Pemimpin Serangan Gedung Kongres AS Dipenjara 17 Tahun
1 September 2023
Joseph Biggs dan Zachary Rehl dijatuhi hukuman masing-masing 17 dan 15 tahun penjara, karena penyerbuan ke Gedung Kongres AS. Biggs meminta maaf atas tindakannya dan mengatakan dia bukan orang yang suka kekerasan.
Iklan
Joseph Biggs, seorang mantan pemimpin kelompok ekstremis sayap kanan Amerika Serikat (AS), Proud Boys, dijatuhi hukuman 17 tahun penjara pada Kamis (31/08) karena memelopori serangan terhadap The Capitol, Gedung Kongres AS.
Pada hari yang sama, seorang hakim federal juga menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara kepada rekan Biggs di kelompok Proud Boys, yakni Zachary Rehl. Juri memvonis Rehl bersalah atas konspirasi penghasutan terkait dengan serangan di Capitol pada 6 Januari 2021.
Hukuman untuk Joseph Biggs termasuk yang terlama dalam kasus kerusuhan Capitol sejauh ini.
Dia dihukum pada bulan Mei atas beberapa dakwaan, termasuk konspirasi penghasutan, karena membantu memimpin puluhan anggota Proud Boys dan rekan-rekannya dalam kerusuhan di Capitol.
Pendiri Oath Keepers, Stewart Rhodes, yang juga dihukum atas tuduhan konspirasi penghasutan, sebelumnya juga dijatuhi hukuman penjara selama 18 tahun.
Foto-foto Saat Massa Pendukung Trump Menyerbu Gedung Capitol AS
Massa pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung DPR AS dalam upaya membatalkan kekalahan Trump. Foto-foto berikut ini menggambarkan insiden penyerbuan di Gedung Capitol saat perusuh bentrok dengan pasukan keamanan.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi
Massa pendukung Presiden AS Donald Trump bentrok dengan aparat keamanan di depan Gedung Capitol di Washington DC pada 6 Januari. Kongres AS sedang mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan 306-232 Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Trump.
Foto: Stephanie Keith/REUTERS
Demonstran yang marah menyerbu Gedung Capitol
Awalnya, pendukung Trump yang agresif berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS. Namun, mereka akhirnya mencoba menerobos masuk ke dalam gedung dan polisi gagal menahan massa yang marah.
Foto: Roberto Schmidt/AFP/Getty Images
Pendukung Trump menerobos masuk
Massa pendukung Trump yang marah menerobos Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, saat Kongres mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dari hasil Electoral College atas Presiden Trump.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas keamanan Gedung Capitol berjaga penuh
Petugas keamanan Gedung Capitol AS berjaga penuh saat menangani kerusuhan ketika pengunjuk rasa mencoba masuk ke House Chamber, ruangan paling inti, tempat para legislator berkumpul untuk meratifikasi pemungutan suara Electoral College.
Foto: J. Scott Applewhite/AP Photo/picture alliance
Petugas keamanan menahan para perusuh
Petugas keamanan mencoba menahan para perusuh yang berada di lorong di luar ruang Senat. Sementara, para anggota parlemen dibawa ke tempat aman.
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo/picture alliance
Mengambil alih ruang Senat
Setelah berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, seorang pengunjuk rasa berlari ke tengah ruang Senat dan meneriakkan "Kebebasan!"
Foto: Win McNamee/Getty Images
Perusuh menyerbu ruang Senat
Seorang perusuh berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, dan melompat dari atas galeri umum ke ruang Senat.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Anggota parlemen berlindung di House Chamber
Para anggota parlemen dengan panik mencari tempat berlindung di ruang galeri DPR, saat para pengunjuk rasa mencoba menerobos masuk. Menurut seorang jurnalis Gedung Putih, para anggota parlemen diberi masker gas yang berada di bawah kursi.
Foto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance
Pengunjuk rasa menduduki kantor anggota parlemen
Massa pendukung Trump mengambil alih kantor yang telah dikosongkan. Anggota parlemen berhasil dibawa ke tempat aman.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Petugas tak berhasil menahan
Polisi dan petugas keamanan Gedung Capitol gagal menahan pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke Rotunda dan kantor anggota parlemen. Seorang pria bahkan memboyong podium yang biasa digunakan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi untuk berpidato.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas menembakkan gas air mata
Petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh di luar Gedung Capitol.
Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP/Getty Images
Ledakan di luar Gedung Capitol
Sebuah ledakan terjadi di luar Gedung Capitol ketika polisi berusaha menghalau laju massa pendukung Trump. Kepolisian Washington dan Garda Nasional telah dikerahkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Foto: Leah Millis/REUTERS
Upaya membubarkan pengunjuk rasa
Petugas Garda Nasional dan kepolisian Washington DC dikerahkan ke Gedung Capitol untuk membubarkan pengunjuk rasa. Jam malam di seluruh kota diberlakukan dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. (Ed: pkp/rap)
Penulis: Kristin Zeier
Foto: Spencer Platt/Getty Images
13 foto1 | 13
Biggs meminta maaf atas perannya dalam serangan itu
Saat menjatuhkan hukuman, Hakim Distrik Timothy Kelly mengatakan bahwa serangan tersebut mengganggu momen penting dalam demokrasi AS, yaitu sertifikasi suara Electoral College.
"Hari itu mematahkan tradisi kita dalam mentransfer kekuasaan pemerintahan secara damai, yang merupakan salah satu hal paling berharga yang kita miliki sebagai orang Amerika," kata hakim.
Biggs menyatakan penyesalannya atas tindakannya, dengan mengatakan bahwa dia "mengacaukan hari itu."
"Saya tergoda oleh kerumunan orang dan saya maju saja. Rasa ingin tahu saya mengalahkan diri saya," kata Biggs.
Dia adalah seorang veteran perang di Irak dan mantan koresponden untuk situs web konspirasi Infowars.
"Saya bukan seorang teroris. Saya tidak punya kebencian di hati saya," kata Biggs.
Vonis di bawah pedoman AS
Hukuman Biggs berada di bawah pedoman hukuman AS dan hanya setengah dari hukuman 33 tahun penjara yang dituntut oleh jaksa.
Menurut Hakim Kelly, tidak ada bukti bahwa Biggs berniat membunuh siapa pun dalam pemberontakan tersebut dan pemberontakan itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Namun demikian, Kelly mengatakan, "Ada kebutuhan untuk pencegahan."
"Ada alasan mengapa kami perlu merasa cemas saat kami mendekati pemilihan umum di masa depan," kata Jaksa Jason McCullough. "Kami tidak pernah memikirkan itu terjadi sebelum tanggal 6 Januari."
Lebih dari 1.100 orang telah didakwa oleh Departemen Kehakiman dalam serangan ke Gedung Capitol.