Manusia purba Homo Erectus mengalami kepunahan dikarenakan mereka malas, tidak berupaya untuk berkembang maju. Demikian menurut para peneliti dari hasil penggalian arkeologi di Semenanjung Arab.
Iklan
Penggalian arkeologi di Semenanjung Arab telah mendorong dilakukannya satu penelitian tentang bagaimana Homo Erectus, suatu spesies manusia purba, membuat peralatan dan bagaimana mereka memanfaatkan sumber alam. Ternyata, mereka menggunakan "strategi minimal usaha” untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup ini kemudian menjadi masalah besar ketika lingkungan tempat mereka hidup berubah.
Dr. Ceri Shipton dari Australian National University mengatakan, bahwa mereka tampaknya tidak mengembangkan diri mereka sendiri. "Saya tidak mendapatkan bukti bahwa mereka adalah penjelajah yang melihat ke cakrawala. Mereka tidak memiliki rasa ingin tahu yang sama seperti yang kita miliki,” kata Dr. Shipton. Ia mengatakan, untuk membuat perkakas batu, mereka menggunakan batu apa saja yang dapat mereka temukan tergeletak di sekitar tempat tinggal mereka, yang sebagian besar berkualitas rendah dibandingkan dengan batu yang digunakan oleh manusia di peradaban setelahnya.
Dr. Shipton menambahkan, "Di situs penggalian kami melihat ada batu besar yang berkualitas, berada tidak jauh, di bukit kecil. Namun alih-alih berjalan ke bukit, mereka hanya menggunakan sembarang batu yang tergeletak di bawah bukit."
Ketika Mereka Masih Melangkah di Bumi....
Punahnya spesies kerap mengkhawatirkan kita, padahal ini bukan fenomena baru. Kematian massal sudah berkali-kali terjadi di bumi. Dan kehadiran manusia tidak membantu memperbaiki situasi...
Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution
Homo Floresiensis atau "Hobbit"
Orang yang memandang dengan serius ini ditemukan 2003 di pulau Flores, Indonesia. Tingginya tidak sampai semeter, kira-kira setinggi tokoh karya pengarang J. R. R. Tolkien, Hobbit, jadi dinamakan demikian. Hobbit kemungkinan berbeda dari manusia modern. Tetapi kedua jenis ini mendiami bumi, sampai Hobbit punah 15.000 tahun lalu. (Foto: Smithsonian’s Human Origins Program)
Foto: Smithsonian’s Human Origins Program
Brachiosaurus
Spesies ini menghilang dari bumi 150 juta tahun lalu, dan sekarang hanya tampak dalam film-film Hollywood. Sebagai salah satu spesies terbesar yang pernah hidup di bumi, hewan herbivora ini pasti punya selera makan besar dan metabolisme mengagumkan. Untuk mencapai ukuran dewasa yaitu 13 meter, hewan ini perlu sekitar 15 tahun. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Quagga
Hewan yang tampak seperti persilangan Antara zebra dan kuda ini adalah sejenis zebra. Tepatnya: spesies zebra dari Afrika Selatan. Penampilannya yang tampak seperti campuran ini tidak berkaitan dengan kepunahannya. Spesies ini banyak diburu pembuka pemukiman, dan kalah dalam perebutan makanan dengan hewan domestik. Quagga terakhir mati 1883. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Serigala Marsupialia
Apa ini serigala atau anjing? Hewan ini kerap disebut serigala Tasmania atau macan Tasmania. Sebelum punah, ia marsupialia terbesar yang carnivora. Asalnya dari Australia, dan lama bisa ditemukan di pulau Tasmania. Tetapi pemukim dan anjing-anjingnya mendesak spesies pemburu yang aktif di malam hari ini. Spesies ini punah di tahun 1930an. (Foto: American Museum of Natural History /J. Beckett)
Foto: AMNH/J. Beckett
