Pencarian Lion Air Berlanjut, Area Penyisiran Diperluas
30 Oktober 2018
Tim SAR yang terdiri dari Basarnas, TNI/Polri dan relawan kembali mencari serpihan dan korban pesawat Lion Air JT610 yang jatuh pada Senin (29/10). Area pencarian diperluas hingga ke pesisir Indramayu, Jawa Barat.
Iklan
Selain menggunakan kapal berteknologi canggih, tim juga mencari puing dan korban pesawat Lion Air dengan menggunakan perahu kecil karena pesisir pantai utara Jawa adalah laut dangkal.
"Mengingat kuatnya arus air laut yang bergerak dari arah barat ke arah timur yang diperkirakan membuat puing bergeser hingga perairan Indramayu," kata Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah, Selasa (30/10).
"Jadi kita mengoptimalkan tim dengan perahu kecil. Kami membantu posko utama untuk melakukan penyisiran di perairan Karawang hingga Indramayu," sambungnya.
Ada 854 personel gabungan dari Basarnas, TNI/Polri dan sukarelawan masyarakat yang dikerahkan dari Posko Pantai Tanjungpakis. Proses pencarian menggunakan 24 perahu karet dan 3 sea rider milik Polairud.
Sementara itu tim berhasil mengumpulkan lebih banyak lagi kantong jenazah baik yang berisi puing pesawat Boeing-737 MAX maupun potongan tubuh korban.
Sejauh ini sudah ada 26 kantong jenazah yang berhasil dikumpulkan tim SAR di demaga JITC 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dari keseluruhan kantong tersebut 14 diantaranya berisi puing-puing Lion Air termasuk barang-barang penumpang seperti pakaian dan dompet sedangkan 10 kantong berisi potongan tubuh korban. Sementara dua lainnya masih berada dalam perjalanan untuk sampai ke dermaga.
"Semua yang ada di permukaan air telah dikumpulkan. Sudah kita collect semua ada disini dan 10 kantong itu sejak tadi malam sudah kita serahkan kepada Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi,"" kata Kepala Basarnas Masdya M Syaugi, Selasa.
Beberapa keluarga korban mulai menyerahkan sampel DNA mereka guna kepentingan identifikasi lebih lanjut oleh tim Disaster Victim identification (DVI) dari kepolisian.
Pemeriksaan DNA ini penting guna mempermudah proses identifikasi mengingat korban banyak yang berada dalam kondisi tidak utuh.
"Bisa dilihat dari pakaian, atau ciri-ciri lain ada tato atau luka itu dan material sepatu, pakaian, anting, jam dan sebagainya itu kegiatan antemortem. Dan untuk DNA ini kita buka juga. Sampai pagi ini untuk antemortem sudah ada 151 keluarga," Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto.
Komite Keselamatan Nasional Transportasi (KNKT) mengatakan ada 178 penumpang dewasa, satu orang anak, dua bayi, dua pilot dan enam orang kru kabin pada penerbangan tersebut.
Pesawat baru
Pesawat Lion Air JT 610 merupakan pesawat Boeing 737 Max 8 yang baru dioperasikan pada Agustus 2018. Pesawat dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang itu lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (29/10) pukul 06.20 WIB.
Tragedi Pesawat Lion Air
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh ke laut setelah lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Pangkalpinang. Pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi (29/10).
Foto: picture-alliance/E. Thompson
Menanti kabar
Anggota keluarga penumpang pesawat Lion Air sambil berdoa menunggu kabar nasib sanak saudaranya dengan penuh kekhawatiran. Foto diambil di bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Senin pagi (29/10). Pesawat mengangkut 188 orang, termasuk 1 anak-anak, 2 bayi dan 7 orang awak pesawat.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Sutrisno
Benda-benda yang ditemukan di laut
Ketua Basarnas M. Syaugi menyatakan Senin, "Ada puing-puing pesawat, pelampung, HP, dan ada beberapa potongan tubuh," yang ditemukan. Selain itu juga ditemukan sejumlah benda yang diduga milik penumpang pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang. Antara lain tas, dompet dengan uang dan kartu tanda pengenal dan unit ponsel.
Foto: picture-alliance/dpa/BNPB
Lokasi jatuhnya pesawat
Kedalaman air di lokasi jatuhnya Lion Air sekitar 30-35 meter. Sejauh ini badan pesawat belum ditemukan. Ketika ditanya jumlah anggota tim yang dikerahkan untuk mencari pesawat, Deputi Operasi Basarnas Nugroho Budi W mengatakan: "Sampai saat ini 350 orang tapi nanti ditambah lagi untuk mempercepat evakuasi. Nelayan juga banyak yang mau bergabung.
Foto: picture-alliance/dpa/Z.Kaixin
Penyebab jatuhnya pesawat masih tanda tanya
Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 9 tersebut diketahui sempat mengalami masalah teknis pada penerbangan sebelumnya. Sebelum hilang kontak, pilot pesawat sempat meminta izin return to base (RTB) ke petugas pengawas Bandara Soekarno-Hatta. Demikian keterangan Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang Danang Priandoko, seperti dilaporkan kompas.com. Foto arsip: Pesawat Thai Lion Air, Boeing 737 MAX 9. (hp/ml)
Foto: picture-alliance/E. Thompson
4 foto1 | 4
Pesawat tersebut malam sebelumnya sempat mengalami masalah teknis sebelum penerbangan dari Denpasar menuju Jakarta. Pihak Lion Air melalui konferensi pers pada Senin menyatakan persoalan ini sudah diatasi, namun penyebab insiden jatuh di pagi harinya masih jadi misteri.
"Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis dan masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat," ujar Presiden Direktur Lion Air Edward Sirait dalam konferensi pers.
Edward mengatakan kondisi pesawat dari Denpasar ke Jakarta dinyatakan layak terbang. "Malam itu langsung dilakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai petunjuk pabrik pesawat," tutur Edward.
Beberapa salinan mengenai data teknis pesawat tersebut pun beredar di internet namun perusahaan menolak berkomentar terkait hal ini.
Sementara itu data dari Flightradar24 menunjukkan tanda pertama terdapatnya sesuatu yang salah pada penerbangan Senin itu dapat dilihat sekitar dua menit setelah pesawat lepas landas pada ketinggian mencapai 2.000 kaki.
Pada titik itu, pesawat turun lebih dari 500 kaki dan berbelok ke kiri sebelum mendaki lagi hingga 5.000 kaki, dan tetap pada ketinggian tersebut selama penerbangan.
Kecepatan pesawat mulai meningkat di saat-saat terakhir dan mencapai 345 knot (397 mph) sebelum data hilang ketika berada di 3,650 kaki.
"Pesawat berjalan lebih cepat dari yang biasanya Anda harapkan," kata seorang sumber yang bekerja sebagai pilot di maskapai lain kepada Reuters.
Dua nelayan yang melihat jatuhnya pesawat itu di laut mengatakan bahwa pesawat itu bergoyang sedikit tetapi tidak ada suara keras ketika pesawat mulai menukik turun. Namun pada saat hidung pesawat menyentuh laut, terdengar suara ledakan dan ada asap.
ae/hp (Detiknews, AFP, AP, Reuters)
Maskapai Indonesia Terburuk di Dunia
Sembilan dari sepuluh maskapai penerbangan dengan rekam jejak paling buruk di dunia berasal dari Indonesia. Daftar muram ini disusun situs penerbangan Airlineratings.com. Berikut sepuluh maskapai yang patut dihindari
Foto: Reuters
Rapor Merah Maskapai Indonesia
Sebanyak 10 maskapai didaulat sebagai yang paling buruk di dunia tahun 2016. Celakanya sembilan di antaranya berasal dari Indonesia. Daftar yang dirilis situs Airlineratings.com itu terutama menyoroti aspek perawatan pesawat, kesadaran keamanan dan manajemen penerbangan yang dinilai berisiko. Sepuluh yang masuk dalam daftar cuma mendapat angka satu atau bahkan nol dari lembaga rating tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/F.Lisnawati
Blue Wing Airlines, Suriname
Maskapai asal Suriname ini beroperasi sejak 2002. Sebenarnya tahun 2007 Blue Wing Airlines sempat dicoret dari daftar hitam penerbangan Uni Eropa. Tapi maskapai yang awalnya cuma bermodalkan pesawat kecil seperti Cessna atau DHC Twin Otter itu kembali mendapat larangan terbang di Eropa tahun 2010. Airline Ratings mencatat Blue Wing sebagai maskapai terburuk selama dua tahun berturut-turut
Foto: Imago/Star-Media
Batik Air, Indonesia
Batik Air didirikan oleh Lion Air 2013 silam buat melayani rute penerbangan ke kota kecil, semisal Bandung, Kupang atau Bengkulu. November 2015 silam salah satu pesawat Batik Air tergelincir di bandara Adisucipto, Yogyakarta. Insiden tersebut adalah satu-satunya kecelakaan yang dicatat oleh maskapai berusia muda ini. Batik Air juga masuk dalam daftar larangan terbang versi Uni Eropa.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Lion Air, Indonesia
Maskapai raksasa milik Rusdi Kirana ini berambisi merajai langit Asia. Untuk itu Lion Air memesan ratusan pesawat termutakhir dari Boeing dan Airbus. Lion sempat masuk dalam daftar hitam Uni Eropa. Namun kemudian pertengahan tahun 2016 dicabut dari daftar tersebut. Maskapai ini pun sempat berada di posisi buncit dalam daftar lansiran Airlineratings.com.
