erdogan dalam pemilihan presiden pada Mei mendatang. Dia akan mewakili aliansi enam partai oposisi.

Pria berusia 74 tahun ini dianggap sebagai birokrat yang antikorupsi. Sejak tahun 2007, dia memimpin Partai Rakyat Republik, CHP. Kemal Kilicdaroglu dan aliansi oposisi enam partainya berjanji untuk mengubah dan mengembalikan Turki ke "sistem parlementer yang kuat." Mereka ingin membatalkan sebanyak mungkin perubahan konstitusional yang dilakukan Erdogan, yang telah meningkatkan kekuasaannya.

Aliansi ingin memulihkan supremasi hukum, kebebasan berekspresi, dan kebebasan media, serta memastikan pemisahan kekuasaan dihormati kembali. Kemal Kilicdaroglu baru-baru ini mengatakan kepada DW, bahwa jika dia terpilih, dia akan menghapus pasal yang membuat penghinaan terhadap presiden sebagai tindak pidana – sebuah pasal yang memungkinkan Erdogan menyeret banyak lawan politiknya ke pengadilan.

Kemal Kilicdaroglu juga didukung oleh dua tokoh politik populer, yaitu Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu dan Wali Kota Ankara Mansur Yavas. Jika Kilicdaroglu memenangkan pemilu, Imamoglu dan Yavas akan ditunjuk sebagai wakil presiden. Banyak politisi Kurdi yang berpengaruh juga berharap pada Kemal Kilicdaroglu. Antara 15 sampai 20% dari pemilih berlatar belakang Kurdi.

Turki saat ini sedang diterpa inflasi tinggiFoto: Dilara Senkaya/REUTERS

Muharrem Ince

Ada dua politisi lain yang mencalonkan diri sebagai presiden, meskipun keduanya tidak terlalu populer. Salah satunya Muharrem Ince, yang berusia 58 tahun. Dia pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2018 untuk Partai CHP, tapi kalah dari Erdogan, meski bisa merebut 30% suara.

Muharrem Ince kemudian mengundurkan diri dari CHP dan mendirikan partain sendiri, yaitu Partai Tanah Air, Memleket Partisi. Dia menuduh CHP tidak cukup mendukungnya lima tahun lalu, ketika dia mencalonkan diri. Banyak pendukung CHP sekarang meminta Ince untuk tidak mencalonkan diri, agar pemilih tidak terpecah. Namun, negosiasi antara Muahrrem Ince dan Kemal Kilicdaroglu tidak membuahkan hasil. Muharrem Ince tetap bersikeras untuk maju dalam pemilu.

Sinan Ogan

Kandidat terakhir adalah Sinan Ogan, yang mungkin memiliki peluang paling tipis untuk menang. Pada 2011, dia masuk parlemen dengan MHP, saat itu masih menjadi oposisi. Dia dikeluarkan dari partai pada 2015, meski bergabung kembali setelah kasus pengadilan.

Pada 2017, Ogan kembali dikeluarkan. MHP mengatakan perilakunya telah "sangat merusak persatuan partai" dan menuduhnya "sangat tidak disiplin terhadap ketua partai." Meskipun dia dianggap sebagai calon potensial untuk kepemimpinan partai MHP dulu, hari ini dia tidak memiliki peluang yang realistis untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Sebagai seorang nasionalis yang gigih, sikapnya dalam kebijakan luar negeri jelas: Dia berjanji akan memperbaiki hubungan dengan Yunani dan menekankan bahwa Turki harus memberi perhatian khusus pada negara-negara Azerbaijan, Kazakstan, Kyrgyzstan, dan Uzbekistan.

Pada tahun 1994, Erdogan berhasil memenangkan pemilihan wali kota Turki dengan suara tipis. Dalam pemilihan presiden mendatang, dia bisa menang lagi dengan suara tipis, jika pihak oposisi tetap terpecah-belah.

(hp/ha)

Burak Ünveren Editor multimedia dengan fokus pada kebijakan luar negeri Turki dan hubungan Jerman-Turki.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait