Penanaman Opium Meningkat di Afghanistan
22 November 2012Afghanistan tetap menjadi negara produsen opium terbesar di dunia. Negara itu sudah lama menjadi pemasok sekitar 90% opium yang beredar di dunia, kata kepala kantor PBB yang mengurus pengentasan narkoba dan kriminalitas di Kabul, Jean-Luc Lemahieu.
Sekarang ada perubahan dalam jumlah yang dilaporkan, dan itu menunjukkan tren baru. Menurut keterangan PBB, petani Afghanistan sekarang menanami lebih dari 150.000 hektar tanah dengan bunga candu. Dibanding tahun lalu, itu adalah kenaikan sebesar 18%. Padahal pemerintah sudah melaksanakan program pemberantasan narkotika, yang biayanya sangat besar.
Jumlah panen yang tidak memecahkan rekor di tahun ini hanya terjadi, karena cuaca buruk. Lagipula penyebaran sejenis penyakit tanaman mencegah hasil panen berkualitas tinggi. Dari panen bunga candu tahun ini, dihasilkan 4.000 ton opium mentah. Tahun lalu, hasilnya sampai 6.000 ton. Opium mentah adalah bahan dasar yang dibutuhkan orang untuk produksi heroin.
Sumber Dana Taliban
Ladang bunga candu yang luas tetap berada di bagian Selatan Afghanistan, di provinsi Helmand dan Kandahar, di daerah kekuasaan Taliban. Bagi kaum radikal Islam, bisnis narkoba adalah sumber keuangan penting, untuk membiayai perjuangan. Di lain pihak, Afghanistan adalah negara yang harus mengimpor bahan pangan. Tetapi petani Afghanistan dapat memperoleh pemasukan hampir 10 kali lipat lebih banyak dengan menanam bunga candu daripada dengan menanam gandum. Untuk satu kilogram opium mentah, tahun ini petani dapat memperoleh uang lebih dari 150 Euro. Tetapi bisnis besar tidak melibatkan petani, melainkan penyelundup, produsen heroin dan pedagangnya.
Opium mentah terutama datang ke pasaran Eropa dan Amerika Utara lewat Iran, Tajikistan dan Rusia. Sejumlah besar hasil panen juga dijual di Afghanistan, dan jumlahnya semakin besar. Menurut perkiraan PBB, di Afghanistan sedikitnya ada satu juta orang yang kecanduan narkotika.
Kesadaran Warga Masih Kurang
Waheeda termasuk di antaranya, dan sudah sejak beberapa tahun lalu. Ia menjadi ibu dari beberapa anak. Pipa untuk menghisap opium pertama kali ia peroleh dari suaminya beberapa tahun lalu. Suaminya pun kecanduan narkotika. Waheeda bercerita, "Kata suami saya, setelah menghisap ini saya akan merasa lebih senang. Ternyata ia benar. Saya juga mengkonsumsi opium ketika hamil dengan anak perempuan saya. Ketika ia lahir, keadaannya tidak baik."
Ia bercerita lebih lanjut, "Lalu saya memberikan dia opium, dan keadaannya membaik. Sekarang saya tahu, ia juga tergantung pada opium, seperti halnya saya.“ Anak perempuan itu cacat mental. Ibunya, Waheeda, kini berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pada opium. Tetapi di Afghanistan tidak banyak program bimbingan bagi warga yang kecanduan.