Pemulihan Gaza Dimulai, Apa Peran Jerman?
13 Oktober 2025
Bantuan bagi warga di Gaza harus dimulai dengan cepat, kata Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul di Paris pada Kamis (9/10).
"Kami siap memberikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza segera," katanya pada konferensi mendadak para menteri luar negeri dari beberapa negara Eropa dan Arab. Tindakan harus dilakukan dengan cepat karena "ribuan orang masih berada dalam ancaman di sana."
Wadephul meninggalkan pertemuan tingkat tinggi para menteri luar negeri mengenai Balkan Barat di Belfast, Irlandia Utara, lebih awal dari yang direncanakan untuk melakukan perjalanan ke ibu kota Prancis.
Sementara masih di Belfast, ia mengomentari proposal yang diajukan sebelumnya pada minggu itu untuk menyelenggarakan konferensi pemulihan bersama Mesir.
"Namun, ini harus menjadi konferensi yang secara politik lebih luas yang juga menguraikan kerangka politik untuk Jalur Gaza dan, tentu saja, selalu mengingat bahwa pada akhirnya harus ada solusi dua negara," katanya.
Wadephul: Israel harus terlibat
Israel tidak boleh absen dari konferensi semacam itu, berbeda dengan di Paris, tambahnya.
Wadephul juga menyerukan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengembangan lebih lanjut: "Kita memerlukan kerangka hukum untuk semua yang sekarang terjadi di Jalur Gaza," katanya.
Namun, masih harus dilihat apakah rencana yang luas semacam itu akan disetujui oleh negosiator utama, Israel, Palestina, dan Amerika.
Bahkan sebelum kesepakatan mengejutkan antara Israel dan kelompok Islamis Palestina, Hamas, mengenai pertukaran sandera dan tahanan serta penarikan tentara Israel dari Gaza, Wadephul telah membahas pemulihan wilayah pesisir yang hancur di Mediterania itu.
Akhir pekan lalu, ia memperpanjang perjalanan ke Timur Tengah untuk melakukan kunjungan ke Israel dan Mesir. Saat di Kairo, ia mengatakan bahwa Jerman siap memprakarsai konferensi pemulihan bersama Mesir.
Koalisi pemerintah mendukung pemulihan
Di Berlin, politisi dari partai-partai koalisi penguasa, yakni Partai Kristen Demokrat (CDU), partai saudara mereka dari Bayern, Partai Sosial Kristen (CSU), dan Partai Sosial Demokrat (SPD), setuju dengan pendekatan ini.
"Jerman memiliki sejumlah alasan untuk membantu membangun kembali Gaza: kebijakan migrasi, kebijakan keamanan, kebijakan kemanusiaan. Dan tidak kalah pentingnya, atas dasar Staatsräson," kata pakar kebijakan luar negeri CDU, Jürgen Hardt, kepada Funke Media Group.
Staatsräson Jerman, atau "alasan negara", pada dasarnya berarti komitmen tanpa syarat Jerman terhadap eksistensi dan keamanan Israel, yang berasal dari tanggung jawab Jerman atas genosida sekitar 6 juta Yahudi Eropa yang dilakukan oleh Nazi antara 1933 dan 1945.
Juru bicara kebijakan luar negeri SPD, Adis Ahmetovic, juga menyarankan bahwa Jerman dapat memberikan kontribusi khusus pada "pembangunan tempat tinggal sementara, pembersihan puing, pemulihan pasokan air, dan pembangunan fasilitas sanitasi" di Gaza.
Menteri Pembangunan Reem Alabali Radovan (SPD) telah mengusulkan hal serupa selama kunjungannya ke Israel pada akhir Agustus.
Namun, rencana konkret untuk pemulihan masih belum jelas. "Saya tidak bisa memberikan rincian lebih lanjut pada tahap ini, kecuali mengatakan bahwa konferensi akan berlangsung," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Martin Giese, kepada DW.
"Konteksnya jelas: ini tentang pemulihan Gaza. Tapi tentu saja, ini juga tentang solusi jangka panjang untuk stabilitas di kawasan, termasuk perlindungan Israel dari agresi lebih lanjut. Konferensi di Paris adalah titik awal untuk ini."
Israel mengkritik pertemuan di Paris
Namun, reaksi Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar terhadap pertemuan itu menunjukkan betapa sulitnya upaya Eropa untuk mengembangkan rencana pemulihan Gaza.
Wadephul bertemu dengan Sa'ar di Israel beberapa hari yang lalu, dan keduanya dikabarkan cukup akrab.
Namun dalam sebuah unggahan di X (dulu Twitter) pada Rabu lalu, Sa'ar mengatakan bahwa konferensi di Paris "tidak perlu dan merugikan," menambahkan: "Kami memandang ini sebagai upaya lain oleh Presiden Macron untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestiknya dengan mengorbankan Israel."
Hubungan Israel dengan Prancis berada pada titik terendah setelah Presiden Emmanuel Macron mengakui negara Palestina pada akhir September.
Jerman dan negara-negara Eropa lainnya belum melakukan hal serupa, dan peran yang bisa mereka mainkan dalam pemulihan Gaza masih harus ditentukan.
Dalam rencana 20 poin yang disampaikan Presiden AS Donald Trump akhir bulan lalu, Eropa memainkan peran kecil, jika ada, dalam langkah awal menuju perdamaian.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Yuniman Farid