1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengadilan Kasus Thaksin Mulai Digelar

11 Maret 2008

Thaksin dituduh melakukan korupsi dan menyalah-gunakan kekuasaan. Dua hal yang menyebabkan ia dikudeta militer tahun 2006. Dari pengasingannya di London Thaksin kembali secara sukarela ke Thailand akhir Februari lalu.

Taksin ketika kembali dari tempat pengasingannyaFoto: AP

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra dihadapkan ke pengadilan di Bangkok Rabu (11/03). Thaksin yang digulingkan dari tampuk kekuasaan pada September 2006 menghadapi tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ia dituduh menggunakan kekuasaannya sebagai pemimpin pemerintahan sehingga istrinya dapat membeli sebidang tanah milik pemerintah dengan harga sangat murah, tahun 2003. Istri Thaksin juga menjadi tertuduh dalam kasus ini. Thaksin tiba di Bnagkok dari eksil hampir dua pekan silam untuk menghadiri sidang. Pengusaha yang kaya raya itu menolak semua tuduhan.

"Semua tuduhan terhadap saya dan keluarga saya tidak berdasar. Kami bisa membuktikan bahwa kami tidak bersalah. kami bisa dengan mudah menunjukkan bahwa kami tidak melakukan kesalahan apapun."

Media melaporkan, pemerintah Thailand membekukan sekitar 2 miliar Dollar AS dari kekayaan Thaksin untuk menjamin kemungkinan tuntutan pengembalian kepada pemerintah. Penyebab protes terhadap Thaksin yang bertahun-tahun menjabat perdana menteri adalah bisnis bernilai miliaran Dollar antara Thaksin dengan Temasek, perusahaan konsorsium Singapura. Bisnis itu akan menghasilkan keuntungan bebas pajak hampir 2 miliar Dollar AS bagi keluarga Thaksin.

Thaksin ditangkap di Bangkok sekembalinya ia dari eksil dan dibebaskan dengan uang jaminan. Walau begitu, setelah acara dengar kesaksian di depan pengadilan Rabu (11/03), ia diijinkan bepergian ke luar negeri untuk memberi kuliah di sebuah universitas interansional dan menonton pertandingan klub sepakbolanya Manchester City .

"Saya harus kembali. Ini komitmen saya pada Manchester City . Bulan-bulan lalu mereka banyak mengalami kekalahan, dan jarang menang, 3-4 bulan lalu, waktu saya masih sibuk jadi saya harus kembali untuk menonton pertandingan mereka."

Senin (10/03), komite pemeriksa kekayaan politisi Thailand yang dibentuk setelah kudeta militer, membuka kasus lain terhadap Thaksin, yaitu terkait perubahan sistem undian berhadiah nasional tahun 2003. Thaksin, sebagai pemimpin pemerintahan ketika itu, berupaya memberlakukan sistem undian baru, tanpa persetujuan parlemen. Tindakannya menyebabkan negara kehilangan pemasukan sebesar hampir 440 juta Dollar Amerika. (rp)