1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengalaman Ditahan Delapan Tahun di Libya

27 Juli 2007

Walaupun tidak bersalah lima perawat dan seorang dokter ditahan di Libya. Setelah berada di Bulgaria mereka menceritakan pengalaman selama ditahan.

Para perawat Bulgaria dan dokter asal Palestina saat tiba di Bulgaria
Para perawat Bulgaria dan dokter asal Palestina saat tiba di BulgariaFoto: picture alliance/dpa

Kristiana Waltshewa adalah salah satu dari lima perawat yang kembali ke negaranya Bulgaria, setelah ditahan delapan tahun di Libya. Bersama empat rekannya dan seorang dokter, yaitu Ashraf Al-Hujooj, ia dituduh sengaja menulari 400 anak Libya dengan virus HIV. Setelah tiba di Bulgaria mereka segera mendapat pengampunan dari Presiden Georgi Parvanov.

Hukuman dan Upaya Pembebasan

Di Libya mereka awalnya divonis dengan hukuman mati. Setelah hukuman diubah menjadi penjara seumur hidup, Uni Eropa mengusahakan penyerahan mereka ke Bulgaria. Dan upaya berhasil, karena negara-negara Uni Eropa membayar sejumlah dana, untuk membantu keluarga anak-anak yang terinfeksi HIV. Setiap anak kira-kira memperoleh satu juta Euro. Perdana Menteri Bulgaria, Sergej Stanischew menyatakan, negaranya juga ikut membayar dana bantuan tersebut. Bulgaria pasti aktif memberikan bantuan. Karena ini masalah prisip dan bantuan kemanusiaan.

Dalam sebuah wawancara dengan media, mereka menceritakan pengalaman saat ditahan. Kristiana Waltshewa menceritakan kekecewaannya. Ia tidak bisa menerima perlakuan semacam itu. Karena ia seorang perawat, dan seumur hidup ia bekerja untuk kepentingan orang lain, untuk kesehatan dan kemanusiaan.

Tuduhan Penyiksaan

Sementara itu Dr. Ashraf Al-Hujooj mengecam pemerintah di Tripolis dan melontarkan sejumlah tuduhan penyiksaan. Dalam wawancara dengan Deutsche Welle ia menyatakan, keadaan fisiknya baik, walaupun bertahun-tahun dipenjara, karena seperti halnya rekan-rekannya, ia tidak bersalah.

Selama sepuluh bulan ia disiksa secara sitematis oleh badan kriminalitas di Tripoli. Walaupun menyatakan diri tidak bersalah, pihak kehakiman Libya menjatuhkan hukuman mati bagi Al-Hujooj, dengan alasan, ia mengaku bersalah. Sementara dokter itu mengatakan, ia hanya mengaku, karena sudah tidak tahan lagi disiksa. Ia juga meragukan, bahwa pemerintah Libya berhasil menemukan bukti yang memberatkan dirinya serta kelima rekannya.

Tuntutan Hukum

Ketika ditanya apakah akan mengajukan tuntutan di pengadilan terhadap penyelidik yang menyiksanya, Al-Hujooj menjawab, ia memiliki sejumlah opsi, langkah hukum mana yang akan diambil. Tetapi ia harus berunding dulu dengan komisi pembelanya.

Al Hujooj mengatakan, dari semua siksaan, yang paling menyakitkannya adalah perlakuan pemerintah Libya atas dirinya, yang besar di negara itu. Ia menyatakan mencintai Libya, dan telah bekerja di berbagai rumah sakit Libya dengan jujur, dan mengabdikan diri untuk rakyat dan negara tersebut. Tetapi sebagai imbalannya, ia dituduh dan disiksa, walaupun tidak bersalah. (ml)