Pemimpin Hong Kong Sebut Pengunjuk Rasa “Musuh Rakyat”
16 Juni 2020
Carrie Lam hari Selasa (16/6) mengatakan para penentang UU Keamanan Nasional adalah "musuh rakyat". Karena mereka telah “menjelek-jelekkan dan menodai” upaya pemerintah menciptakan stabilitas.
Iklan
"Saya mendesak para penentang yang masih menggunakan taktik yang biasa untuk menjelekkan dan menodai pekerjaan (pemerintah) untuk berhenti, karena dengan melakukan ini mereka telah menjadi musuh rakyat Hong Kong," kata Carrie Lam hari Selasa (16/6) sebelum rapat kabinet tentang penerapan UU Keamanan Nasional yang diputuskan Beijing.
"Sebagian besar (rakyat) ingin memulihkan stabilitas, dan memiliki keselamatan, kepuasan, dan pekerjaan," tambahnya.
Beijing bulan lalu mengumumkan rancangan UU untuk Hong Kong yang disebut akan mengatasi “pemisahan diri, subversi, terorisme, dan campur tangan asing.” Pemerintah Cina juga akan memperkuat kehadiran badan-badan keamanan Cina di Hong Kong.
Para pemrotes melihat undang-undang itu sebagai ancaman serius terhadap prinsip "satu negara, dua sistem", yang disetujui Cina ketika bekas koloni Inggris itu dikembalikan tahun 1997. Konstitusi Hong Kong menjamin kebebasan berpendapat dan hak-hak individual bagi warga Hong Kong, yang tidak dinikmati oleh warga di Cina daratan.
UU Keamanan Nasional tidak membatasi kebebasan
Pemerintah pusat di Beijing dan Carrie Lam menyatakan bahwa UU Keamanan Nasional tidak akan membatasi kebebasan, tetapi akan menargetkan sejumlah kecil "pembuat onar" dan membantu membawa stabilitas setelah setahun gelombang protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Pemerintahan Carrie Lam telah melancarkan kampanye demi menggalang dukungan publik untuk undang-undang tersebut, dengan papan iklan, brosur, dan video Carrie Lam yang membela UU tersebut "demi kepentingan umum".
Dalam video yang diposting di situs web pemerintah Hong Kong itu, Carrie Lam mengecam "ancaman teroris" terhadap Hong Kong dan mengatakan, pengunjuk rasa yang menuntut kemerdekaan telah "berkolusi dengan kekuatan asing" dan merusak keamanan.
"Hong Kong telah menjadi lubang menganga dalam keamanan nasional, dan kemakmuran dan stabilitas kota kita berada dalam risiko," kata Carrie Lam dalam video itu. Walaupun selama ini, hanya sebagian kecil pemrotes yang menyerukan kemerdekaan untuk Hong Kong.
Pelonggatan lockdown, tapi larangan berkumpul masih diberlakukan
Carrie Lam juga mengatakan, pemerintahnya sudah melakukan pelonggaran lockdown yang diterapkan demi meredam wabah corona, tetapi tidak mungkin pembatasan akan dihapus sepenuhnya.
Selama penerapan lockdown yang ketat, Hong Kong hampir sepenuhnya ditutup dan perkumpulan orang dibatasi maksimal hanya delapan orang. Saat ini kehidupan di sebagian besar wilayah Hong Kong mulai kembali normal. Kereta, bus dan feri kembali penuh sesak pada jam sibuk, karena sebagian besar pekerja kembali ke kantor dan tempat kerja mereka. Sekolah-sekolah juga mulai dibuka kembali.
Aksi protes di Hong Kong sempat terhenti selama lockdown, namun mulai digelar lagi selama beberapa hari terakhir, sekalipun unjuk rasa secara resmi dilarang. Pemerintah Hong Kong berkilah, larangan unjuk rasa diberlakukan karena ancaman penyebaran virus corona, bukan karena motif politik.
hp/as (rtr, afp, ap)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)