1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penahanan Staf Lokal Kedubes Inggris oleh Iran

29 Juni 2009

Penahanan terhadap karyawan lokal Kedutaan Inggris di Iran ditanggapi berbagai harian Eropa.

Harian Italia LA REPUBBLICA yang terbit di Roma menulis tajuk berjudul "London Jadi Sasaran":

"Setidaknya kali ini bukan AS yang jadi sasaran utama. AS juga diserang secara frontal, tetapi Inggris dianggap sebagai sasaran yang lebih empuk. Walaupun pada saat krisis sekarang ini para pemimpin Iran menggunakan slogan-slogan lama, Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Mahmud Ahmadinejad sungkan untuk langsung menampik uluran tangan Obama. Masalah atom dapat ditangani belakangan oleh siapa pun yang nanti berkuasa di Teheran. Menyerang Inggris lebih mudah."

Harian konservatif Inggris THE TIMES menganjurkan:

"Jawaban Inggris haruslah jelas, sepadan dan ampuh. Perhatian utama harus diarahkan pada keamanan warga Inggris. Hanya petugas kedutaan yang benar-benar diperlukan, boleh tetap tinggal. Pengusaha, orang-orang yang berpaspor Inggris dan pengunjung hendaknya segera meninggalkan negara itu. Kemudian Inggris perlu pula memperingatkan, penahanan berkesinambungan terhadap karyawan kedutaan dan segala bentuk pembatasan lainnya, akan ada jawabannya bagi perwakilan Iran. Bukan hanya di Inggris, melainkan di seluruh Eropa, bila hal ini disepakati oleh semua negara UE."

Harian Jerman NEUE OSNABRÜCKER ZEITUNG dalam tajuknya menulis "Tidak Masuk Akal". Selanjutnya dapat dibaca:

"Beberapa bulan lalu seorang pejabat dinas rahasia Italia mengatakan, untuk memahami rejim di Iran dan program atomnya, diperlukan psikolog dan psikiater. Teori yang dikemukakan Ayatollah Khamenei memperjelas, betapa struktur pemikiran yang fanatik dapat menggeser kebijakan politik ke hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan.
Kini dinas rahasia Inggris dipersalahkan memicu revolusi di jalanan Teheran. Penahanan terhadap karyawan kedutaan Inggris adalah dampak dari pemikiran yang tidak masuk akal itu. Sebab dalam 30 tahun terakhir para Ayatollah sudah terlatih untuk menyalahkan pihak barat bila terjadi ketidakberesan. Padahal banyak warga Iran sudah muak dengan berbagai macam dusta. Mereka menuntut kebebasan dan diakhirinya kediktaturan. Protes massal disusul oleh penahanan massal. Sejumlah warga Iran tewas. Beberapa Ayatollah langsung menuntut hukuman mati terhadap para reformis. Semakin hari kiranya akan semakin sulit bagi presiden AS Obama untuk mengulurkan tangan kepada rejim itu sebagai ajakan berdialog."

Mengenai perkembangan di Iran, harian Swedia SVENSKA DAGBLADET yang terbit di Stockholm berpendapat:

"Rejim di Iran menggunakan kekerasan, penahanan dan memperketat pengawasan atas penyebarluasan informasi sebagai reaksi atas terjadinya berbagai demonstrasi. Protes itu dianggap dikendalikan dari luar negeri. Slogan kuno itu dikeluarkan lagi. Kalau Dewan Garda Revolusi menganggap sah hasil pemilihan presiden, semakin sulitlah untuk melawan rejim yang berkuasa. Tidak perlu diherankan bila nanti dilakukan proses pengadilan semu seperti di Moskow tahun 1936 sampai 1938. Bisa saja pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi digugat sebagai biang keladi. Untuk jangka panjang masih belum diketahui apakah krisis politik dalam negeri di Iran akan menghentikan politik luar negeri Presiden Mahmud Ahmadinejad yang agresif, atau malah akan mempertajamnya."

dpa/afpd/DGL
Editor: Agus Setiawan