Penarikan Pasukan, Langkah Pragmatis Obama
24 Juni 2011Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar:
“Dengan keputusan ini Barack Obama berharap untuk bisa melemahkan lawannya ketika ia memulai pertarungan untuk kembali dipilih menjadi presiden. Perang di Afghanistan telah merengut lebih dari 1500 nyawa prajurit Amerika dan semakin tidak disukai oleh rakyat. Sebenarnya ini adalah perang George W. Bush, tetapi dengan keputusan untuk memperkuat pasukan di tahun 2009, ini juga menjadi perangnya Obama. Persepsi ini harus dilawan. Dengan dibunuhnya Osama bin Laden memang Obama berhasil melawan sebagian dari kesan tersebut, tetapi dalam pidatonya Obama tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menentukan mengenai masa depan Afghanistan. Tidak ada jawaban mengenai dialog dengan Taliban dan tidak ada jawaban apa pun mengenai kemampuan militer Afghanistan untuk mengendalikan situasi disana.“
Mengenai tema yang sama, koran liberal kiri Inggris Independent menulis:
“Perubahan sikap terkait dengan masalah Afghanistan ini pasti akan berlangsung sampai melewati tahun 2012. Orang Amerika tidak mau lagi perang berkepanjangan di luar negeri. Bukan hanya kaum demokrat, tetapi sebagian besar di kubu republik juga sebenarnya menginginkan pasukan AS ditarik lebih cepat daripada yang diumumkan oleh Presiden Barack Obama. Sekarang ini hampir tidak bisa lagi dirasakan semangat neo-konservatif, yang dulu membawa Amerika ke perang Irak. Apakah ini berarti kembalinya prinsip isolasi, seperti yang dikatakan kritikus? Mungkin. Yang jelas, suasana ini akan tinggal lebih lama daripada sebuah periode jabatan. Karena itu pidato Obama bukanlah cuma sebuah koreksi langkah, melainkan sebuah perubahan arah.“
Pengumuman penarikan pasukan AS oleh Obama juga menjadi sorotan koran Swiss Neue Zürcher Zeitung. Harian yang terbit di Jenewa ini berkomentar:
“Etape besar pertama penarikan pasukan direncanakan selesai bulan September 2012. Dari segi militer sebenarnya langkah ini tidak begitu masuk akal, karena unit-unit yang bersangkutan akan harus meninggalkan posisinya di tengah-tengah apa yang disebut musim pertempuran. Sebaliknya, secara politis timing ini ideal sekali, karena Obama akan dapat merayakan kembalinya prajurit-prajurit AS beberapa minggu sebelum masa pemilihan presiden. Sudah dari sekarang terlihat bahwa sang presiden ingin sekali mengumumkan misi Afghanistan sebagai sebuah keberhasilan terserah apa yang terjadi. “Cahaya perdamaian yang pasti sudah bisa dilihat di kejauhan,“ ucap Obama Rabu malam. Tetapi impian tetaplah impian, walaupun dikemas dalam kata-kata cantik. Dan hal ini nantinya bisa kembali menghantui Amerika Serikat.“
Sementara itu mengenai rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan, harian konservatif Norwegia Aftenposten yang terbit di Oslo menulis:
“Bulan depan akan dimulai penarikan pasukan dari Afghanistan. Sebelum tahun baru diharapkan 10.000 prajurit sudah kembali ke rumah. Dengan demikian Presiden Barack Obama berjanji untuk memulai penarikan pasukan bulan Juli tahun ini. Rencana Obama bagi Afghanistan merupakan sebuah kompromi dari berbagai keinginan militer dan desakan dari rakyat AS yang semakin tidak sabar. Sekali lagi Obama memilih jalan keluar yang pragmatis dan secara strategis seimbang, sehingga bisa didukung oleh sebanyak mungkin pihak.
Anggatira/dpa
Editor: Pasuhuk