Pengadilan Jerman: Kaum Sikh Wajib Pakai Helm Motor
5 Juli 2019
Seorang pria Sikh di Jerman menggugat kewajiban helm motor karena dianggap membatasi kebebasan beragamanya. Tetapi Pengadilan Tata Usaha Jerman di Leipzig menolak argumen itu.
Iklan
Kewajiban memakai helm bagi pengendara motor tidak melanggar kebebasan beragama kaum Sikh, demikian kep utusan Pengadilan Tata Usaha Jerman di Leipzig hari Kamis (4/7). Kewajiban itu adalah tindakan perlindungan bagi pengendara sepeda motor serta pengemudi lain dan karenanya harus ditegakkan, kata pengadilan dalam putusannya.
Pengadilan Tata Usaha di Leipzig menolak permohonan seorang pria Sikh, yang berargumen bahwa helm tidak akan pas dengan turbannya. Dia mengatakan, mengenakan turban adalah kewajiban agama bagi pria Sikh. Pria itu tahun 2013 meminta kekecualian agar dibebaskan dari kewajiban memakai helm dan mengajukan gugatan di kota Konstanz.
Tetapi Pengadilan Tata Usaha Negara di Leipzig berpandangan lain dan menolak pengecualian itu. "Orang-orang yang mengenakan turban dengan alasan keagamaan tidak bisa dibebaskan dari kewajiban mengenakan helm," kata hakim ketua, Renate Philipp. Dia menambahkan, penggugat harus menerima pembatasan ini, karena berfungsi untuk menegakkan hak-hak orang lain juga.
Masih ada alat transportasi lain
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara di Leipzig menguatkan putusan sebelumnya dari pengadilan yang lebih rendah di kota Konstanz. Pengadilan di Leipzig sekarang mengatakan, bagi penggugat mengendarai sepeda motor bukan hal yang substansial, karena ia juga memiliki akses ke mobil dan alat transportasi publik.
Pengadilan berpendapat bahwa kewajiban untuk mengenakan helm tidak hanya melindungi pengemudi tetapi juga mencegah pengemudi lain dari trauma, jika mereka menyebabkan orang lain yang mengemudin tanpa helm cedera berat.
Pengadilan juga mengatakan, pengemudi yang mengenakan helm akan lebih aman membantu orang lain jika terjadi kecelakaan.
Di Inggris dan di beberapa provinsi di Kanada, warga Sikh dibebaskan dari kewajiban memakai helm motor.
Menyingkap Asal Usul dan Polemik Kerudung Penutup Kepala
Lewat foto bersejarah, desain busana mewah juga video dan lukisan, pameran berjudul "Terselubung, Tidak Terselubung: Kerudung Kepala" di Wina soroti kerudung dan maknanya dalam berbagai agama, daerah dan sejarah.
Menyingkap Penutup Kepala
Di masyarakat Barat masa kini, penutup kepala otomatis diasosiasikan dengan kerudung yang digunakan dengan alasan religius, terutama yang dikenakan perempuan Muslim. Tetapi ide dan praktek menyelubungi kepala tidak dibatasi agama, kebudayaan dan wilayah negeri. Pameran berjudul "Veiled, Unveiled! The Headscarf" di Weltmuseum (museum dunia), di kota Wina memaparkan hal ini.
Kerudung dalam Agama Kristen
Dalam agama Kristen, kerudung dipandang sebagai tanda keperawanan dan kesederhanaan. Tampak di kiri lukisan Santa Maria yang mengenakan kerudung berwarna biru dengan motif bintang. Alkitab menilai rambut perempuan tidak layak ditunjukkan ketika berdoa. Namun demikian ada juga perempuan Kristen yang mengenakan kerudung setiap saat. Gambar kiri adalah foto perempuan Kristen di Turki dari tahun 1886.
Kerudung bagi Perempuan dan Pria
Pameran di Wina juga mempertunjukkan kerudung dari berbagai bagian dunia, tidak hanya figur-figur yang mengenakannya. Dan bukan hanya kerudung perempuan saja yang dipertunjukkan, melainkan juga yang dikenakan pria. Gambar kiri adalah kerudung pengantin Tunisia dari pertengahan abad ke-20. Kerudung di kanan dengan motif dua elang digunakan anggota pria sebuah ordo agama di Guatemala.
Penutup Kepala dan Wajah bagi Pria di Kawasan Gurun
Foto yang dibuat Ludwig Gustav Alois Zöhrer asal Wina, menunjukkan pria Tuareg yang mengenakan penutup wajah tradisional dari suku peternak nomad di Afrika Utara. Penutup kepala, kerap berwarna biru indigo, diyakini bisa menghalau roh jahat. Mengenakan penutup kepala adalah ritual penting bagi pria, sebagai tanda ia sudah dewasa. Perempuan, sebaliknya, biasanya tidak menutup wajah mereka.
Foto: KHM-Museumsverband
Keputusan Diri Sendiri
Kerudung dan penutup kepala yang dikenakan sejumlah perempuan Muslim kerap jadi perdebatan. Nilbar Güres angkat topik ini dalam video berjudul "Soyunma/Undressing" (2006). Di video ia menyingkap sejumlah lapisan penutup kepala yang diberikan oleh sejumlah perempuan, yang namanya ia sebut satu persatu. Ini langkah otobiografis yang menekankan bagaimana perempuan Muslim "mengutamakan diri sendiri."
Foto: Courtesy Galerie Martin Janda, Wien
Penggambaran Abstrak
Pameran di Wina juga mengikutsertakan benda-benda yang mengetengahkan penutup kepala secara abstrak. Gambar menunjukkan karya fotografer Austria, Tina Lechner, yang berjudul "Xiao," yang menampilkan bagian belakang kepala perempuan, yang diselubungi kain panjang berkerut.
Foto: Courtesy Galerie Hubert Winter, Wien
Penutup Kepala Tua Tapi Baru dari Suzanne Jongmans
Dilihat sepintas, orang bisa salah mengira karya Jongman yang berjudul "Mind over Matter — Julie, Portrait of a Lady" adalah lukisan karya pelukis Belanda, Weyden dari abad ke-15, yang berjudul "Portrait of a Lady." Tapi ternyata kerudung yang dikenakan berasal dari kertas pengemas. Selain itu, cincinnya adalah tutup kaleng. Dan bajunya dijepit di bagian tengah dengan jarum pentul.
Foto: Courtesy Galerie Wilms
Dari Konservatif Menuju Emansipasi
Di Austria, di masa sebelum Perang Dunia II, perempuan yang mengenakan penutup kepala dengan busana tradisional Dirndl dianggap berakar kuat, praktis dan konservatif serta patriotis. Tapi di tahun 1950-an, penutup kepala sudah berubah jadi benda mewah. Kerap terbuat dari sutera dan jadi simbol perempuan elegan dan beremansipasi. Gambar menunjukkan pemenang pertama kompetisi fesyen dari tahun 1964.
Foto: Modeschule der Stadt Wien im Schloss Hetzendorf
Penutup Kepala Mewah 'Haute Couture'
Sejak 2003 desainer Austria, Susanne Bisovsky terkenal dengan koleksinya "Viennese Chic" (gaya keren Wina). Karyanya kerap berupa renda yang dipenuhi motif bunga, dan berdasar pada busana bersejarah Austria, dan dirancang untuk permpuan modern Wina. Koleksi 2018 (lihat foto) dibuat spesial untuk pameran di Weltmuseum, dan melibatkan penutup kepala yang memesona. Penulis: Cristina Burack (ml/hp)