Foto: Reuters
Citilink, Indonesia
Citilink yang beroperasi sejak tahun 2012 adalah upaya Garuda Indonesia untuk mengimbangi arus penerbangan murah yang sedang menggeliat di tanah air. Saat ini Citilnk telah memesan puluhan pesawat A320 teranyar dari Airbus. Namun maskapai asal Surabaya ini tetap masuk dalam daftar hitam Uni Eropa dan diplot sebagai salah satu maskapai paling buruk di dunia oleh Airlineratings.com
Foto: Reuters
Kalstar Aviation, Indonesia
Maskapai yang didirikan oleh sebuah agen perjalanan bernama sama di Samarinda ini beroperasi sejak 2008. Saat ini Kalstar Aviation mengusung armada mini yang kebanyakan jenis pesawat berbaling-baling ATR buatan Perancis. Pesawat Kalstar pernah tercatat tergelincir di Kupang baru-baru ini.
Foto: Getty Images/A. Berry
Sriwijaya Air, Indonesia
Beberapa insiden minor tercatat dalam sejarah Sriwijaya Air yang baru seumur jagung. Didirikan oleh keluarga Lie, maskapai ini pernah tergelincir 2008 lalu di Bandar Udara Sultan Thaha dan menabrak tiga orang. Insiden diakibatkan kerusakan pada sistem hidraulik rem. Sebanyak 13 orang mengalami luka-luka. Serupa dengan maskapai lain dalam daftar, Sriwijaya Air juga dilarang terbang di Eropa
Foto: ADEK BERRY/AFP/Getty Images
Trigana Air Service, Indonesia
Nama Trigana Air Service mencuat sejak kecelakaan di Oksibil, Papua, yang menewaskan 56 penumpang. Sejak saat itu nama maskapai milik konglomerat Rubijanto Adisarwono ini masuk dalam daftar hitam Eropa. Trigana berarmadakan sejumlah pesawat baling-baling ATR dan Boeing 737-200.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Wings Air, Indonesia
Wings Abadi Airlines adalah maskapai lain yang dimiliki sepenuhnya oleh grup Lion Air. Serupa dengan Batik Air, maskapai yang beroperasi sejak 2003 ini lebih banyak melayani rute penerbangan ke kota-kota kecil. Wings Air masih tercatat dalam daftar larangan masuk Uni Eropa.
Foto: Flickr/Anton Muhajir
Xpress Air, Indonesia
Didirikan tahun 2003, Xpress Air awalnya cuma melayani rute penerbangan di timur Indonesia. Sejak 2007 maskapai ini masuk dalam daftar larangan terbang Uni Eropa. Xpress Air berarmadakan 12 pesawat yang sebagian besar tipe Boeing 737.
TransNusa Air Service
Beroperasi sejak 2005, maskapai milik pengusaha muda Juvenile Jodjana ini awalnya harus meminjam pesawa milik Pelita Air dan Trigana Air. Trans Nusa yang bermarkas di Kupang lalu banyak mengoperasikan pesawat baling-baling ATR untuk melayani rute di timur Indonesia.