Penanam Ganja Untuk Sembuhkan Istri Jalani Sidang Perdana
2 Mei 2017
Pria yang menanam ganja untuk merawat istrinya yang sakit, Fidelis Ari jalani sidang pertama di PN Sanggau, Kalbar.
Iklan
Ruang persidangan penuh penuh sesak dengan kehadiran pengunjung yang menyaksikan proses persidangan perdana Fidelis Ari, warga Sanggau, Kalimantan Barat yang kedapatan memiliki ganja. Demikian diansir dari Tribunnews.
Sidang perdana itu beragendakan pembacaan dakwaan. Pengacara yang mendampingi kasus Fidelis, Marcelina Lin menceritakan, ada perubahan dalam isi dakwaan yang dibacakan jaksa. "Perubahannya ini sangat mendasar sekali, karena ada pasal yang berubah," ungkapnya. Dikutip dari Kompas, dalam perubahan pasal tersebut, menyebutkan tindak pidana yang dikenakan kepada Fidelis adalah memproduksi, mengimpor dan mengekspor.
Dari media kompas dikisahkan, Fidelis merupakan seorang pegawai negeri yang menanam ganja guna mengobati istrinya, Yeni yang menderita penyakit syringomyelia atau tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) di dalam sumsum tulang belakang.
Setelah dokter kesulitan menyembuhkan istrinya, Fidelis mencari tahu cara pengobatan alternatif untuk penderita syringomyelia lewat internet. Di Kanada, ada penderita penyakit serupa yang mampu bertahan hidup, berkat ekstrak ganja. Fidelis kemudian mempraktikkan cara-cara pengobatan itu pada istrinya.
Bisnis Ganja Para 'Biarawati'
Mereka bukan suster biasa. Mereka tak berafiliasi pada agama apapun. Para perempuan berpakaian biarawati yang tergabung dalam "Sisters of the Valley" ini bekerja dalam misi untuk penyembuhan lewat produk ganja.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Bertanam ganja
Dekat kota Merced di sebuah lembah di tengah California, para 'biarawati' yang tergabung dalam "Sisters of the Valley" ini bukan hanya bercocok tanam buah, sayur dan kacang-kacangan. Mereka juga bertanam dan memanen: ganja.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Bukan biarawati biasa
Mereka bukanlah biarawati biasa yang dikenal akrab dengan ruang lingkup gereja Katholik. Meski berhaluan monatisisme, para biarawati tidak termasuk dalam ordo Katolik manapun, Namun para perempuan ini saling memanggil rekannya dengan istilah 'suster' atau saudara perempuan lebih karena kebiasaan. Persaudaraan itu berdiri sejak tahun 2014.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Dari 'Sister Occupy' menjadi Suster Ganja
Tokoh di balik 'sisterhood' ini adalah Suster Kate yang bernama asli Christine Meeusen. Ia berpakaian ala biarawati Katholik, bergabung dengan gerakan protes Occupy Wall Street di AS tahun 2011. Ia mendorong orang-orang agar menaruh perhatian pada isu-isu publik.
Foto: Reuters/L.Nicholson
Menasbihkan diri sendiri
Para ‘suster’ ini menasbihkan diri mereka sendiri sebagai sekelompok biarawati, tapi tidak terkait dengan agama mana pun. Mereka menanam ganja yang nantinya dipanen dan dijual sebagai obat. Mereka mengklaim kalau produk yang mereka jual 100 persen organik. Produk yang mereka buat dari daun ganja pilihan dapat mengobati berbagai penyakit,
Foto: Reuters/L. Nicholson
Lima elemen
"Ketika orang mengatakan, 'Toh, mereka bukan biarawati sejati,' jawab Suster Kate: tidak ada biarawati. Mereka punah di negeri ini. "Jika Anda mencari apa yang mendorong persaudaraan perempuan, ada lima elemen ... Kita hidup bersama, kita mengenakan pakaian yang sama, kita bersumpah untuk mematuhi siklus bulan, kita bersumpah demi kesucian dan ekologi.”
Foto: Reuters/L. Nicholson
Mengeringkan daun ganja
Daun-daun ganja ini mereka keringkan sebelum diproduksi.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Produk-produk berbasis ganja
Suster Freya membuat salep dan tonik dari bahan cannabidiol CBD yang memiliki sifat analgesik, anti-inflamasi dan anti rasa cemas. Para 'biarawati ganja' ini menjelaskan bahwa daun dan galur mariyuana, memiliki tingkat Tetrahydrocannabinol (THC) yang sangat rendah.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Dikemas kecil-kecil
Minyak dan kandungan CNB dari ganja saat dikemas di dalam wadah kecil sebelum dipasarkan. Produk-produk mereka juga dijual lewat online ke Kanada.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Obat migran dan penyakit lainnya
Namun, para “suster” ini mengatakan tidak pernah memproduksi zat THC yang dapat menyebabkan penggunanya mabuk. Mereka membuat minyak CBD yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya migrain, pusing, sakit telinga, dan sakit gigi.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Keuntungan dari bertanam ganja
Saat ini, Sisters of the Valley menjalankan toko yang sangat sukses yang menjual produk ganja di Etsy, dengan hasil penjualan setinggi US$ 40.000 per bulan. mereka meraup keuntungan ratusan ribu dollar AS pada tahun 2016. Keuntungan disumbangkan ke berbagai pihak dan diinvestasikan kembali dalam produk untuk pembibitan.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Umat Katholik mentolerir para 'biarawati' ini?
Lebih dari dua lusin negara bagian AS telah melegalkan beberapa bentuk ganja untuk penggunaan medis atau rileksasi, namun obat tersebut tetap ilegal di tingkat federal. Kalifornia melegalkan penggunaan ganja untuk rileksasi pada November 2016. “Sejauh ini, umat Katolik memahami apa yang sedang kami lakukan," klaim Suster Kate.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Pantang mundur
Bisnis “biarawati” ini terancam ditutup akibat rencana pelarangan pertanian ganja di wilayah Mercer, Kalifornia.Pemerintahan Donald Trump dan Jaksa Agung Jeff Sessions, pengkritik legalisasi ganja, telah jadi kekhawatiran beberapa industri ganja yang baru dilegalkan di negara ini. Tapi "biarawati gulma" itu mengatakan bahwa pemerintahan baru tak kendurkan tekad mereka.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Produk lainnya
Tak hanya minyak, tonik dan salep, ada pula produk lain ynag diproduksi para 'Sistes of the valley' ini. Sabun ini juga terbuat dari bahan mariyuana. Namanya: Sabun Kudus.
(Ed:Purwaningsih/Farid)
Foto: Reuters/L. Nicholson
13 foto1 | 13
Keluarga menceritakan, dari kondisi lumpuh, kehilangan kemampuan melihat hingga banyak luka dan kesakitan, keadaan Yeni mulai tampak mengalami kemajuan sejak menjalani pengobatan dengan ekstrak ganja.
Badan Narkotika Nasional BNN Sanggau menangkap Fidelis pada tanggal 19 Februari 2017. Sekitar sebulan setelah ditangkap dan tak lagi bisa merawat, istrinya pun meninggal dunia.
ap/rzn(kompas/tribunpontianak)
10 Keajaiban Medis Mariyuana
Ganja bila disalahgunakan bisa merusak kesehatan. Tapi dalam dosis yang tepat, tumbuhan yang satu ini bisa menyelamatkan nyawa manusia dari berbagai jenis penyakit. Berikut manfaat ganja yang telah dibuktikan oleh sains
Foto: Novartis Vaccine
Mencegah Serangan Epilepsi
Tahun 2013 lalu peneliti Virginia Commonwealth University menemukan senyawa dalam mariyuana bisa mencegah serangan Epilepsi. Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, itu menyebut senyawa Cannabinoids bekerja dengan mengikat sel otak yang bertanggungjawab mengatur rangsangan dan rasa tenang pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Meringankan Glaukoma
Sejak lebih dari sepuluh tahun silam National Eye Institute di Amerika Serikat telah menyarankan penggunaan ganja untuk mengurangi gejala Glaukoma. Penyakit ini memicu pembesaran bola mata yang kemudian menekan saraf mata dan menyebabkan gangguan penglihatan. Mengkonsumsi ganja dengan menghisapnya, menurut NEI, dapat meringankan tekanan pada saraf mata.
Foto: picture-alliance/dpa/Leukert
Memerangi Alzheimer
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Alzheimer’s Disease mengungkap, dosis kecil Tetrahydrocannabinol, senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan mariyuana, dapat memperlambat pembentukan plak amiloid yang membunuh sel otak dan bertanggungjawab atas penyakit Alzheimer. Selama eksperimen peneliti menggunakan minyak cannabis.
Foto: Colourbox
Membunuh Kanker
Pemerintah Amerika 2015 silam akhirnya mengakui khasiat Mariyuana memerangi penyakit Kanker. Sebelumnya sebuah studi yang dipublikasikan di situs pemerintah cancer.org mengungkap senyawa Cannabinoids mampu membunuh sel Kanker dan memblokir sejumlah pembuluh darah yang dibutuhkan Tumor untuk tumbuh. Cannabinoids antara lain efektif mengobati penyakit kanker usus, kanker payudara dan kanker hati
Foto: Imago/Science Photo Library
Redam Efek Kemoterapi
Berbagai studi mengungkap ganja sangat efektif meredakan dampak samping kemoterapi, yakni rasa mual, muntah dan hilang nafsu makan. Badan Pengawas Obat AS, FDA, sejak beberapa tahun telah mengizinkan terapi obat-obatan berbasis Cannabinoid untuk pasien kanker yang menjalani Kemoterapi.
Foto: Frederic J. Brown/AFP/Getty Images
Meredakan Penyakit Autoimun
Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh manusia membunuh sel-sel sehat ketibang memerangi penyakit. Hasilnya organ tubuh sering diserang radang. Tahun 2014 silam peneliti dari University of South Carolina menemukan senyawa THC di dalam ganja mampu mengubah molekul dalam DNA yang bertanggungjawab mempercepat proses peradangan. Sejak saat itu Cannabis digunakan untuk merawat pasien Autoimun.
Foto: bzga
Melindungi Otak
Peneliti dari University of Nottingham berhasil membuktikan bahwa ganja mampu melindungi otak dari kerusakan yang disebabkan serangan stroke. Studi tersebut menyebut ganja membatasi area di dalam otak yang terkena dampak stroke. Kendati belum diuji klinis, temuan tersebut memperkuat teori lain bahwa mariyuana juga mampu meminimalisir kerusakan akibat trauma atau geger otak.
Foto: Colourbox
Menghambat Sklerosis Ganda
Sklerosis Ganda adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang merusak lapisan lemak pelindung saraf manusia. Akibatnya saraf mengeras dan menyebabkan kejang-kejang yang memicu rasa sakit luar biasa. Sebuah studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal tahun lalu menyebut Cannabis dapat meringankan gejala kejang pada pasien Sklerosis Ganda.
Foto: picture-alliance/dpa
Meringankan Rasa Sakit
Sebagian penderita Diabetes mengalami kerusakan saraf di bagian kaki dan tangan. Gejalanya adalah rasa terbakar di bagian tubuh tersebut. Belum lama ini peneliti University of California menemukan Cannabis efektif meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Namun hingga kini Badan Pengawasan Obat AS, FDA, belum memberikan lampu hijau buat terapi ganja untuk pasien Diabetes
Meringankan Efek Samping Hepatitis C
Serupa obat Kanker, terapi obat buat meredam Hepatitis C picu efek samping seperti lelah, mual, otot pegal, kehilangan nafsu makan dan depresi. Namun studi yang diterbitkan di European Journal of Gastroenterology and Hepatology, mengungkap lebih dari 86% pasien mampu menuntaskan terapi Hepatitis C dengan mengkonsumsi ganja. Cannabis diyakini mampu meredam efek samping terapi Hepatitis C