Tiga warga muslim transgender Malaysia dinyatakan menang dalam gugatan pemerintah negara bagian yang melarang ketiganya memakai pakaian wanita. Aktivis merayakan keputusan itu sebagai kemenangan untuk Hak Azasi Manusia
Iklan
Majelis hakim yang beranggotakan tiga orang itu sepakat memutuskan hukum Syariah di Negeri Sembilan diskriminatif karena tidak mengakui kelompok masyarakat yang memiliki masalah identitas gender.
Pengadilan menyebut hukum Syariah merenggut "hak hidup secara terhormat" milik kaum transgender. "Hukum ini merendahkan, menindas dan tidak manusiawi," kata hakim Mohamad Hishammuddin Mohamad Yunus.
Sang hakim menilai hukum Islam yang berlaku di Negeri Sembilan berupaya membatasi aktivitas kelompok homoseksual dengan maksud mencegah penyebaran penyakit HIV Aids. Namun menurutnya kasus ini "tidak berurusan dengan homoseksualitas," melainkan mengenai pemuda Muslim yang menderita penyakit.
Bernilai "Historis"
Pengadilan tinggi 2012 silam memutuskan ketiga warga muslim transgender itu harus menaati hukum Islam karena mereka terlahir sebagai pria dan memeluk agama Islam. Berbekal laporan medis yang memastikan ketiganya memiliki masalah identitas gender, mereka lantas mengajukan banding.
Departemen urusan Agama Islam di Negeri Sembilan masih bisa mengajukan banding ke pengadilan federal. Namun belum jelas apakah langkah itu akan diambil.
Aston Paiva, pengacara tergugat mengatakan, putusan pengadilan memiliki implikasi luas terhadap nasib warga muslim transgender di Malaysia. Menurutnya keputusan ini bernilai "historis," karena menjadi preseden di masa depan.
"Kami sangat gembira dan berterimakasih. Ini adalah kemenangan buat Hak Azasi Manusia," kata aktivis hak transgender, Nisha Ayub yang hadir saat pembacaan keputusan. Ketiga tergugat yang bekerja sebagai penata rias dan menjalani terapi hormon itu memilih tidak berkomentar.
Titik Terang buat Kaum Transgender Malaysia
Organisasi kemanusiaan, Human Rights Watch menyebut Malaysia adalah salah satu negeri paling berbahaya buat kaum transgender. Sejak 1980an hampir semua negara bagian menelurkan hukum Syariah yang melembagakan praktik diskriminasi terhadap kelompok minoritas tersebut.
Semua negara bagian di Malaysia saat ini melarang pemuda muslim "berbusana perempuan." Adapun tiga negara bagian memutuskan "perempuan yang berpose seperti laki-laki," sebagai tindak kriminal. Hukum tersebut dijalankan oleh Departemen urusan Agama Islam di masing-masing negara bagian.
Belum lama ini kepolisian menangkap 16 perempuan transgender di tengah sebuah pesta pernikahan bulan Juni silam. Belum jelas berapa lama masa kurungan yang akan dijalani ke-16 perempuan tersebut.
rzn/hp (ap)
Parade Jenis Kelamin Ketiga di Nepal
Komunitas LGBT di Nepal turun ke jalanan Kathmandu merayakan Festival Gaijatra ke-5. Beberapa tahun terakhir komunitas homoseksual mengambil alih festival tradisional itu untuk menunjukkan hak mereka.
Foto: picture alliance/AP
Kemajuan bagi Minoritas
Ratusan lesbian, gay, biseksual dan waria berparade melewati jalanan kota tua Kathmandu. Gaijatra, berarti festival sapi dalam bahasa Nepali, adalah festival Hindu untuk memperingati mereka yang sudah tiada. Secara tradisional, hari digelarnya festival menjadi satu-satunya hari ketika seseorang merasa bebas untuk berlintas-busana. Dalam 5 tahun terakhir, festival menjadi perayaan identitas LGBT.
Foto: picture alliance/AP
Mengubah Tradisi
Setelah berabad-abad berstatus monarki religius, Nepal merangkul demokrasi dan sekularisme. Meski berjuang melawan kemiskinan dan lemahnya infrastruktur, bangsa yang konservatif secara sosial dan mayoritas Hindu ini melangkah maju dengan mengakui hak-hak gay dan minoritas, menjadi negara Asia Selatan pertama yang melegalkan homoseksualitas tahun 2007.
Foto: picture alliance/AP
Harapan Pernikahan Sesama Jenis
Usai Mahkamah Agung Nepal menggelar studi terhadap pernikahan sesama jenis, sebuah komisi pemerintah merekomendasikan pernikahan sesama jenis masuk ke dalam konstitusi baru. Langkah tak terduga yang didukung seluruh partai politik di Nepal ini akan memberi pasangan gay dan lesbian hak untuk mengadopsi, membeli properti dan membuka rekening bank bersama, serta mendapat warisan dari satu sama lain.
Foto: picture alliance/AP
Optimisme Muda
Ribuan orang memadati jalanan sempit di Kathmandu untuk menonton parade berkilometer panjangnya, mulai dari tujuan turis Thamel hingga ke alun-alun kota. Meski pernikahan melalui perjodohan masih lazim, ada harapan bagi generasi muda Nepal dan populasi berpikiran terbuka: dari 27,5 juta penduduk, usia rata-ratanya 21 tahun, dan sepertiga lebih populasi berusia 14 tahun atau lebih muda.
Foto: picture alliance/landov
Gender Ketiga
Menyusul transisi Nepal dari pemerintahan otokratis menjadi demokratis tahun 2006, kalangan analis mengakui bahwa komunitas gay menjadi salah satu kelompok pertama yang menuntut pengakuan, di samping kaum etnis minoritas. Tahun 2008, Mahkamah Agung Nepal memberlakukan kategori gender ketiga, 'lainnya,' memberi opsi identitas lain yang berarti individu transgender diakui secara hukum.
Foto: picture alliance/Photoshot
Advokasi dan Aktivisme
'Negara Saya, konstitusi Saya, hak Saya, identitas Saya: Kebanggaan Saya!' merupakan slogan festival Gaijatra tahun ini. Banyak orang yang berparade dengan spanduk menyerukan kepada pemerintah untuk memenuhi janji dan melegalkan pernikahan sesama jenis. Perdana Menteri Sushil Koirala telah menjamin janjinya akan terpenuhi tahun 2014.