Mamut Rambut Wol
Agar bisa menghadapi masa es, mamut rambut wol perlu kulit berambut tebal. Di Museum Smithonian yang bersuhu ideal, rambut tebal tidak diperlukan. Mamut ini, yang ukurannya hampir sama dengan mamut Afrika, punah 5.000 tahun lalu. Penyebabnya tidak asing lagi: perubahan iklim dan manusia pemburu. (Foto: Smithsonian Institution)
Foto: Courtesy of Smithsonian Institution
Trilobit Psychopyge Elegans
Mahluk yang hidup di samudra ini dulu termasuk kelompok binatang yang berhasil hidup selama 270 juta tahun. Tetapi menghilang 250 juta tahun lalu akibat kematian massal. Spesies ini sekarang 'berkarir' untuk kedua kalinya, yaitu di situs lelang untuk fosil langka. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Paraceratherium
Leluhur badak yang hidup jaman sekarang ini berukuran lebih besar sedikit dari keturunannya. Dengan berat hingga 20 ton, pemakan tumbuhan ini butuh dedaunan dalam jumlah besar dan hidup di daerah hutan di Asia Tengah. Ketika hutan-hutan menghilang, juga karena sebab lain, leluhur badak ini juga punah. Itu terjadi 23 juta tahun lalu. (Foto: AMNH/D. Finnin)
Foto: AMNH/D. Finnin
Antrodemus
Dengan foto ini, Antrodemus pasti bisa digunakan dalam film “Jurassic Park” karya Steven Spielberg. Tapi spesies yang hidup di bagian barat Amerika Serikat ini sudah punah 150 juta tahun lalu. Hewan berkaki dua ini dulu berada di posisi teratas rantai makanan. (Foto: Smithsonian Institution)
Foto: Courtesy of Smithsonian Institution
Merpati Pengembara
Ini Martha. Seekor merpati pengembara, yang diberi nama berdasarkan istri presiden AS pertama, George Washington. Martha adalah yang terakhir dari spesiesnya, dan mati 1914 di kebun binatang Cincinnati, Ohio, AS. Ia berasal dari Amerika utara, tetapi menghilang dari kawasan itu ketika manusia mulai menebangi hutan dan memburunya untuk dimakan. (Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution)
Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution
9 foto1 | 9
Dari penelitian ditemukan tidak pernah ada satupun aktivitas manusia dilakukan di atas bukit tersebut. Kala itu, para manusia purba mengetahui ada sesuatu yang bisa mereka manfaatkan dan berada di atas bukit. Namun mereka lebih memilih sumber daya seadanya, yang bagi mereka lebih mudah untuk ditemukan. Dikatakan peneliti, "Mereka tampaknya berpikir: mengapa harus repot-repot?" Sikap itulah yang tampaknya telah membinasakan spesies manusia purba ini.
Homo Sapiens kuno akan mendaki gunung jauh ke atas untuk menemukan batu berkualitas baik dan kemudian mengangkutnya pulang.
"Sampel sedimen menunjukkan lingkungan di sekitar mereka berubah, tetapi mereka melakukan hal yang sama dengan peralatan mereka," kata Dr. Shipton. Berbeda dengan spesies yang lebih maju, Homo Erectus cenderung menggunakan alat "generik" tunggal untuk hampir semua pekerjaan.
Tidak ada perkembangan sama sekali, dan peralatan mereka tidak pernah jauh berada dari aliran sungai yang sekarang kering ini. "Saya pikir pada akhirnya lingkungan di sekitar menjadi terlalu kering bagi mereka," ditambahkan Dr. Shipton.
Dr Shipton mengatakan, punahnya Homo Erectus disebabkan karena mereka tidak memilki kemampuan untuk merencanakan masa depan. "Mereka hanya merencanakan untuk beberapa jam ke depan, atau mungkin untuk hari berikutnya. Sedangkan Homo Sapiens dan Neanderthal merencanakan lebih jauh ke depan, seperti rencana migrasi musiman."
