1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Penegakan HukumPakistan

Penahanan Imran Khan Disambut Kerusuhan di Pakistan

10 Mei 2023

Pakistan bersiaga menghadapi gejolak setelah penangkapan terhadap bekas Perdana Menteri Imran Khan yang berujung kerusuhan, Selasa (9/5) kemarin. Amarah pendukung Imran Khan terutama diarahkan kepada petinggi militer.

Aksi protes di Karachi
Aksi protes menentang penangkapan terhadap bekas Perdana Menteri Imran Khan di Karachi, PakistanFoto: Asif Hassan/AFP

Kegentingan masih menaungi Pakistan, Rabu (10/5), sehari setelah penangkapan dramatis terhadap bekas Perdana Menteri Imran Khan. Pemimpin oposisi berusia 71 tahun itu ditahan setidaknya selama 14 hari untuk menjalani pemeriksaan.

Polisi mengatakan, Imran Khan tidak jadi dibawa ke pengadilan dan sebaliknya akan diperiksa di markas kepolisian yang kini dijaga ketat.

Perintah penahanan datang sehari setelah petinggi militer mengecam Khan karena berulang kali mengklaim adanya perwira tinggi yang merencanakan pembunuhan terhadapnya dan menuduh militer mendalangi pemakzulannya.

Dia ditangkap pada Selasa (9/5) di tengah sidang dugaan korupsi di Pengadilan Tinggi Islamabad. Media melaporkan, agen antirasuah dari Biro Pertanggungjawaban Nasional dan pasukan paramiliter menjebol pintu ruang pengadilan setelah ditolak masuk oleh pengawal pribadi Khan.

Pemerintah Pakistan bersikeras penahanan terhadap Imran Khan dilandasi perilakunya yang selalu  menolak panggilan pemeriksaan. Upaya menangkapnya di kampung halamannya di Lahore sejauh ini berhasil digagalkan para pendukung Khan.

Kerusuhan dan pertumpahan darah

Penangkapan tersebut berbuntut panjang. Di Lahore, massa pendukung Khan membanjiri jalan dan mengamuk. Amarah terutama diarahkan kepada petinggi militer, seperti saat demonstran berupaya membakar rumah seorang jenderal di timur kota.

Di Kota Rawalpindi, massa bersenjatakan tongkat dikabarkan menerobos masuk ke dalam markas besar militer dan menyanyikan yel-yel mendukung Imran Khan. 

Sementara di Islamabad, demonstran memblokir jalur utama menuju pusat kota, melempar batu dan membakar sebuah kendaraan dinas kepolisian yang direspons dengan tembakan gas air mata. Setidaknya 43 demonstran ditahan polisi dalam aksi protes tersebut.

Demonstrasi berdarah dilaporkan terjadi di Quetta, Balochistan. Seorang pendukung Khan tewas ditembak aparat kepolisian, menurut jurnalis stasiun televisi AS, CNN, di lokasi kejadian.

Buntutnya, otoritas memadamkan layanan internet seluler nasional dan membatasi akses menuju media sosial. Pemerintah juga menerbitkan larangan berkumpul di timur Punjab, kantung terbesar pendukung Khan.

Pembangkangan nasional

Sebagai respons, partai yang menaungi Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), menyerukan simpatisannya untuk "melumpuhkan" seluruh negeri. Massa bahkan didatangkan dari Provinsi Khyber Pakhtunkhwa ke Islamabad untuk mengikuti demonstrasi, tulis petinggi PTI di Twitter.

Wakil Ketua Umum PTI, Shah Mahmood Qureshi, mengatakan pihaknya akan menghadap Mahkamah Agung untuk menggugurkan vonis Pengadilan Tinggi Islamabad. 

"Kami terus mengimbau semua keluarga PTI, simpatisan dan masyarakat di Pakistan untuk turun ke jalan demi aksi damai menentang perilaku inkonstitusional ini," tulisnya.

Menteri Informasi, Marriyum Aurangzeb, mengecam aksi protes dan kerusuhan yang menurutnya "teroganisir di bawah arahan Imran Khan."

Buntutnya pada Rabu (10/5), media-media Pakistan melaporkan polisi menahan Sekretaris Jendral PTI, Asad Umar, ketika dia berada di gedung Pengadilan Tinggi Islamabad.

Sidang dugaan korupsi terhadap Imran Khan merupakan satu dari sekitar 100 dakwaan lain yang dilayangkan kejaksaan. Dalam banyak kasus, Khan diancam dengan larangan memangku jabatan publik, justru ketika pemilu akan digelar pada November mendatang.

rzn/hp (rtr,ap,afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait