1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Pengalaman Warga Jerman Yang Masuk Karantina Virus Corona

Rebecca Staudenmaier
4 Februari 2020

Sekitar 120 orang yang dievakuasi militer Jerman dari Wuhan sekarang dikarantina di pangkalan militer dekat kota Frankfurt. Apa saja pengalaman mereka selama karantina?

Germersheim  Quarantänehaus für Corona-Evakuierte
Foto: AFP/T. Lohnes

Yannik Weis adalah mahasiswa Jerman yang sedang studi di Cina, ketika virus corona menyebar dari kota metropolitan Wuhan. Dia salah satu dari sekitar 120 orang yang dibawa ke pangkalan militer di Gemersheim untuk masa karantina selama 14 hari.

Seperti Yannik, kebanyakan warga yang dikarantina berada dalam keadaan sehat. Namun kepada DW dia mengakui, situasi karantina dan ancaman virus corona membuat mereka "menjadi stres".

"Kalau mau ke luar kamar, kita selalu harus pakai masker. Kita memang boleh ke luar, jalan-jalan di udara segar, tapi sepanjang waktu harus pakai masker," kata Yannik Weis. Mereka ditempatkan di sebuah barak militer yang khusus disiapkan untuk karantina medis

Foto: picture-alliance/dpa/F. Rumpenhorst

Di Jerman 14 kasus virus corona

Dua orang yang turut dievakuasi dari Wuhan kini terbukti mengidap virus corona. Keduanya kini dirawat di sebuah rumah sakit di Frankfurt.

"Tidak ada simtom yang terlihat pada kedua pasien, mereka keduanya sehat ", kata Ketua Dinas Kesehatan Frankfurt Rene Gottschalk hari Senin (3/2).

Hingga saat ini di Jerman tercatat ada 12 kasus infeksi virus corona, termasuk 2 anak-anak.

Yannik Weis juga tidak khawatir terjangkit virus corona ketika berada di pesawat yang mengevakuasi mereka.

"Semua orang di pesawat pakai masker selama perjalanan. Jadi saya pikir, risiko terinfeksi di sana sangat kecil" jelasnya.

Dia sendiri setuju dengan kebijakan karantina, karena dianggapnya penting untuk menghentikan kemungkinan penyebaran wabah.

Jalanan kosong, tapi "tidak ada kepanikan" di Wuhan

Yannik Weis menceritakan, kota Wuhan adalah kota yang sangat hidup, sebelum munculnya wabah corona.

"Di mana-mana kelihatan banyak orang, penuh dengan manusia. Tapi setelah (ada wabah) itu, mendadak jalan-jalan kosong," kata Yannik Weis.

Dia mengatakan, meskipun ada perubahan situasi yang mendadak seperti itu dalam kehidupan sehari-hari di Wuhan, penduduk bereaksi dengan tenang dalam situasi itu.

"Semua orang tenang saja, tidak ada kepanikan," tambahya.

Cina secara efektif menutup kota Wuhan dan beberapa kota metropolitan lain dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus.

Hingga saat ini, pemerintah Cina mengumumkan ada lebih 400 orang meninggal dan lebih 20 ribu orang yang terinfeksi. Angka kematian ini sudah melampaui kasus epidemi SARS, yang antara tahun 2002 dan 2003 menewaskan 249. Namun menurut para ahli, virus corona tidak seganas virus SARS, yang lebih mematikan. (hp/vlz)