1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300709 Irak BG Abzug

30 Juli 2009

Jumat (31/07), berakhirlah misi tentara Inggris di Irak. Persoalan apa yang tetap harus dihadapi warga?

Tentara Inggris di Basra, Irak.Foto: picture-alliance / dpa

Kota Basra kini kembali berada di tangan pemerintah Irak. Situasi di kota kedua terbesar Irak itu relatif tenang, kata para pengamat. Tentara Irak mengawasi jalan-jalan di wilayah selatan negeri tersebut. Sebagian besar tentara Inggris telah meninggalkan Irak, lama sebelum tanggal penarikan resmi, Jumat 31 Juli.

Tapi masih ada 400 tentara dan perwira Inggris di Basra, kata Abdulmunaam Al Dirawy, pemimpin redaksi surat kabar liberal "Shat Al Arab“. Secara resmi mereka bertugas melatih tentara baru Irak, terutama untuk angkatan laut.

Mengenai hubungan antara warga dengan tentara Inggris, Al Dirawy mengatakan, "Inggris punya pengalaman dalam bergaul dengan rakyat Irak. Dari sejarah ratusan tahun lalu, Inggris tahu bagaimana menarik simpati rakyat Irak."

Begitulah adanya. Keluhan warga setempat tentang sikap tentara Inggris, jarang terdengar. Walaupun banyak di antara mereka yang menolak penempatan tentara asing secara umum .

Tentara Inggris menghormati mentalitas masyarakat muslim yang relatif terbuka di Basra. Salah satu indikasi hidup berdampingan yang kooperatif dengan warga setempat adalah perilaku berlalulintas.

Tentara Inggris mematuhi peraturan, bahkan menghentikan kendaraan saat lampu lalu lintas berubah merah. Di jalan yang padat atau macet, mereka tak memanfatkan statusnya untuk minta jalan lebih dulu.

Sangat berbeda dengan perilaku tentara Amerika di wilayah lain Irak, kata pengamat. Warga harus menjaga jarak 100 meter dari kendaraan mereka, atau bisa ditembak. Karena itu banyak penduduk Basra kuatir ketika mendengar bahwa tentara AS untuk sementara akan menggantikan posisi Inggris.

Secara umum penduduk Basra menilai positif penempatan tentara Inggris. Mereka sangat sedikit campur tangan dalam urusan politik. Mereka juga mengatur pembicaraan meja bundar dengan semua kelompok yang relevan di Basra, serta membangun banyak tempat olahraga dan taman bermain untuk anak di pemukiman miskin kota itu.

Toh bukan masalah militer yang menjadi kekuatiran utama warga Basra. Karena tentara AS pun akan meninggalkan kota itu, juga seluruh Irak. Penarikan dijadwalkan sampai akhir 2011.

Namun persoalan keseharian yang harus dihadapi warga tetap sama, dengan atau tanpa tentara asing. Rakyat menderita akibat keterbatasan listrik dan air bersih. Sesuatu yang tentara Inggris pun tak bisa mengubahnya.

Tahun ini, persoalan air makin parah, kata jurnalis dari Basra, Al Dirwary. "Permukaan air sungai Shat Al Arab kini begitu rendahnya sehingga air laut mengaliri pinggiran sungai. Airnya sekarang makin asin, menunjukkan besarnya persoalan yang dihadapi penduduk.“

Merosotnya permukaan air Shat Al Arab dikarenakan banyaknya bendungan yang dibangun Turki dan Suriah di sungai Eufrat dan Tigris. Volume air yang mengaliri dua sungai terpenting di Irak itu sangat kecil. Iran juga membendung sungai-sungai kecil yang mengaliri Shat Al Arab. Hasilnya, banyak kawasan pertanian yang kering.

Persediaan air adalah tantangan terbesar kota Basra dan penduduknya setelah tentara asing angkat kaki.


Hasan Hussain/ Renata Permadi

Editor: Ging Ginanjar



Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait