Pemimpin Israel dan Turki Bertemu Pertama Kali sejak 2008
21 September 2022
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Selasa (20/9) untuk pertama kalinya dalam lebih satu dekade bertemu dengan seorang perdana menteri Israel, yaitu Yair Lapid di sela-sela Sidang Umum PBB.
Iklan
Perdana Menteri Israel Yair Lapid dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu di sela-sela Sidang Umum PBB di New York hari Selasa (20/9) untuk pembicaraan tatap muka pertama antara pemimpin kedua negara sejak 2008.
PM Israel Yair Lapid "mengangkat masalah orang Israel yang hilang dan ditawan dan pentingnya membawa mereka pulang," kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan. Pemimpin Israel itu juga menyuarakan keprihatinan tentang musuh bebuyutannya Iran dan "berterima kasih kepada Presiden Erdogan atas kerja sama intelijennya," kata kantornya.
Hubungan Israel-Turki yang lama membeku di tengah perseteruan atas perjuangan Palestina telah menghangat dalam beberapa bulan terakhir, dengan kerja sama utama di bidang energi. Kedua negara diharapkan segera bertukar duta besar baru.
Turki negara muslim pertama yang mengakui Israel
Selain membahas energi, Lapid berterima kasih kepada Erdogan karena sudah berbagi intelijen negara dan mencatat permintaan Israel untuk mengembalikan empat warganya, dua di antaranya hilang di Jalur Gaza sejak perang 2014, kata kantor Lapid.
Iklan
Turki tahun 1949 menjadi negara mayoritas muslim pertama yang mengakui Israel. Namun hubungan kedua negara memburuk di bawah pemerintahan Erdogan, yang telah menjauh dari sekularisme negaranya sejak ia menjadi pemimpin tertinggi pada tahun 2003. Dia terakhir bertemu dengan seorang perdana menteri Israel pada tahun 2008.
Hubungan memburuk tajam pada 2010 setelah kematian 10 warga sipil menyusul serangan Israel di kapal Turki Mavi Marmara, bagian dari armada yang mencoba menembus blokade dengan membawa bantuan ke Jalur Gaza.
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Hubungan dengan Hamas sempat jadi ganjalan
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Erdogan memperbarui seruan untuk pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Namun dia juga mengatakan bahwa Turki "bertekad untuk terus mengembangkan hubungan dengan Israel demi masa depan, perdamaian dan stabilitas, tidak hanya kawasan, tetapi juga bagi Israel, rakyat Palestina dan kita."
Anggota NATO Turki telah menjadi tuan rumah bagi anggota Hamas, sebuah gerakan Islam Palestina yang menguasai Gaza dan yang oleh sebagian besar negara Barat ditetapkan sebagai kelompok teroris. Hubungan itu sering menjadi ganjalan dalam upaya untuk membangun kembali hubungan dengan Israel.
Erdogan dalam beberapa bulan terakhir telah bergerak untuk berdamai dengan saingan regional termasuk Arab Saudi. Beberapa analis percaya dia memprioritaskan upaya untuk mengatasi kesulitan ekonomi di dalam negeri sebelum pemilihan tahun depan, karena ingin tetap menjabat sebagai presiden.