1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Pengakuan WNI Simpatisan ISIS: "Semuanya bohong!"

15 Juni 2017

Sekelompok warga negara Indonesia terdampar di kamp pengungsian Suriah setelah terpaksa melarikan diri dari Raqa. Mereka tergiur oleh panggilan kekhalifahan dan mendapati diri dalam realita yang pahit.

IS Miliz Frauen Muslima
Foto: picture-alliance/dpa/Syriadeeply.org

Ketika Leefa bertolak ke Raqa di Suriah buat bergabung dengan Islamic State, ia mengira sedang menuju surga iman di Bumi. Ia dan keluarganya membayangkan hidup di bawah naungan kekhalifahan Islam, mendapat jaminan kesehatan dan bekerja dengan jumlah upah yang cuma bisa diimpikan di Indonesia.

Kisah WNI Simpatisan ISIS: Tertipu dan Kecewa

01:57

This browser does not support the video element.

Tapi kini, ketika ISIS bergulat mempertahankan ibukotanya itu, Leefa dan 15 warga Indonesia yang lain terpaksa angkat kaki dan melarikan diri. Mereka mencari perlindungan di kamp pengungsi Ai Issa yang terletak 50km dari Raqa. "Ketika kami di Indonesia, kami membaca dan menonton di internet, bahwa Daulah Islamiyah adalah tempat untuk hidup, buat menjadi muslim sejati," kata perempuan berusia 38 tahun itu.

"Saya punya masalah kesehatan. Saya membutuhkan operasi di leher dan ongkosnya sangat mahal di Indoneisa," imbuh Leefa. "Tapi di Daesh, semuanya gratis, semua gratis."

WNI Simpatisan ISIS Ingin Pulang ke Indonesia

01:03

This browser does not support the video element.

Petualangan maut Leefa berawal dari sebuah kontak di internet. Pemuda yang ternyata simpartisan ISIS itu menjanjikan kemakmuran dan meyakinkan Leefa ia akan mengganti ongkos tiket. Tapi setibanya di Raqa ia mendapati realita yang sama sekali berbeda. Operasi yang dijanjikan ternyata tidak gratis sama sekali.

"Semuanya bohong," kata Nur, remaja perempuan berusia 19 tahun yang juga hijrah ke Raqa. "Ketika kami memasuki Daesh, ternyata semuanya sangat berbeda dengan apa yang mereka umbar di internet." Nur berkisah anggota keluarganya yang laki-laki dipaksa berperang. "Mereka dipenjara, ayah saya, saudara saya," ujarnya. 

Seperti perempuan lainnya, Nur didatangkan sebagai calon pengantin. "Banyak yang lalu bercerai. Mereka cuma menikah selama dua pekan atau dua bulan." Ia bercerita betapa dirinya diincar untuk dinikahi. "Beberapa pria mendatangi ayah saya untuk meminta izin (nikah)," katanya.

Saudara laki-laki Nur pernah dihentikan di tengah jalan oleh pria yang mencari isteri. "Apakah kamu punya saudara perempuan?," tanya mereka. "Di mana-mana mereka cuma berbicara tentang perempuan," kata Nur.

rzn/yf (afp,rtr)