1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesawat Komersial Supersonik dan Hipersonik Kian di Nyata

Andreas Spaeth
10 April 2021

Belum ada lagi pesawat penumpang supersonik sejak zaman Concorde. Sekarang pesawat uji telah siap untuk kembali mengudara. Ada pula rencana untuk memasuki era hipersonik yang lebih cepat lagi.

Model jet AS2 rancangan perusahaan Aerion
Model jet AS2 rancangan perusahaan AerionFoto: Aerion

Pesawat itu tergolong kecil, panjangnya hanya 21 meter. Namun setelah tahun yang berat bagi industri penerbangan, kehadiran pesawat ini melambangkan kemajuan besar dalam sejarah penerbangan sebagai pesawat supersonik pertama yang dibangun oleh swasta.

Hingga saat ini, tiap-tiap pesawat supersonik lain, seperti European Concorde yang terbang hingga 2003 dan Soviet Tu-144 yang terbang hingga tahun 1999, serta pesawat supercepat milik militer, didanai oleh kas negara dan dibangun dengan mandat pemerintah.

Namun perusahaan start-up Boom Supersonic dari Denver di Amerika Serikat berbeda. Perusahaan ini meluncurkan jet supersonik pertama yang diproduksi oleh swasta pada Oktober tahun lalu. Pesawat single-seat XB-1 Overture itu dijuluki Baby Boom. Tahun ini pesawat percontohan ini akan memulai program uji terbang yang cukup panjang di atas Gurun Mojave di California, dan rencananya akan terbang dengan kecepatan sekitar 1.600 km/jam.

Tujuannya adalah untuk memvalidasi konsep aerodinamis dan untuk membangun hal yang sama dalam skala lebih besar - untuk menghasilkan pesawat penumpang yang mampu membawa hingga 75 penumpang. Pada paruh kedua dekade ini, pesawat ini diharapkan menjadi penerus skala kecil dari Concorde, yang memiliki kapasitas 100 penumpang.

Terbang dengan kecepatan 2.700 km/jam, untuk saat ini

Pesawat Overture akan membawa penumpang dari London ke New York dalam waktu hanya tiga setengah jam dengan kecepatan Mach 2,2 (sekitar 2.700 km/jam), ini lebih cepat dari Concorde. Perusahaan mengatakan akan menggunakan bahan bakar penerbangan yang diproduksi dengan cara netral-CO2. Aerodinamika inovatif dan bobot yang lebih ringan diperkirakan dapat meredam ledakan sonik. Itu berarti pesawat ini bisa terbang dalam mode supersonik di atas daratan, yang saat ini dilarang. 

Pesawat berkursi tunggal XB-1 dari Boom Supersonic yang dijuluki Baby BoomFoto: Boom

Terbang lebih cepat dari kecepatan suara mendapatkan momentumnya pada awal tahun 2020-an. Perjalanan ini telah menghilang selama beberapa dekade. Tetapi sebelum Overture dari perusahaan Boom Supersonic benar-benar dapat lepas landas, masih ada sejumlah tantangan yang harus dikuasai - seperti mengembangkan mesin yang sesuai.

Lebih kecil, lebih gesit

Untuk saat ini tampaknya jet bisnis supersonik yang lebih kecil yang berkapasitas 8 hingga 15 penumpang akan terlebih dahulu bisa lepas landas. Sejak 2002, Aerion Supersonic telah bekerja keras untuk merampungkan jet-jet semacam itu.

Sejauh ini, belum ada pesawat Aerion yang mengudara, tetapi baru-baru ini Aerion merinci konsep terbaru untuk tri-jet AS2. Penerbangan pertamanya ditargetkan bisa dilakukan paling cepat pada tahun 2024, namun penerbangan komersial mungkin dimulai pada 2026.

Para ahli menganggap perusahaan ini memang serius berbisnis. "Aerion terus menghasilkan iterasi baru dari modelnya dan sekarang bahkan membangun tempat perakitan di Florida. Aerion cukup cerdas untuk juga melayani pasar militer,” kata Bernd Liebhardt, insinyur yang berfokus pada proyek supersonik sipil di Pusat Dirgantara Jerman (DLR) di Hamburg.

"Dengan aplikasi platform pesawat tunggal yang berbeda ini, Aerion sangat cocok untuk masuk ke pasar sempit yang kami lihat ini,” tambahnya.

Hipersonik, lebih cepat dari yang tercepat

Tepat sebelum Paskah, Aerion membuat pengumuman yang mengejutkan para pengamat industri penerbangan. Pada akhir dekade ini, perusahaan berencana membuat lompatan kuantum dalam transportasi udara cepat dengan AS3, jet baru lainnya. Pesawat dengan kapasitas hingga 50 penumpang ini akan dapat melakukan perjalanan maksimum 13.000 kilometer dengan kecepatan Mach 4 (sekitar 5.000 km/jam) atau bahkan lebih cepat.

Ini berarti sebuah pesawat akhirnya akan mulai mencapai wilayah hipersonik rendah, yang dimulai pada Mach 5. Pesawat tercepat saat ini adalah pesawat pengintai militer Lockheed SR71 Blackbird, yang mencapai kecepatan Mach 3,3 (sekitar 4.000 km/jam). 

Pesawat ini pernah berhasil terbang dari New York ke London hanya dalam waktu kurang dari dua jam dalam rekor penerbangan dengan pengisian bahan bakar dari udara ke udara. Aerion telah bekerja sama dengan Pusat Penelitian Langley NASA untuk mempelajari masa depan penerbangan komersial dalam rentang kecepatan Mach 3-5.

Mulai dari hal-hal yang mudah

Menurut CEO Aerion, ada sweet spot yang menarik di sekitar kecepatan Mach 4,5, memungkinkan terbang dari AS ke Jepang dalam dua jam atau kurang, sambil menghindari tantangan tertentu terkait material dan pendinginan.

Detail tentang AS3 masih belum jelas. Namun rupanya desain pesawat mencakup sayap delta swept, ekor vertikal kembar, dan empat mesin yang dipasang di bawah sayap. Aerion berjanji untuk membagikan lebih banyak wawasan tentang desainnya akhir tahun ini. Tujuannya adalah menghubungkan dua titik di mana pun di planet ini dalam waktu tiga jam.

"Penerbangan supersonik adalah titik awal. Untuk benar-benar merevolusi mobilitas global seperti yang kita kenal sekarang, kita harus terus mendorong batasan-batasan,” kata CEO Aerion Tom Vice.

Bernd Liebhardt dari German Aerospace Center tidak mau banyak sesumbar. "Bagi saya, hipersonik masih terletak beberapa dekade ke depan. Supersonik sudah menjadi pekerjaan yang sulit, dan hipersonik masih selangkah lebih maju,” katanya. "Kita perlu berhasil di supersonik terlebih dahulu.”

ae/yp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait