1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penarikan Pasukan Inggris dari Irak

22 Februari 2007

Inggris menarik diri dari Irak ketika negara itu dilanda perang saudara. Keputusan ini menyulitkan posisi Amerika Serikat.

Tentara Inggris di Basra
Tentara Inggris di BasraFoto: AP

Mengenai rencana Perdana Menteri Tony Blair menarik sebagian pasukan yang ditempatkan di Irak, harian Inggris Daily Telegraph berkomentar:

“Reaksi pertama yang muncul setelah pengumuman rencana penarikan pasukan tentu rasa lega. Kegagalan koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengerahkan cukup banyak pasukan untuk menenangkan Irak telah menempatkan pasukan Inggris pada situasi yang sulit. Hampir tidak mungkin melawan kelompok-kelompok milisi yang didukung oleh Iran. Sulit menghadapi kelompok-kelompok etnis yang saling berperang dan menghadapi kriminalitas. Tapi apa yang akan terjadi, jika tentara Irak sendiri tidak mampu, lalu pecah perang saudara? Jadwal penarikan pasukan mungkin jadi saat-saat yang sangat berbahaya. Kelegaan, bahwa para pemuda kita segera pulang, diredam oleh kekhawatiran ini. Dan oleh ketidaktentuan tentang masa depan kawasan selatan Irak.“

Harian Inggris lainnya, Guardian menulis:

“Inggris merencanakan penarikan pasukan tanpa membangun demokrasi yang stabil. Inggris pulang tanpa memperbaiki struktur politik yang rapuh dan memperkuat polisi serta tentara Irak agar dapat memikul beban berat yang ada di pundak mereka. Sang Perdana Menteri benar saat mengatakan, bahwa bab berikutnya di Basra dan dalam sejarah Irak selanjutnya harus ditulis oleh warga Irak sendiri. Dengan demikian ini menjadi tanggung jawab mereka. Namun hal ini jangan sampai menghilangkan tanggung jawab Inggris menutup babnya sendiri.”

Harian Perancis Le Figaro menilai:

“Dengan bersenjata dan penuh keyakinan sebagai penyelamat, Perdana Menteri Inggris Tony Blair, sebagaimana Presiden AS George W Bush, bermaksud mengajak Irak dan Timur Tengah agar menganut demokrasi Barat. Empat tahun setelah petualangan di Irak, ia harus menarik diri dari sebuah negara yang tengah dilanda perang saudara. Upaya pembangunan tidak menunjukkan kemajuan, dan Iran kelihatannya akan menarik keuntungan dari kekososgan yang ditinggalkan militer Inggris.“

Harian Austria die Presse berpendapat, situasi di Irak sebenarnya belum bisa membenarkan penarikan pasukan. Selanjutnya harian ini menulis:

„Mundurnya Inggris dari kawasan Syiah di sekitar Basra pertama-tama akan memperkuat pengaruh Iran. Kedua akan mempersulit polisi dan militer Irak berhadapan dengan brigade pembunuh yang sering berasal dari kalangannya sendiri. Ketiga, pengalaman kelompok-kelompok radikal yang merasa berhasil memukul mundur kekuatan pendudukan kedua terbesar, tidak akan membuat posisi tentara Amerika Serikat makin aman, melainkan malah makin sulit.“

Harian Swiss Basler Zeitung berkomentar:

„Dengan langkah mundur, seorang panglima perang tidak akan mendapat tempat termasyur dalam sejarah. Blair setidaknya masih ingin dilihat sebagai figur terhormat dalam pelajaran sejarah. Langkah balik ini juga memperlihatkan, Presiden AS sekarang tinggal sendirian dalam penilaiannya tentang situasi di Irak.