1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penerbangan Bebas Emisi Cuma Ilusi?

19 April 2024

Industri penerbangan harus memangkas emisi gas rumah kaca secara drastis tahun depan, jika ingin mematuhi komitmen iklim. Namun jalan menuju dekarbonisasi dipenuhi banyak rintangan dan menerbitkan banyak keraguan.

Pesawat terbang
Pesawat penumpang di langit Frankfurt, JermanFoto: Michael Probst/AP Photo/picture alliance

Marte van der Graaf tidak segan mengkritik komitmen iklim maskapai penerbangan. "Saat ini, sulit untuk menganggap serius target nol emisi dalam industri penerbangan,” kata konsultan lembaga organisasi non-pemerintah Transport & Environment, yang fokus pada transportasi berkelanjutan. "Sektor penerbangan perlu mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara signifikan dalam beberapa dekade mendatang. Namun saat ini yang terjadi justru kebalikannya.”

Jumlah penumpang bertambah

Terlepas dari laju perubahan iklim dan komitmen dekarbonisasi, emisi gas rumah kaca yang diproduksi industri penerbangan terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah bertambahnya angka penumpang yang tahun depan diprediksi melonjak tajam. Sebabnya, "pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan transportasi udara niremisi masih menjadi ilusi," tulis Network Stay Grounded, yang mengkampanyekan reduksi dalam jumlah penerbangan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Keraguan itu tidak menghalangi sasaran dekarbonisasi yang tinggi, yakni "beroperasi tanpa emisi mulai tahun 2050," yang dicanangkan Wolf-Dietrich Kindt, Kepala Perlindungan Iklim Asosiasi Transportasi Udara Jerman, BDL.

Menurutnya, maskapai penerbangan telah membelanjakan miliaran Dolar AS untuk meremajakan armada pesawatnya dalam beberapa dekade terakhir. Investasi itu mendorong efisiensi pesawat dan mengurangi konsumsi bahan bakar. "Ini adalah pencapaian yang besar," kata Kindt.

Irit Bahan Bakar dengan Bahan Komposit Baru dan Desain Pintar

04:19

This browser does not support the video element.

Efisiensi bahan bakar

Setiap kemunculan desain pesawat baru, industri penerbangan rata-rata mampu meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar sebanyak 20 persen dibandingkan pesawat lama. Betapapun dorongan untuk mencari sumber energi alternatif, pengembangan mesin yang hemat bahan bakar masih menjadi instrumen paling ampuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi udara.

Repotnya, maskapai saat ini cendrung dibebani dengan regulasi Uni Eropa yang mengatur produksi dan perdagangan emisi, serta dorongan untuk memakai bahan bakar yang lebih hemat emisi, namun lebih mahal. Akibatnya, maskapai kesulitan berinvestasi pada teknologi baru.

Daya inovasi industri penerbangan diyakini mampu melapangkan jalan menuju dekarbonisasi penerbangan, menurut Markus Fischer, direktur penerbangan di Badan Antariksa Jerman, DLR.

"Sektor penerbangan selalu berusaha meningkatkan efisiensi melalui pengembangan teknologi mesin atau desain aerodinamika yang lebih baik," kata dia. "Hasilnya adalah keberhasilan besar," imbuhnya, merujuk pada tingkat konsumsi energi per kilometer yang menyusut tinggal sepertiga dari teknologi 50 tahun lalu. 

Tapi dia menegaskan, transisi menuju dekarbonisasi tetap harus melibatkan sumber bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan.

Terbatasnya bahan bakar alternatif

Pengembangan bahan bakar alternatif adalah batu sandungan terbesar bagi industri penerbangan. Salah satu solusi yang paling menjanjikan adalah pesawat bertenaga listrik, namun dengan daya jelajah yang masih sangat terbatas.

Bahan bakar berkelanjutan yang terbuat dari energi terbarukan atau biomassa, hanya akan tersedia dalam jumlah kecil dan dengan harga yang relatif tinggi di masa mendatang. "Karena besarnya hambatan teknologi, saat ini belum ada solusi revolusioner dan tersedia untuk penerbangan bebas emisi,” kata DLR.

Terbang Hanya dengan Energi Angin dan Surya

04:12

This browser does not support the video element.

Michael Haid ingin menjadi pionir penerbangan niremisi. Dia adalah direktur EDL Anlagenbau yang merencanakan salah satu pabrik pertama di dunia untuk kerosin "hijau" yang diproduksi secara berkelanjutan di dekat Leipzig.

"Akan sangat sulit mencapai tujuan penerbangan netral iklim pada tahun 2050,” katanya. "Terutama ketika Anda melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk transisi."

Dia mengeluhkan, peraturan yang rumit di Uni Eropa menyebabkan banyak penundaan. Meski perencanaan telah dilakukan sejak tahun 2021, produksi di pabrik EDL  baru akan dimulai pada akhir tahun 2027.

Keraguan terhadap ambisi iklim

Ambisi penerbangan bebas emisi juga menerbitkan keraguan lain. Karena, pembakaran energi hanya memproduksi separuh emisi sebuah pesawat. Menurut Markus Fischer dari DLR,  "efek non-CO2” menyumbang setidaknya 50 persen dampak iklim. Pembentukan contrails antara lain berkontribusi terhadap pemanasan global. "Bahkan tanpa bahan bakar alternatif, Anda dapat melakukan perlindungan iklim,” katanya, yakni dengan memodifikasi kecepatan, ketinggian dan rute penerbangan.

Industri penerbangan sendiri tidak sepenuhnya percaya akan mampu memenuhi target netral iklim pada tahun 2050. Asosiasi penerbangan internasional IATA, misalnya, hanya berbicara tentang netralitas CO2, antara lain melalui kompensasi karbon. Asosiasi penerbangan internasional itu juga ingin mengurangi emisi dengan teknologi penangkapan karbondioksida.

Celakanya, "kompensasi karbon adalah solusi yang salah bagi iklim,” kritik Marte van der Graaf. "Maskapai penerbangan harus berhenti membeli kredit karbon sebagai alasan untuk menunda langkah kongkrit menuju dekarbonisasi.” Baginya, "satu-satunya penerbangan yang benar-benar ramah lingkungan adalah penerbangan yang tetap berada di darat."

rzn/hp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait