Pengadilan Australia Hukum Perempuan Bangladesh 42 Tahun
6 Juni 2019
Seorang mahasiswi asal Bangladesh, yang mendaftar di universitas Australia, dihukum penjara selama 42 tahun karena menikam tuan rumah yang menampungnya ketika korban sedang tidur.
Iklan
Momena Shoma, berasal dari Bangladesh. Usianya 26 tahun. Pengadilan di Australia menjatuhkan vonis 42 tahun penjara terhadapnya pada hari Rabu (05/06), karena terbukti bersalah menikam Roger Singaravelu, tuan rumah yang menampungnya selama ia studi di Australia. Pada bulan Februari 2018, Roger ditusuk dengan pisau dapur, delapan hari setelah perempuan Bangladesh ini tiba di Australia, demikian dikutip dari Straitstimes.
Mahasiswi yang mendaftar di sebuah universitas di Australia ini mengaku terlibat dalam aksi teroris dengan tujuan membunuh atas nama Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Di persidangan, diperoleh keterangan, Shoma, yang mengenakan niqab hitam di pengadilan tertinggi negara bagian Victoria itu, meneriakkan "Allahu akbar" ketika menyerang Singaravelu, yang selamat dari pembunuhan dan juga hadir di persidangan.
"Perbuatan dan perkataan Anda, serta niat yang menyertainya, mengerikan," kata hakim Lesley Taylor saat menjatuhkan hukuman 42 tahun penjara, dengan masa bebas bersyarat 31 tahun dan enam bulan. Taylor mengatakan, tindakan perempuan itu "mengirim riak-riak mengerikan ke seluruh komunitas Australia".
Terpikat ISIS
Dilansir dari DPA dan ABC, jaksa penuntut mengatakan Shoma menjadi radikal pada tahun 2013 ketika masih tinggal di Dhaka dan terpikat ISIS untuk terlibat dalam jihad kekerasan terhadap non-muslim. Setelah upayanya untuk belajar di Turki gagal, jaksa mengatakan Shoma menerima beasiswa untuk belajar di Universitas La Trobe di Melbourne, dan tiba di kota itu pada tanggal 1 Februari 2018.
Dia tinggal dengan keluarga Australia di bawah program homestay untuk mahasiswa asing dan segera mulai merencanakan serangan terhadap keluarga itu. Dia membeli kacamata penglihatan malam pada tanggal 3 Februari dan 6 Februari, lalu berlatih berulang kali dengan menusuk kasur pasangan tuan rumahnya ketika mereka tidak di rumah. Keluarga pertama yang menampungnya melihat kerusakan itu dan segera meminta penyelenggara homestay untuk memindahkan Shoma dari rumah mereka.
Shoma kemudian ditempatkan bersama keluarga Singaravelu, dan menikamnya tiga hari kemudian setelah menonton video tentang ISIS lewat online, demikian dikutip dari Straitstimes.
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)
Foto: Youtube
8 foto1 | 8
Tidak mengenal korban
Di luar pengadilan, Singaravelu, yang merupakan imigran dari Malaysia, mengatakan bersyukur telah selamat dari serangan itu, dan mempertanyakan bagaimana Shoma bisa mendapatkan visa untuk bepergian ke Australia.
"Kami datang dari Malaysia, dari negara muslim. Kami datang ke Australia untuk kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling penting, keamanan negara ini," katanya kepada wartawan. "Dia tak diizinkan masuk ke negara lain; bagaimana dia diizinkan masuk ke sini?" tanyanya.
Pengamat masalah terorisme lulusan Universitas Quensland Australia, Alto Labetubun mengatakan, banyak korban ISIS merupakan orang Islam, "Jadi kesamaan agama tidak membuat orang menjadi imun dari serangan ISIS maupun simpatisannya. Di Indonesia misalnya, polisi-polisi yang diserang oleh kelompok teror yang berafiliasi dengan ISIS, juga adalah anggota polisi muslim. Bahkan ada yang diserang dengan memakai pisau saat sedang melakukan sholat di mesjid dekat Mabes Polri, Jakarta, sekitar dua tahun lalu," katanya kepada Deutsche Welle.
Untuk kasus di Autralia ini, yang perlu dicermati lebih jauh menurut Alto Labetubun adalah pemicunya."Karena pasti pemerintah Australia sudah melakukan background check terhadap orang asing yang masuk ke negara mereka, saat pengajuan visa itu dilakukan. Menurut saya, analisis terhadap trigger akan mengungkap motif dan kondisi psikologis pelaku. Tentu aparat keamanan di Australia sudah melakukan digital forensic analysis untuk melihat riwayat penggunaan media sosial dari tersangka. Bukan hanya faktor brainwash yang menjadi latar belakang seseorang terlibat dalam aksi kekerasan ISIS. Tentu tidak ada single factor yang membuat seseorang menjadi dan/atau melakukan tindak pidana terorisme. Selalu ada kombinasi antara ideologi dan faktor lain, misalnya ekonomi, rasa tidak dianggap atau diperlakukan sebagai warga kelas dua, dan lain-lain,” tambahnya.
Alto berharap kejadian ini tidak menjadi tren baru bahwa perempuan dipakai oleh ISIS untuk melakukan serangan di luar negeri, karena mereka dianggap mampu mengelabui aparat keamanan maupun intelijen, "Kalau ini tren baru maka perlu diwaspadai. Perlu diingat, bahwa tindakan pelaku perempuan ini menunjukkan bahwa maskulinitas yang menjadi dasar profiling selama ini, tidak harus selalu berhubungan dengan laki-laki, tapi juga perempuan.”
Pemilik rumah berusia 56 tahun yang diserang perempuan Bangladesh itu telah pulih dari cedera, tetapi menderita ketakutan terus-menerus dan tidak dapat bekerja sejak tahun 2018 pasca serangan itu, demikian dikutip dari dpa.
ap/as(dpa/straitstimes)
Daftar Serangan Teror JAD di Indonesia
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Islamic State alias ISIS adalah kelompok teror paling mematikan di Indonesia saat ini. Berikut serangan teror yang dilakukan anggota JAD di Indonesia sejauh ini.
Foto: REUTERS
Bom Thamrin, Jakarta
Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta
Serangan di Mapolres Surakarta
Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya
Bom Molotov di Samarinda
Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/P. Utama
Bom Kampung Melayu
Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto
Ledakan di Bandung
Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Arbi
Kerusuhan di Mako Brimob
Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.
Foto: picture alliance / Photoshot
Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Gagal di Riau
Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sutisna
Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar
Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan. (rzn/yf - detik, kompas, tribun, ap)