Pekerjaan penggalian ini dilakukan pada tahun 2014 di Saffaqah dekat Dawadmi, Arab Saudi. Dan hasil penelitian ini dipublikasikan di PLOS One.
Praktik Kanibalisme Manusia Purba Neanderthal
Penemuan tulang belulang di Gua Guyet, Belgia memperkuat bukti terjadinya praktik kanibalisme oleh manusia purba Neanderthal di Eropa.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tak hanya kuda dan rusa
Manusia purba Neanderthal dikenal sebagai penyantap daging kuda dan rusa. Tapi jauh di pelosok gua Goyet di Belgia, ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan kerabat evolusi terdekat manusia modern itu juga memakan spesiesnya sendiri.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tulang dan gigi
Peneliti Christian Casseyas menunjukkan penemuan 96 tulang dan tiga gigi di gua Goyet yang memberi perspektif baru mengenai sub speises manusia berbeda yang ditengarai hidup 600 ribu hingga 300 ribu tahun lalu tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Punah 40 ribu tahun lalu
Neanderthal diduga punah sekitar 40.000 tahun lalu. Manusia gua ini kalah bersaing dengan Homo sapiens. Meski demikian, Neanderthal juga dikenal sebagai spesies yang cerdas dan telah mengenal cara-cara mengurus jenazah dan ritual penguburan. Tapi ada semakin banyak bukti bahwa mereka juga memakan jenazah sesama.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Finlayson
Pionir penelitian
Edouard Dupont, salah satu bapak paleontologi yang meninggal dunia pada tahun 1911, membuat koleksi tulang dan alat-alat dari beberapa gua yang diteliti, termasuk dari situs penelitian Gua Goyet yang ditemukan pada tahun 1867. Koleksi temuan ini disimpan lebih dari seratus tahun di Brussels Institute of Natural Sciences.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Kalker
Memperluas studi
Baru pada tahun 2004, direktur institut tersebut, Patrick Semal dan para ilmuwan lainnya memilah-milah lagi fragmen yang dikumpulkan Dupont dari Gua Goyet. Tim ilmuwan meyakini bahwa tulang tersebut bukan berasal dari hewan purba melainkan milik Neanderthal
Foto: picture-alliance/dpa
Bukti kanibalisme
Antropolog Helene Rougier dari California State University, Northridge dan rekan-rekannya yang meneliti tulang dari Goyet, melakukan riset untuk membuktikan bagaimana Neanderthal mempraktikkan kanibalisme. Kesimpulan ditarik berdasarkan jejak pemotongan "dalam memisahkan dan mengambil daging" serta mengekstrak sumsum.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Mengapa Neanderthal kanibal
Alasan di balik kanibalisme Neanderthal 'etap menjadi misteri. Namun para ahli antropologi mengajukan sejumlah asumsi. Salah satunya Neanderthal menghadapi periode paceklik dan kelaparan musiman. Ketika mereka benar-benar kelaparan, manusia gua mungkin terpaksa memakan jenazah sesamanya.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti tak terbantahkan
"Kanibalisme dipraktikkan di sini, "kata arkeolog Belgia Christian Casseyas saat berada di Gua Goyet melakukan penelitiannya. Bukti yang ditemukan tak terbantahkan. .
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti-bukti sebelumnya
Sejauh ini, kasus kanibalisme Neanderthal juga telah ditemukan dalam populasi Neanderthal di El Sidrón dan Zafarraya di Spanyol dan Moula-Guercy dan Les Pradelles di Perancis.
Foto: picture-alliance/ dpa
Hubungan manusia dengan kematian
Penemuan di Goyet dan penelitian Neanderthal memperkaya pemahaman hubungan antara manusia gua ini dengan ritual kematian mereka,.Termasuk dalam melakukan penguburan dan menggunakan jasad sebagai peralatan atau bahkan makanan. Ed: as/ap(afp/techtimes)