Pengadilan Banding AS Putuskan Dukung Pembatasan Pil Aborsi
17 Agustus 2023
Tiga hakim yang memimpin keputusan tersebut sangat konservatif, dengan sejarah menentang hak-hak aborsi. Kini, putusan akan beralih ke Mahkamah Agung, untuk menentukan nasib mifepristone.
Iklan
Akses terhadap pil aborsi mifepristone kini harus dibatasi, sebagaimana putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan banding Amerika Serikat (AS), pada hari Rabu (16/08). Tantangan pembebasan akses terhadap pesanan surat ke obat pil ini harus terhenti di bawah keputusan pengadilan banding AS.
Namun, keputusan itu tidak dapat berlaku sebelum Mahkamah Agung memberikan pertimbangannya, yang kemungkinan baru akan terjadi pada periode Oktober hingga Juni mendatang.
Ini merupakan kasus hukum terbaru dalam pertempuran atas akses hak aborsi dan hak-hak perempuan di Amerika Serikat.
Iklan
Apa keputusan pengadilan?
Pengadilan Banding Sirkuit AS kelima yang berbasis di New Orleans itu tidak memutuskan bahwa obat tersebut harus ditarik sepenuhnya dari pasar. Pengadilan yang lebih rendah itu hanya mencabut persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) terhadap akses ke pil mifepristone.
Pengadilan Banding AS pada hari Rabu (16/08) justru meninggalkan keputusan utuh dalam mengakhiri ketersediaan obat melalui pos, yang memungkinkan obat tersebut digunakan hanya sampai minggu ketujuh kehamilan, bukan minggu kesepuluh, dan mengharuskan obat tersebut diberikan dengan persetujuan resmi dari dokter.
Kecaman dari kelompok hak-hak aborsi
Cakupan kemampuan FDA untuk membuat keputusan terkait obat-obatan dan ketersediaannya juga menjadi inti dari kasus ini.
"Dalam melonggarkan pembatasan keamanan mifepristone, FDA gagal mengatasi beberapa kekhawatiran penting tentang apakah obat tersebut akan aman bagi perempuan yang menggunakannya," tulis Hakim Jennifer Walker Elrod.
Hakim Elrod bergabung sebagai penandatangan oleh Hakim Cory Wilson. Namun, Hakim James Ho tidak setuju, dengan alasan bahwa dia sepenuhnya menjunjung tinggi keputusan hakim federal AS yang berbasis di Texas pada bulan April lalu, yang akan mencabut persetujuan obat tersebut sepenuhnya.
Kelompok-kelompok antiaborsi telah berusaha sangat keras untuk melarangan obat tersebut, dan mengklaim bahwa obat pil itu tidak aman meskipun memiliki rekam jejak yang cukup panjang di AS.
Katie Daniel, direktur kebijakan negara bagian dari kelompok antiaborsi "Susan B. Anthony Pro-Life America”, justru menyambut baik keputusan tersebut.
"FDA mengabaikan ilmu pengetahuan dan peraturannya sendiri, ketika memberikan stempel pada skema pemesanan pil aborsi melalui pos yang sembrono dari Partai Demokrat," kata Daniel.
Aborsi di Argentina – Menentang Tabu
Presiden Argentina Alberto Fernandez ajukan undang-undang (RUU) yang melegalkan aborsi ke kongres. Dulu karena ilegal, beberapa perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungan, melakukannya sendiri dengan nekad.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Pria menderita juga
Aborsi bukan hanya masalah perempuan, sebagai karya yang ditunjukkan fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice. Pedro, 24 tahun, mendukung keputusan pacarnya untuk melakukan aborsi pada tahun 2012. Dia tidak bisa berbicara dengan teman-temannya tentang hal itu. "Kami merasa seperti penjahat."
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Untuk kebebasan pribadi
Dulu meski dilarang, setiap tahun sekitar setengah juta perempuan menjalani prosedur, seperti yang dilakukan Camilla. Setelah aborsi, dia membuat tato di lehernya, dengan tulisan: "Libertad ", yang artinya: kebebasan.
Foto: Goméz Verdi, Franz, Meurice
Aborsi di Tahun Baru
Mara, dulu hamil pada usia 21 tahun. Keluarga pacarnya mengancam, "Jika kamu melakukan aborsi, kami akan melaporkanmu." Tapi kemudian, pacarnya meninggalkan dia dalam keadaan berbadan dua. Setelah hampir hamil 12 minggu, dia menceritakan nasibnya pada ibunya dan melakukan aborsi di klinik ilegal, pada Malam Tahun Baru 2002.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di rumah
Gantungan baju, jarum rajut, pukulan di perut - kurangnya informasi dan tidak ada pilihan lain menyebabkan banyak perempuan nekad melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering berakibat fatal.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
100 kematian setiap tahun
Menurut data dari Departemen Kesehatan Argentina, setiap tahun antara 60.000 dan 80.000 perempuan dengan komplikasi akut dan perdarahan akibat aborsi, dirawat di rumah sakit dan diinapkan dalam apa yang disebut "kamar syok". Sekitar 100 perempuan meninggal dunia akibat luka atau prosedur aborsi Yang salah. Kasus-kasus seperti ini sangat umum di daerah-daerah termiskin di negara itu.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi untuk dua puluh juta
Bisnis aborsi ilegal berkembang. Dokter memungut biaya sekitar 20 juta Rupiah untuk prosedur ilegal ini. Salah satu kritikus dari praktik ilegal ini adalah ahli bedah German Cardoso--anggota asosiasi yang dokter Argentina. Ia berkomitmen untuk melegalkan aborsi. Dia sendiri melakukan prosedur itu. Biayanya bervariasi, disesuaikan dengan pendapatan pasien.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Bantuan dari perempuan untuk perempuan
"Ambil rosario Anda keluar dari indung telur kita! " demikian tuntut asosiasi perempuan Argentina "La Revuelta", salah satu dari banyak LSM yang memperjuangkan legalisasi aborsi. Di provinsi Patagonian dari Neuquen, mereka memberi nasihat dan menemani perempuan yang ingin melakukan aborsi.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Tidak ada pedoman
Eluney, 21 tahun usianya. Gadis dari Neuquenini ditemani oleh badan amal La Revuelta ketika terpaksa melakukan aborsi. "Saya ingin memutuskan sendiri kapan harus menjadi seorang ibu," katanya. Namun, jika aborsi kimia tidak dilakukan dengan benar, maka bisa berbahaya. Dokter sering menjual obat tanpa informasi tentang bagaimana obat-obatan itu harus digunakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di Penjara
Terpaksa bekerja sebagai pelacur, Sonia Sanchez lima kali aborsi - semua dilakukan di penjara. Dia ditahan untuk kasus ‘prostitusi ilegal". Ia dihamili oleh pelanggan yang membayar pemilik rumah bordil untuk melakukan seks tanpa kondom. Pada tahun 2012, aborsi dilegalkan, khusus untuk kasus pemerkosaan atau jika mengancam nyawa perempuan hamil.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Dalam keheningan
"Ini tubuh saya," kata Monica. Fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice ingin menggunakan proyek foto mereka untuk memecah keheningan persoalan aborsi di Argentina, hal yang selama ini tabu untuk dibicarakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
10 foto1 | 10
Pemerintahan Joe Biden ajukan banding
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya akan mengajukan banding atas keputusan terbaru tersebut. Wakil Presiden Kamala Harris juga memperingatkan bahwa keputusan itu dapat menjadi preseden yang berbahaya, tidak hanya untuk hak aborsi, tetapi juga untuk ketersediaan obat-obatan lainnya.
"Ini membahayakan seluruh sistem persetujuan dan regulasi obat kita dengan merusak penilaian independen dan ahli dari FDA," kata Harris dalam sebuah pernyataan.
Bereaksi terhadap keputusan hari Rabu (16/08), Pusat Hak-hak Aborsi mengatakan bahwa ada "Konsensus ilmiah tentang keamanan dan kemanjuran mifepristone yang patut dicontoh. Aborsi dengan obat ini digunakan di lebih dari setengah dari semua kasus aborsi di AS dan pengadaan pembatasan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak ilmiah itu, hanya akan membahayakan jutaan perempuan hamil yang paling rentan di AS."
FDA memperkirakan bahwa ada sekitar 5,6 juta warga Amerika telah menggunakan mifepristone untuk menggugurkan kandungan, setelah aturan itu disetujui pada tahun 2000 lalu.