Populasi Dunia Akan Mulai Menyusut Sekitar 50 Tahun Depan
15 Juli 2020
Sebuah studi terbaru memperkirakan, pada tahun 2100 populasi dunia 2 miliar lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya. Struktur kependudukan juga akan mengubah dinamika geopolitik global.
Iklan
Populasi dunia akan meningkat dari 7,8 miliar saat ini menjadi 9,7 miliar pada tahun 2064, yang menjadi puncak populasi dunia, kata sebuah studi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington (UWA) yang baru saja dirilis hari Rabu (15/7).
Setelah tahun 2064, angka populasi dunia akan menyusut dan mencapai 8,8 miliar manusia pada 2100. Ini berarti dua miliar lebih sedikit dari perkiraan PBB. Studi kependudukan global PBB tahun 2019 memperkirakan populasi dunia bisa mencapai 10,9 miliar manusia pada tahun 2100.
Para peneliti di IHME mengatakan, model kependudukan PBB tidak memperhitungkan turunnya tingkat fertilitas di beberapa kawasan dan struktur penduduk yang makin menua, demikian juga dampak dari kebijakan pemerintahan terhadap pertumbuhan penduduk.
Populasi global menyusut
Menurut penelitian IHME yang dirilis di jurnal medis Inggris The Lancet, setelah 2064 populasi dunia tidak bertambah lagi, melainkan menyusut. Ini berbeda dari model kependudukan PBB. Para peneliti mengatakan, struktur kependudukan juga berubah drastis.
Pada tahun 2100, populasi di 23 negara akan turun sampai setengahnya dari saat ini, sedangkan di 34 negara penyusutan penduduk lebih drastis lagi, yaitu hanya tersisa 25 sampai 50 persen dari populasi saat ini.
Kebanyakan negara pada tahun 2100 tidak bisa mempertahankan pertumbuhan jumlah penduduk, kata studi IHME. Di 183 dari 195 negara, pertumbuhan penduduk terhenti dan akan mulai minus, seandainya tidak ada migrasi dari negara lain.
Perubahan geopolitik
Tren kependudukan global menurut penelitian IHME menunjukkan, populasi Cina yang saat ini sekitar 1,4 miliar, bisa turun menjadi tinggal 730 juta pada 2100, sementara populasi Afrika sub-Sahara bisa naik tiga kali lipat menjadi 3,07 miliar.
Para Imigran Yang Mengubah Wajah Dunia
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)
Foto: imago/Thomas Bielefeld
11 foto1 | 11
Fluktuasi seperti itu "dapat mengakibatkan perubahan besar dalam kekuatan ekonomi global pada akhir abad ini," tulis para peneliti dan memprediksi bahwa dunia tidak hanya akan didominasi oleh Cina dan AS saja, melainkan juga oleh India dan Nigeria, yang pada 2100 akan menjadi dua negara terpadat dunia.
Studi IHME yang dipublikasi di The Lancet juga memprediksi perubahan besar pada struktur usia. Studi itu memperkirakan bahwa " 2,37 miliar orang akan berusia lebih dari 65 tahun tahun pada tahun 2100.”
"Banyak populasi yang akan menyusut dengan cepat di Asia dan Eropa Tengah dan Timur," kata studi itu. Penurunan populasi di beberapa negara dapat diimbangi oleh kebijakan imigrasi yang liberal, yang "dapat membantu mempertahankan ukuran populasi dan pertumbuhan ekonomi", bahkan ketika tingkat fertilitas turun. Juga disimpulkan bahwa Sub-Sahara Afrika kemungkinan „akan menjadi semakin kuat di panggung geopolitik ketika populasinya meningkat."