1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendataan Dekarbonisasi Global Catatkan Ketimpangan Besar

Martin Kuebler
8 Desember 2023

Pendataan pertama program iklim di seluruh dunia oleh PBB mengungkap ketimpangan yang besar. Laporan tersebut mendiktekan agenda KTT Iklim COP28 di Dubai dan menyimpan ramalan muram tentang masa depan kehidupan di Bumi.

Pembangkit angin lepas pantai di Belgia
Program mitigasi iklim berupa pembangkit energi terbarukanFoto: James Arthur Gekiere/BELGA/picture alliance

Di penghujung tahun terpanas dalam sejarah pencatatan cuaca, Sekretariat Iklim PBB (UNFCC) menerbitkan pendataan pertama program dekarbonisasi di seluruh dunia. Laporan tersebut mencatat ketimpangan dan meramal skenario muram bagi umat manusia.

"Batas waktu untuk menjamin masa depan yang layak huni dan berkelanjutan bagi semua orang akan segera berakhir,” menurut laporan tersebut. "Perjanjian Paris telah mencapai kemajuan dalam aksi iklim dengan menetapkan target dan mengirimkan sinyal kepada dunia tentang pentingnya menanggapi krisis iklim. Meskipun ada kemajuan dalam tindakan ini, kini diperlukan lebih banyak tindakan di semua lini.”

Pendataan iklim global alias "global stocktake" (GST) disusun oleh para ilmuwan iklim, pejabat pemerintah dan pakar lainnya selama dua tahun terakhir. Laporan ini mencatat secara komprehensif sejauh apa tujuan Perjanjian Paris tahun 2015 untuk membatasi pemanasan global telah tercapai.

Menurut laporan tersebut, sasaran membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini menjadi semakin tidak realistis. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, terdapat 66 persen kemungkinan bahwa suhu rata-rata tahunan di dekat permukaan akan lebih tinggi dari 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri selama setidaknya satu tahun antara tahun 2023 dan 2027.

Pengelolaan Berkelanjutan bagi Akuifer Alami

04:11

This browser does not support the video element.

Kekecewaan pada rancangan pertama

Laporan ini sejatinya melandasi negosiasi antarnegara di Dubai. Namun KTT Iklim saat ini masih meributkan penggunaan istilah yang tepat, yakni apakah bahan bakar fosil harus "dihapuskan” atau hanya "dihapuskan secara bertahap”.

Rancangan naskah global stocktake yang diterbitkan pada tanggal 1 Desember lalu mencatatkan "keprihatinan” bahwa "jendela waktu” bagi negara-negara untuk mempercepat pengurangan emisi telah menyusut dengan cepat.

Namun, teks tersebut masih mengacu pada pengurangan konsumsi minyak, batu bara, dan gas sebagai sebuah "kemungkinan," bukan kewajiban. Padahal, aktivis, ilmuwan iklim dan baru-baru ini Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menegaskan bahwa penghentian total bahan bakar fosil bersifat mutlak untuk mencegah bencana iklim.

"Kita semua sekarang harus menunjukkan kemauan kuat untuk keluar dari bahan bakar fosil, terutama batu bara. Kita bisa menentukan arahnya pada konferensi iklim ini," kata Scholz pada hari Sabtu kepada para delegasi di KTT COP28.

Solusi Pembangkit Nuklir yang Aman

03:37

This browser does not support the video element.

Tantangan lebih besar di Konferensi Iklim

Pendataan emisi global disepakati dalam Perjanjian Iklim Paris pada tahun 2015 dan harus disusun setiap lima tahun sekali. Laporan ini mengkaji bagaimana negara-negara di dunia mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi terhadap dampak krisis iklim dan mengamankan sumber daya.

Inventarisasi ini diperlukan untuk menjamin akuntabilitas dan percepatan upaya iklim global, kata Stiell. "Hal ini dirancang untuk memastikan bahwa masing-masing pihak menaati kesepakatannya, mengetahui ke mana harus melangkah selanjutnya dan seberapa cepat bergerak maju untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.”

Untuk laporan ini, data terkini mengenai emisi, upaya adaptasi dan kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) serta rencana iklim nasional oleh masing-masing negara telah dikumpulkan sejak tahun 2021.

Tahap kedua mencakup evaluasi teknis dan klasifikasi data guna menganalisisnya untuk laporan pada konferensi iklim di Dubai.

rzn/hp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait