1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Stres Bisa Sebabkan Rambut Beruban

29 Januari 2020

Tim peneliti Harvard University membuktikan, tekanan stress dapat merusak sel-sel yang memproduksi pigmen, sehingga berakibat rambut kehilangan warna. Tapi itu bukan satu-satunya penyebab uban.

Mann mit grauen Haaren
Foto: Colourbox/P.S.O´Carroll

Legenda mengatakan, ketika Ratu Prancis yang tersohor Marie Antoinette ditangkap selama era revolusi, rambutnya memutih hanya dalam semalam. Benarkah itu bisa terjadi?

Tim peneliti dari Harvard University sekarang mengungkap proses memutihnya rambut, alias uban, dan dampak stres yang menyebabkan proses beruban. Stres bisa memunculkan reaksi di seluruh tubuh. Karena itu tim peneliti mula-mula mencari tahu, sistem saraf apa yang bertanggung jawab dan memengaruhi warna pada rambut.

Mereka akhirnya sampai pada sistem saraf simpatis, yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Sistem saraf ini sebenarnya bertugas mengatur reaksi tubuh untuk berjuang mengatasi bahaya, atau melarikan diri dan menjauh dari bahaya.

Sistem saraf simpatis dalam situasi stres melepaskan noradrenalin, yang kemudian diserap oleh sel-sel penghasil pigmen. Noradrenalin atau disebut juga norepinephrin adalah zat transmiter, atau penghubung, yang berfungsi sebagai hormon stres dan neurotransmiter.

Baca juga: Waspada! Ternyata Stres Bukan Hanya Akibat Hilangnya Penglihatan, Namun Juga Penyebab

Peran zat noradrenalin

Jika saraf melepaskan terlalu banyak zat noradrenalin, ini akan melemahkan sel-sel yang memproduksi pigmen. Kalau itu terus berlangsung, akan terjadi kerusakan pada sel-sel penghasil pigmen yang ada di folikel rambut, tempat bertumbuhnya rambut pada kulit.

"Stres yang akut, terutama yang menimbulkan reaksi untuk berjuang atau melarikan diri, secara tradisional sangat berguna bagi kelangsungan hidup spesies. Namun dalam kasus stres yang akut, akan mengakibatkan kerusakan pada sel-sel punca", kata Bing Zhang, peneliti utama di Harvard University. Hasil penelitian mereka baru-baru ini diterbitkan di majalah sains "Nature".

"Langkah pertama penanganan dampak negatif dari stres adalah, memahami bagaimana stres mengubah struktur organ. Di bidang ini, kita masih harus banyak belajar", kata anggota tim peneliti lainnya, Ya-Chieh Hsu.

Warna rambut dipengaruhi oleh pigmen melaninFoto: picture-alliance/dpa/J. Wolf

Stres bukan satu-satunya penyebab uban

Rambut terdiri dari beberapa lapisan sel yang mengeras. Pada akar rambut ada sel-sel penghasil pigmen yang disebut malnocit, yang memproduksi pigmen melanin. Melanin yang kemudian memberi warna pada rambut.

Dengan bertambahnya usia, produksi melanin makin lama makin berkurang. Untuk produksi melanin, tubuh membutuhkan asam amino tirosin. Jika tidak tersedia cukup tirosin, sel-sel juga akan memproduksi lebih sedikit pigmen. Bagian-bagian tanpa pigmen lalu diisi dengan gelembung udara, yang dinamakan vakuolen. Dari sinilah tumbuh rambut yang berwarna putih, alias tanpa warna.

Apakah rambut yang sudah putih akan tetap putih selamanya? Tidak selalu. Kalau rambut putih disebabkan oleh ketuaan, hal itu tidak bisa direparasi lagi. Tetapi kalau rambut menjadi putih karena stres, penyakit, atau makanan yang tidak sehat, masih mungkin disembuhkan.

Baca juga: Menurut Hasil Penelitian, Puasa Facebook Bisa Kurangi Stres

Jadi, legenda Ratru Prancis Marie Antoinette yang rambutnya memutih dalam semalam itu memang hanya mitos saja. Karena rambut tidak menjadi putih hanya dalam sekejap, sebab pigmen di rambut tidak hilang hanya dalam semalam.

Rambut manusia tumbuh sekitar satu sentimeter setiap bulan. Dan proses uban dimulai dari akar rambut, yang lambat laun merambat keatas ketika rambut tumbuh makin panjang. Stres berat juga bisa menimbulkan proses kerontokan rambut. Namun setelah itu, rambut biasanya tumbuh lagi seperti biasa, tetapi sudah kehilangan pigmen. Rambut yang tumbuh akhirnya berwarna putih.

(hp/pkp)