1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemimpin Oposisi Kamboja Siap Kampanye

Edith Koesoemawiria19 Juli 2013

Puluhan ribu orang menyambut kedatangan pemimpin oposisi Kamboja. Sam Rainsy, yang baru kembali dari eksil, akan bersaing dengan Perdana Menteri Hun Sen dalam pemilihan umum 28 Juli mendatang.

Foto: picture-alliance/AP

Di lapangan terbang Phnom Penh, penyambut Sam Rainsy bersorak, melambaikan bendera dan berteriak “perubahan, perubahan!” Keluar dari pesawat, Rainsy mencium tanah Kamboja, kemudian mengacungkan tangan yang dikepal seraya menyambut lautan pendukung yang telah lama menunggu.

Pemimpin oposisi Sam RainsyFoto: Brendan Smialowski/AFP/Getty Images

“Saya sangat senang. Saya kembali untuk bersama-sama Anda semua, menyelamatkan bangsa ini,“ serunya sebelum berkonvoi menuju Taman Demokrasi, yang sesak dengan orang-orang yang menungu-nunggu pidatonya.

Politisi berusia 64 tahun ini melarikan diri ke Perancis 2009, untuk menghindari dakwaan yang ia sebut bermotivasi politik. Ketika muda, mantan bankir ini kuliah di Perancis. Pekan lalu atas permintaan PM Hun Sen, Raja Kamboja Sihamoni memberikan maaf kepada Sam Rainsy, yang terancam 11 tahun penjara, apabila tuduhan terhadapnya terbukti.

Simbol Demokrasi

Di Kamboja, Rainsy merupakan simbol demokrasi. Kepada kantor berita AFP, seorang pemuda berusia 26 tahun menjelaskan, „Ia jauh berbeda dengan pemimpin saat ini. Ia mengorbankan segalanya untuk bangsa ini“. Begitu ungkap Kuch Narith.

Pendukung Rainsy di bandara Phnom PenhFoto: picture-alliance/AP

Perdana Menteri Hun Sen telah tiga dekade berkuasa di Kamboja dan saat ini di Asia Tenggara, merupakan politisi yang paling lama berada di pucuk pimpinan suatu Negara. Partai Rakyat Kamboja, CPP, menang telak dalam dua pemilihan terakhir, yang oleh banyak pihak dinilai penuh kecurangan dan penyimpangan. Hun Sen, mantan kader Khmer Merah yang membelot dan 1985 untuk pertama kalinya menjabat Perdana Menteri, Mei lalu mengumumkan akan mencalonkan diri lagi untuk pemilu 28 Juli mendatang.

Di Amerika Serikat, sejumlah anggota parlemen mendesak pemerintahnya untuk membekukan bantuan bagi Kamboja, apabila pemilu tidak diselenggarakan secara adil dan bebas kali ini.

Partisipasi Penuh Dalam Pemilu

Rainsy dianggap sebagai pesaing utama Hun Sen, namun apabila parlemen Kamboja tidak mengubah undang-undang, Rainsy tak bisa mencalonkan diri untuk pemilihan bulan ini. Meski begitu ia berharap dapat membantu kampanye partainya, CNRP (Partai Nasional Penyelamat Kamboja).

Perdana Menteri Hun SenFoto: picture-alliance/dpa

Jurubicara CNRP mengatakan, “kehadiran Rainsy akan memberikan semangat pada para aktivis dan pemilih”. CNRP tetap berharap bahwa Rainsy mendapat izin untuk mencalonkan diri.

Surya Subedi, pelapor khusus PBB untuk masalah HAM di Kamboja, mengimbau Senin (15/07/13) lalu agar Rainsy diizinkan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam politik. Rainsy pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kamboja, pertengahan 1990 ia dikenal sebagai aktivis buruh.

Tantangan Bagi Status Quo?

Meski warga mengagumi Rainsy, menurut analis politik Chea Vannath, pemilih yang kebanyakan berada di pedesaan tidak bisa mengidentifikasikan diri dengan politisi yang berlatar elit itu.

Hun Sen dan partainya memang populer di kawasan pedesaan dan bukan sekedar karena CPP membebaskan Kamboja dari kekejaman rejim Khmer Merah. Menurut analis independen Chea Vannath, selama 15 tahun terakhir Kamboja berada dalam keadaan damai. Generasi tua Kamboja ingin bermain aman. Dalam dekade terakhir, ekonomi terus tumbuh dan infrastruktur jauh lebih baik, terutama jalanan. Vannath menduga, pemilih Kamboja akan berpihak pada status quo dalam pemilu 28 Juli.

Meskipun begitu, Sam Rainsy menjanjikan perubahan dan warga yang tidak puas dengan pemerintahan Hun Sen juga banyak.

ek/ab (rtr/afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait