1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pencemaran di Teluk Meksiko

3 Mei 2010

Upaya untuk menutup kebocoran sumur minyak akibat ambruknya anjungan belum berhasil. Minyak mentah terus mengalir, mencemari perairan Teluk Meksiko. Obama nyatakan pencemaran minyak sebagai bencana nasional.

Flash-Galerie USA Ölkatastrophe Golf von Mexiko
Foto: AP

Hampir 800 000 liter minyak per hari diperkirakan terus mengalir dari anjungan Horizon Deepwater, mencemari Teluk Meksiko. Kawasan pantai selatan Amerika Serikat terancam bencana ekologi dan ekonomi. Pencemaran minyak di kawasan ini mengancam industri perikanan, parawisata dan pelabuhan.

Foto: picture-alliance/dpa

Barikade yang dipasang untuk menahan aliran minyak ke kawasan pantai dianggap tidak berguna. Angin yang kencang serta tingginya gelombang laut mendorong barikade ini menuju pantai Louisiana. Sementara itu, belum ditemukan satu solusi untuk menutup kebocoran di kedalam 1500 meter di bawah laut.

Foto: AP

Flora dan Fauna kini benar-benar terancam, setelah dalam beberapa hari saja minyak telah mencapai pantai Louisiana.

Foto: AP

Dianatara korban pencemaran minyak salah satunya adalah kura-kura laut. Ahli biologi kelautan telah menemukan beberapa spesies kura-kura laut yang dilindungi di pantai dekat Saint Louis Bay.

Foto: AP

Petugas penyelamat di Fort Jackson berusaha membersihkan minyak yang menempel di tubuh seekor burung. Di wilayah pantai yang terancam pencemaran, para petugas menembakkan kembang api untuk mengusir burung-burung yang berada di sana.

Foto: AP

Dalam kunjungannya ke wilayah pantai di negara bagian Louisiana, Minggu 2 Mei, Presiden Obama mengatakan, "Satu bencana lingkungan yang luar biasa.“ Ia pun menjanjikan bantuan bagi penduduk di sana. Pada saat yang sama, Obama juga melayangkan kritik yang pedas terhadap perusahaan minyak British Petroleum, yang pada awalnya telah meremehkan kecelakaan ini.

Foto: AP

Sementara Presiden Obama menjanjikan adanya bantuan, penduduk di kawasan yang tercemar menunggu situasi akan membaik. Hari Senin (03/05), hamparan minyak telah mencapai panjang lebih dari 200 kilometer serta lebar sekitar 110 kilometer.

Foto: AP

British Petroleum menawarkan kepada para nelayan yang kehilangan pekerjaan akibat bencana ini untuk bekerja membantu membersihkan pantai yang tercemar. BP telah menyepakati akan menanggung seluruh biaya pembersihan lapisan minyak di Teluk Meksiko.

Foto: AP

Ribuan meter kantong terapung dibentangkan di permukaan laut untuk mencegah mengalirnya minyak ke wilayah pantai. Usaha ini tampaknya tidak membuahkan hasil. Sampai sekarang, lapisan minyak terus menyebar.

Foto: AP

Kapal-kapal nelayan tampak tertambat di pelabuahn. Sejak hari Minggu, 2 Mei, dikeluarkan larangan menangkap ikan di perairan di empat negara bagian. Para nelayan di kawasan ini menkhawatirkan kelangsungan hidup dan mata pencaharian mereka. Para pengamat memperkirakan, bahwa industri perikanan akan mengalami kerugian sebesar 2,5 milyar Dollar akibat bencana ini.

Foto: AP

Bukan hanya Louisiana saja yang terancam. Hamparan minyak juga menuju pantai empat negara bagian lainnya; Alabama, Texas, Florida dan Missisippi. Gubernur Mississippi Haley Barbour telah meminta pasukan garda nasional untuk membantu pasukan setempat dalam mencegah pencemaran.

Foto: AP

Pada tanggal 20 April terjadi ledakan di anjungan minyak milik British Petrolium di Teluk Meksiko. Dua hari setelah ledakan, anjungan minyak Deepwater Horizon ini karam. 11 orang pekerja turut tewas dalam kecelakaan ini. Pihak BP berusaha untuk menutup bocoran pipa minyak dengan menggunakan 10 robot bawah laut. Tapi upaya ini belum menunjukkan hasilnya, minyak mentah terus mengalir dari pipa yang bocor di kedalaman 1500 meter.

Foto: AP

Perusahaan minyak BP sebagai pemilik utama Deepwater Horizon telah menyatakan bertanggung jawab penuh atas pencemaran minyak di Teluk Meksiko. Seperti yang dituntut Presiden Amerika Serikat Obama, BP juga menyetujui untuk membayar ganti rugi terhadap kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana ini.

Manfred Götzke/Sabine Peschel/Yuniman Farid

Editor: Ziphora Robina

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait