Penerbitan Riwayat Hidup Tokoh Gerakan Demokrasi Cina
15 Mei 2009Di halaman pertama koran Hongkong "South China Morning Post" terpampang sebuah foto buku riwayat hidup Zhao Ziyang yang berjudul "Prisoner of State“ atau "tahanan negara, riwayat hidup rahasia Zhao Ziyang“. Di Cina sendiri buku itu kemungkinan tidak akan pernah beredar, dan orang tidak pernah tahu bahwa buku itu pernah ditulis. Buku tersebut menceritakan peristiwa pembantaian di lapangan Tianamen tahun 1989 lalu.
Demonstrasi di Tiennanmen
Ketika itu mahasiswa, kaum intelektual dan orang-orang berpendidikan mengadakan aksi protes terhadap korupsi dan menuntut hak bicara. Tanggal 4 Juni militer Cina mengakhiri demonstrasi dengan kekerasan berdarah. Hingga saat ini politisi Cina membenarkan tindakan brutal militer, dan menilainya perlu untuk menghindari kudeta. Dalam bukunya Zhao Ziyang menyebut perkataan pemerintah Cina hanya kebohongan belaka.
Ia berkata, "Gerakan mahasiswa dinilai sebagai komplotan berencana. Dianggap menentang partai dan menjadi gerakan anti sosialis. Orang harus bertanya, apa rencananya? Komplotan yang mana? Apa masuk akal jika peristiwa 4 Juni disebut pemberontakan kontra revolusioner?"
Zhao mengatakan juga, bahwa para mahasiswa menjaga ketenangan. Ketika beberapa tentara diserang, mahasiswa bahkan melindungi mereka. Memang ada juga yang menggunakan kekerasan. Tapi mereka tentu tidak mewakili seluruh mahasiswa dan orang-orang yang berdemonstrasi.
Tokoh Gerakan Demokrasi
Riwayat hidup Zhao Ziyang diterjemahkan dari pita rekaman. Zhao Ziyang merekam ingatannya dalam 30 kaset, yang kemudian diselundupkan teman-temannya ke luar negeri. Tahun 1989 Zhao Ziyang adalah pemimpin partai komunis Cina. Ia pro reformasi dan dianggap liberal. Akhirnya ia menjadi tokoh gerakan demokrasi.
Ketika jelas bahwa pemerintah tidak mau mentolerir demonstrasi lebih lama lagi, Zhao Ziyang menyadari bahaya yang mengancam dan bergegas ke lapangan Tiananmen untuk memperingatkan para demonstran. Ia berseru, “Mahasiswa, kami datang terlambat! Saya minta maaf. Seberapapun kritik yang kalian lontarkan, kalian punya hak untuk itu.”
Foto yang menunjukkan bagaimana Zhao berbicara kepada para mahasiswa dengan suara bergetar karena menahan tangis, menyebar ke seluruh dunia. Kenyataan bahwa justru pemimpin partai komunislah yang menyatakan simpati kepada para demonstran menyebabkan anggota polit biro kehilangan muka. Mereka kemudian memutuskan untuk membungkam Zhao Ziyang. Hanya sehari setelah menyampaikan pidatonya kepada mahasiswa ia dicabut dari posisinya.
Tahanan Negara
Ketika tanggal 4 Juni pasukan pembebasan rakyat membantai mahasiswa dengan panser dan senapan, Zhao Ziyang sudah menjadi tahanan negara. Di bawah penjagaan ketat ia melewati malam pembantaian di rumahnya. Ia bertutur, "Malam hari menjelang tanggal 4 Juni saya duduk bersama keluarga saya di pekarangan rumah dan menikmati sejuknya malam. Dari jauh saya mendengar suara tembakan. Saat itu saya tahu, bahwa tragedi yang mengguncang dunia sedang terjadi."
Pemerintah Cina melakukan segalanya, agar pembantaian di lapangan Tiananmen tanggal 4 Juni 1989 dilupakan oleh dunia. Di buku-buku pelajaran sekolah di Cina kejadian itu tidak disinggung. Sebagian besar orang yang dulu ikut dalam demonstrasi sampai sekarang takut untuk berbicara tentang tragedi tersebut. Hingga meninggal empat tahun lalu, Zhao Ziyang ditahan di rumahnya di Beijing. Zhao menggunakan pengucilannya itu untuk menjaga agar kenangan tentang pembantaian itu tetap hidup.
Petra Aldenrath / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk