1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengacara Menduga Breivik Terganggu Jiwanya

26 Juli 2011

Anders Behring Breivik -- yang mengaku sebagai pelaku pembantaian di Norwegia-- menurut pengacaranya, diduga mengalami gangguan kejiwaan. Sementara nama korban diumumkan Selasa (26/07) ini.

Anders Behring BreivikFoto: picture alliance/dpa

Atas aksi pembantaian di Norwegia, pihak otoritas Norwegia mempertimbangkan untuk mendakwa Anders Behring Breivik dengan tuduhan melakukan kejahatan kemanusiaan, yang memungkinkan hukuman 30 tahun penjara. Banyak warga Norwegia yang kecewa karena kemungkinan -- bila pelaku terbukti bersalah-- hanya akan menjalani maksimum hukuman 21 tahun dibalik jeruji penjara.

PM Norwegia Jens Stoltenberg bersama istri, Putri Märtha Louise, Putra Mahkota HaakonFoto: picture alliance/dpa

Beberapa hal telah dikemukakan Breivik lewat pengacaranya, dianataranya masih ada sel-sel lain dalam organisasi sayap kanannya, atau membenci nilai-nilai demokratisasi dan mengatakan perbuatannya merupakan hal yang "perlu". Pengacara Breivik, menduga kliennya mengalami gangguan kejiwaan.

Kerja Kepolisian Dipuji

Sementara itu, menteri kehakiman Norwegia Knut Storberget memuji kerja kepolisian setempat yang disebutnya „fantastis“, dalam menangani kasus ledakan bom dan serangan penembakan akhir pekan lalu. Pujian itu dilontarkan, di tengah kecaman terhadap lambannya kerja polisi merespon aksi penembakan di Pulau Utoeya. Tim SWAT membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk mencapai pulau, dimana Breivik dengan santainya menembaki muda-mudi di Perkemahan Musim Panas.

Selain melemparkan pujian, menteri kehakiman Norwegia tersebut juga menyanggah tudingan bahwa polisi mengabaikan ancaman yang dikirimkan oleh gerakan fanatik sayap kanan di Norwegia.

Masyarakat bersatu dalam Pawai Bunga, aksi solidaritas bagi para korbanFoto: dapd

Kepedihan Seluruh Negeri

Di ibukota Norwegia, kemarin sore (25/06), meski kepedihan masih dirasakan oleh warga, mereka mulai menghidupkan kembali Oslo. Dengan sabar, mereka mengantri untuk menandatangai buku belasungkawa. Tampak diantaranya Mona Svenning, yang menceritakan bagaimana kakak lelakinya kehilangan empat sahabatnya dalam peristiwa itu: „Abang saya berusaha mengatasi kesedihannya. Dia memilih untuk tidak keluar rumah dulu karena masih sangat sedih. Ia berusaha mengatasi kesedihannya sebaik yang ia bisa.“

Sementara warga lainnya, Jardar Hals Bjelland yang menunggu parade berkabung bersama istrinya menceritakan perasaanya: „ya…aneh rasanya, kosong perasaan saya. Hari ini berat. Ini hari pertama saya melihat oarng-orang kembali turun ke jalan dan rasanya seperti kehidupan akan berlanjut. Oslo seperti kota hantu hingga hari ini ..sekarang ini..rasanya aneh saja.”

Masyarkat bersatu dalam dukaFoto: dapd

Bersama-sama warga lainnya, ia mengangkat tangkai bunga mawar ke udara, sebagai simbol persatuan.

Membalas Kekejian dengan Cinta Kasih

Malam harinya di Oslo, semakin ramai, sekitar 150 ribu orang turun ke jalan, sebagai ungkapan solidaritas terhadap para korban serangan ledakan dan penembakan Jumat lalu. Tampak PM Norwegia Jens Stoltenberg, para pejabat pemerintahan dan keluarga kerajaan -- seperti putra mahkota Norwegia Haakon-- diantara kerumunan.

Di hadapan publik, Walikota Oslo Fabian Stang mengemukakan : “Kita akan menghukum yang bersalah. Penghukuman akan dilakukan dengan lebih mengedepankan kemurahan hati, toleransi dan demokrasi.“

Sementara putra mahkota Kerajaan Norwegia Haakon menyikapi serangan teror yang dilakukan Breivik dengan dorongan menghindari kebencian: „Malam ini kita berhimpun di jalanan dengan rasa kasih sayang. Kami ingin membalas kekejaman itu dengan pendekatan, menyikapi kebencian dengan kebersamaan. Norwegia berduka. Kami memikirkan mereka yang menderita akibat kehilangan orang yang dicintai.“

Putra Mahkota Norwegia HaakonFoto: dapd

Pangeran Norwegia, Haakon menambahkan :“Kami menginginkan sebuah Norwegia, yang masyrakatnya hidup bersama dalam kebebasan, baik itu kebebasan mengemukakan pendapat atau mengekspresikan diri. Kami menginginkan Norwegia yang dapat menerima perbedaan. Dalam kebebasan kita lebih kuat ketimbang rasa takut. Malam ini, kita memenuhi jalanan dengan kasih sayang.“

rtr/afp/dpa/Purwaningsih

Edtor :Koesoemawiria

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait